Thursday, September 6, 2007

When was the last time you ate with your family

When was the last time you ate with your family?

Dear citylighters,
Salam dari Singapura!
Minggu-minggu belakangan ini, sering sekali g liat iklan di koran soal National Family Week. Iklannya rada extreme, bergambarkan batu nisan, disertai kata-kata, “ When was the last time you ate with your family?”
Intinya, dalam national family week tersebut, keluarga-keluarga diharapken buat makan bareng-bareng. Yang mungkin udah jadi barang langka dan jangan sampe nanti menyesal gak sempat melakukannya, karena umur orang, hidup seseorang sampe umur berapa, kagak pernah bisa ketebak punya… Tuhan sendiri yang punya rahasianya…

Ketika membaca hal tersebut, langsung terbayang di pelupuk mata gue, kondisi keluarga g sendiri. Semua udah terpencar-pencar.
Sebagian di Jakarta, ada yang di Bandung, ada yang di Palembang, dan g sendiri di Singapore. Tentunya, kalo untuk makan bareng nggak mungkin lah yaw…
Tapi, g ngerti sih maksudnya tuh iklan. Read between the lines donk ahh…
Harus ngeliat juga arti tersiratnya, yaitu: kalo bisa dan satu kota, makan barengnya berapa kali, hayooo cobaaa??
Kalo kondisi di Jakarta, yang macet, n kotanya yang super sibuk mengharuskan kamu stay di luar rumah atau di jalanan bahkan lebih banyak daripada jam-jam ketemu bokap n nyokap kamu, or your siblings (sodara kandung kamu), itu sangat g pahami.
Namun, yang lebih penting adalah, di luar semua kesibukan kamu, masihkah kamu ingat akan mereka? Masihkah ada perhatian kamu untuk mereka.
Makan bersama, sebagai satu bentuk pertemuan fisik, yang mungkinnn dibutuhkan sesekali. Satu sisi, makan bersama membentuk keakraban yang lebih lagi di antara anggota keluarga.
Namun, seandainya gak memungkinkan makan bareng tiap malam, dengan kreatifitas kamu sendiri, kamu tentunya bisa mikir, apa seh yang harus dilakukan…
Apaaa ke gereja barengan trus abis itu makan bakmi sama-sama? Boleh aja… Dan tentunya gak harus yang mahal dan gak harus keluar rumah.

Di salah satu kegiatan weekend yang pernah g ikutin couple of years ago, di situ kita diharapkan membuat komitmen baru terhadap keluarga kita dan berusaha untuk menepatinya.
G sendiri berusaha membuat komitmen untuk menelepon nyokap g, yang beda tempat tinggal karena pas g kerja di Jakarta, nyokap di Palembang, at least seminggu sekali.
Kalo pertemuan gak bisa intensif, at least masih ada kontak secara continue.
Atau, kamu berencana untuk liburan bareng keluarga setahun sekali? Itu juga a good idea, karena sesekali bersama-sama pergi ke suatu tempat, kembali mempererat tali relasi yang ada.
Sekali lagi, gak perlu memaksakan diri, sesuaikan dengan kemampuanmu.
Kalo orang lain liburan ke Disneyland Hongkong atau ke Hollywood, seandainya kita belum mampu yahhh ke Bandung pun asik. Karena terkadang, bukan tempatnya di mana or hotelnya seberapa mewah, yang penting kita spend time sama siapa, ya gak?

Mungkin pelayanan kamu, kuliah kamu, kerja kamu, kemacetan Jakarta, membawamu lebih dekat dengan orang lain. Lebih dekat dengan teman kamu di kampus, yang kamu jumpai 4 jam sehari misalnya. Teman di pelayanan, yang udah ketemu di gereja or di base tempat ketemuan kamu, trus masih aja telpon-telponan sampe 1-2 jam seminggu 3x…
Kasihanilah orang2 di rumahmu…!
Ada bokap yang terus aja baca koran or nonton TV dan sempet kamu cuekin pas pulang rumah. Cuma sapaan basa-basi, “ Hi, Pa! Belum tidur?” Itu aja yang keluar dari mulutmu.

Because you always think that there’ll always be enough time to meet them??
Nanti dulu!
Lagi-lagi, g cuma bisa bilang, umur orang gak ada yang tau.
G baru aja mendapatkan sebuah sms dari seorang teman di Jakarta, yang mengabarkan kalo kakak dari seorang teman yang g kenal, meninggal dunia. Umurnya sekitar 35 tahun.
Dan kamu pikir itu umur yang terlalu muda? Yah, mungkin saja itu pikiranmu. Karena itu juga yang ada di benak g…
Sounds impossible, but it’s true…

Ketika maut memanggil. Mau bilang apa? Tidak ada yang bisa mencegahnya…
Berita meninggalnya Taufik Savalas, juga mengejutkan g di sini. Belum terlalu tua, baru 41 tahun….
Lagi-lagi, maut datang tak tentu waktunya…

Adalah sangat wajar dan bisa diterima, ketika orang meninggal di usia 70 tahun, meninggal karena sakit tua.
Tapi, siapa yang pernah tau, dengan cara apa, bagaimana, dan kapan seseorang akan ‘pergi’ dan tak kembali lagi?
No one knows…
Jadi, waktu yang mungkin tidak banyak ini, hendaknya kita pergunakan sebaik-baiknya untuk keluarga kita. Bukan kebetulan kalo mereka adalah bokap n nyokap kita, bukan kebetulan kalo mereka adalah sodara2 kandung-kakak n adek kita, karena Tuhan sudah atur semuanya, dan sudah memplanningkannya jauhhh sebelum kita ada di dunia ini.
Jadi, apa yang sudah Tuhan beri, I think it would be the best if we could treasure it!

When was the last time you ate with your family? (baca: kapan terakhir kau beri perhatian kepada keluargamu?).
Ada baiknya kalo kita selalu menganggap detik ini adalah detik yang berharga, karena kita tidak pernah tau kapan ‘perpisahan’ dengan anggota keluarga kita terjadi. So, jadikan detik ini juga sebagai detik penuh perhatian untuk keluargamu… Termasuk kakek-nenekmu mungkin, yang tambah lama tambah kurang pendengarannya dan bikin kamu malas bicara sama mereka…
Once again, you’ll never know…

Cherish what you have, spend more time with your family. Jadikan waktu-waktu yang ada sebagai waktu yang berkualitas untuk memberi perhatian kepada orang yang dekat kamu…
Mengusahakan keseimbangan waktu antara kegiatanmu, pacarmu, dengan keluargamu, I think that’s the best we can do…

When was the last time you ate with your family? When was the last time you spent quality time with your family?
G harap jawaban kita semua: Today! Detik ini juga….
Semoga...

Singapore, 16 Juli 2007
-fon-