Tuesday, May 22, 2012

Susan Boyle - Britains Got Talent 2009 Episode 1 - Saturday 11th April |...




Susan Boyle

Panggung Britain’s Got Talent, 2009.

Seorang perempuan ada di sana. Umur 47 tahun, bukan usia yang belia.
Wajahnya tidak secantik bintang ternama. Biasa saja.
Asal pun dari kampung nun jauh di sana.
Juri memandang seolah kurang percaya.
Penonton bergunjing dengan tatapan menghina.
Dia tenang saja.
Menjalani impiannya, panggilan terdalam di hatinya.
Dia ingin menjadi penyanyi profesional katanya.
Di tengah seluruh penghakiman itu, dia tetap tunjukkan kualitas suaranya.
Semua terpana!
Keraguan ketika dia muncul segera sirna.
Langsung berganti tawa-ria.
Dia sungguh luar biasa!
Dan kini dunia mengenalnya sebagai juara.

Panggung kehidupan manusia, 2012.

Bayangkan kita ada di sana.
Seperti perempuan tadi, Susan Boyle namanya.
Dunia pernah mengolok-olok kita.
Teman pun sempat memandang kita sebelah mata.
Tetapi, tetaplah percaya….
Tak ada yang hina dalam karya-Nya.
Dia tidak ciptakan kita sebagai sesuatu yang sia-sia.
Dia menitipkan satu, dua, atau lima talenta…
Yang hendaknya kita kembangkan senantiasa
Bagi sesama dan bagi kemuliaan-Nya.
Jangan ragu, teruslah berkarya.
Walau dunia menilai dan menyakiti hati kita…
Itu hanyalah pandangan manusia semata…
Galilah sisi-sisi terbaik dari diri kita…
Lakukan yang terbaik seturut panggilan hati dengan semangat yang menyala…
Pastikan kita menjadi pemenang kehidupan bersama-Nya.
Di dalam Dia, kita bisa lakukan apa pun jika itu seturut kehendak-Nya.

HCMC, 23 Mei 2012
-fon-
* never underestimate ourselves. We’re wonderfully made by God. 

Tuesday, May 8, 2012

Makan ke Mana Kita Hari Ini?




Pertanyaan di atas cukup sering kita dengar.
Makan ke mana nih kita? Wisata kuliner, coba-coba makanan baru, terasa asyiknya. Begitu pun di akhir pekan, banyak dari kita, sibuk untuk memilih resto yang baru, keren, dengan menu andalan yang super enak.
Makan gitu lho, siapa yang tidak suka?

Hari itu Tika ingin mencoba restoran baru yang dia tahu dari sahabatnya. Bersama keluarganya, suami dan kedua anaknya yang lucu-lucu, Tika menuju ke restoran yang menawarkan makanan asal Padang yang super lezat itu. Di depan restoran, mata Tika tertuju pada seorang anak kecil yang dekil. Segera, dengan refleks… Tika menarik tangan kedua anaknya, Shinta dan Shanti yang kembar dan berusia hampir 7 tahun untuk segera menyingkir pergi dari Si Anak Pengemis itu. Tetapi, suara rintihannya yang memelas menarik perhatiannya.
“ Kasihan, Bu… Sudah tiga hari belum makan!” Namun dia akhirnya memilih untuk tak mempedulikannya, lalu melenggang masuk ke restoran.

Tika masuk ke restoran, duduk di meja sudut yang berbatasan dengan jendela kaca. Dari situ, ia masih memandang keluar, ke arah pengemis itu. Anak-anaknya sibuk main game dan iPad. Mereka tak lagi memperhatikan kondisi sekitar. Sementara suaminya juga disibukkan dengan Blackberry-nya. Bahkan dari dua hari yang lalu, dia sudah mempersiapkan restoran ini. Dia sudah bilang ke suaminya, “ Papa ada rencana mau makan ke mana weekend ini, Pa? Kalau tidak, ke resto yang temen mama rekomendasiin, ya!”

Dipandanginya Anak Pengemis itu.
Ia tengah mengais-ngais tempat sampah di depan restoran tersebut. Tak lagi ia mencoba bertanya kepada para pengunjung dan minta dikasihani mereka. Sepertinya, dia sudah sangat kelaparan. Mungkin, dia belum kebagian jatah makan siangnya. Konon kabarnya, beberapa pengemis pun diorganisir untuk kemudian uang hasil mengemis itu dikumpulkan kepada seorang bos. Ah, entahlah. Tika tak mau ambil pusing dengan hal itu. Yang jelas hari ini, dia kehilangan selera makannya. Padahal mereka sudah pesan lengkap kap kap semuanya. Rendang, daun ubi, sambal hijau, ayam pop… Whoaaaa, semua sudah sempurna. Sudah terhidang di meja. Tinggal sikat saja…

Diambilnya nasi yang ada di piringnya. Nasi yang belum sempat dimakannya sama sekali. Diambilnya pula sepotong paha ayam dan rendang. Lalu diberikannya kepada pelayan restoran.
“ Tolong yang ini dibungkus, ya Pak!”

Setelah dibungkus, diberikan lagi kepada Tika oleh Si Pelayan. Bergegas dia keluar, menghampiri Si Anak Pengemis yang tengah makan roti yang sebagian besar sudah berwarna kehitaman. Yang jelas, bukan diolesi selai blueberry. Tapi karena roti itu sudah berjamur…Sedih sekali hatinya melihat hal itu. Dia merasa tidak enak hati karena sudah berlaku agak kasar tadi. Untung, segera ia tersadarkan… Lalu, berbalik membungkuskan nasi untuk Si Anak.
Binar matanya dan ucapan terima kasih Si Anak, takkan pernah dia lupa… Beginikah indahnya berbagi?
***

Di malam hari, sesaat sesudah semua anggota keluarganya tertidur lelap… Dia menyempatkan diri melakukan kilas balik atas kejadian hari itu. Di saat orang sibuk bertanya (termasuk dirinya), hari ini mau makan apa? Atau hari ini makan ke mana?  Begitu banyak orang di luar sana yang bergumul dengan pertanyaan: “ Hari ini, apa kita masih bisa makan, ya?”

Ah, betapa rasa syukur itu begitu langka! Sering Tika membuang makanan tanpa memikirkan mereka yang berkekurangan. Sering di pesta-pesta, Tika melihat begitu banyak orang pesan berlimpah-limpah lalu bersisa banyak. Mungkin demi gengsi, biar terlihat berkecukupan? Entahlah… Sebagai tamu di pesta, Tika menikmatinya. Tetapi, setelah kejadian siang tadi, ia merasa tertampar juga…

Air matanya bergulir di pipi.
“Tuhan, ajari aku mau berbagi. Juga tidak lagi menyia-nyiakan makanan. Mumpung masih cukup muda dan masih bisa makan enak, bukan jaminan kalau selamanya bisa makan enak. Masih banyak yang tidak tahu hari ini bisa makan atau tidak. Maafkan aku, Tuhan,” bisik lirih dari bibirnya…

Hari itu dia berencana mengunjungi panti asuhan balita dan anak-anak saat Shanti dan Shinta ulang tahun, satu bulan ke depan. Akan dibawanya nasi kotak dan kue-kue untuk mereka. Juga, akan disumbangkannya nasi kotak bagi mereka yang berkekurangan, seperti Si Pengemis kecil itu tadi. Tika tidak tahu apa yang ia lakukan ini akan berguna untuk jangka panjang atau tidak. Karena hanya itulah yang bisa ia lakukan saat ini. Sambil suatu hari ini, jika ia memiliki dana lebih dan partner yang sejalan/satu visi, ingin dididiknya anak-anak jalanan itu untuk mandiri dan memiliki ketrampilan untuk bertahan hidup dari mencari uang yang halal.

Segala sesuatu bisa terjadi di depan mata kita, tetapi akankah kita jeli dan mau melakukan sesuatu demi kebaikan?
Hari itu, Tika berkata, “ Ya,” untuk perubahan sikap dalam dirinya. Ia mengikuti gerakan hatinya untuk berbagi…Bahkan membawanya dalam doa malamnya yang berwujud gerakan berbagi yang lebih besar sesuai dengan kesanggupan dan kemampuannya saat itu. Dan dia berdoa, agar niat di dalam hatinya direstui oleh Yang Kuasa.

Lalu, bagaimana dengan kita?
Semoga di lubuk hati sanubari kita, kita temukan jawabannya…
Selamat malam.

HCMC, 9 Mei 2012
-fon-