Wednesday, June 30, 2010

Instan


Kalau bisa cepat, ngapain nunggu?

Instan adalah pilihan yang paling baik, bukan? Berapa banyak dari kita senangnya kopi instan, teh instan, mie instan, bubur instan, dan instan-instan lainnya? Instan memang mudah, instan memang praktis. Apalagi kemasannya pun terkadang sekali pakai langsung buang, tak perlu cuci segala. Di zaman modern ini, agaknya segala sesuatu yang instan dan mempermudah manusia, menjadi sesuatu yang favorit. Karena manusia semakin berpacu dengan waktu, agaknya instan menjadi pilihan yang tepat.

Kalau bisa gampang, ngapain susah-susah?

Instan seolah juga menjadi jawaban manusia. Mempermudah atau mengurangi satu-dua step dan menjadikannya selesai lebih awal. Dan taraaa: makanan atau minuman itu siap disantap tanpa perlu menunggu terlalu lama. Dengan budaya instan yang sudah keburu menancapkan kukunya dengan kuat sehingga kita terlanjur sayang dan terbiasa dengannya, menjadikan kita sering kali mengharapkan hasil yang cepat dalam melakukan segala sesuatunya.

Tanpa sadar, kita pun terpengaruh dalam menghadapi hidup ini. Seringnya kita ingin cepat selesai dengan hasil baik. Kalau ada masalah, maunya hari itu juga selesai. Atau bahkan lebih ekstrim, detik itu saja, Tuhan! Proses menunggu seolah menjadi hal yang menjemukan. Inginnya: menunggu itu dihilangkan, langsung hasilnya, dengan pesanan: yang bagus ya, God! Kita terbiasa melakukan karbit terhadap segala sesuatu: buah diperam, ayam disuntik biar cepat besar, dsb. Bukan hal yang mudah ketika harus berhadapan dengan proses menunggu dan rangkaian pendewasaan diri di dalamnya.

Sayangnya, kita harus rela menunggu. Banyak kali dalam hidup, kita dihadapkan pada ketidakpastian yang mengombang-ambing kita. Terkadang ukurannya tahunan, bahkan puluhan tahun lamanya. Kalau bisa pesan paket instan ke Tuhan, pastinya semua dari kita sudah berlomba-lomba. Kabar baiknya, selama masa menunggu itu sebetulnya kita tidak sendirian. Tuhan selalu sertai kita, walaupun mungkin kita tidak menyadari kehadiran-Nya. Dia tak pernah ingin meninggalkan kita, apa pun kondisi kita. Seringnya kita yang lupa bahwa Tuhan ada di setiap kejadian hidup kita.

Instan, memang gampang. Instan memang memudahkan kita. Tetapi, dalam menghadapi hidup dan permasalahannya, agaknya kita pun harus rela menghadapi proses yang terkadang cukup panjang karena kita sadar bahwa setiap detik yang terlewati itu tentunya akan mendewasakan kita.

Saya yang sesekali kepengin juga makan mie instan karena memang enak rasanya itu, mudah-mudahan tidak melulu mengandalkan jalur-jalur instan kehidupan. Karena dengan menghilangkan rangkaian prosesnya, hidup seolah kehilangan makna dan pembelajaran di dalamnya…

HCMC, 30 Juni 2010

-fon-

Sumber gambar:

http://www.google.com.vn/imglanding?q=instant%20food&imgurl=http://image.made-in-china.com/2f0j00phTtGUYkUavR/Halal-Instant-Noodles-Cookzen-Brand-BRC-Food-.jpg&imgrefurl=http://noodle.en.made-in-china.com/product/YHJxAGTktnea/China-Halal-Instant-Noodles-Cookzen-Brand-BRC-Food-.html&usg=__rN4ilwr0e1A358EZvJW_sfi2pKU=&h=310&w=410&sz=30&hl=vi&itbs=1&tbnid=R_ddbxUJAe8PfM:&tbnh=95&tbnw=125&prev=/images%3Fq%3Dinstant%2Bfood%26hl%3Dvi%26gbv%3D2%26tbs%3Disch:1&gbv=2&tbs=isch:1&start=0

No comments:

Post a Comment