Monday, March 12, 2012

30 Menit Menjelang Pagi


30 Menit Menjelang Pagi

Aku berjalan agak lambat.

Hari itu, aku memiliki waktu untuk datang ke misa harian di Saigon Notre Dame Cathedral di pusat kota Ho Chi Minh City. Biasanya kesibukan menjaga bayi yang tak tentu waktu bangun atau tidurnya, membuatku kesulitan untuk menghadiri misa pukul 05.30 pagi itu. Bergegas aku pergi, menikmati misa harianku dan menyampaikan salamku pada-Nya di pagi itu.

Dinginnya pagi sungguh terasa. Hembusan angin cukup kuat akhir-akhir ini.

Demikian pula pagi itu. Kueratkan sweater-ku, kutuju gereja.

Semua masih gelap. Matahari tak menunjukkan tanda-tanda akan terbit. Kumasuki gereja. Misa belum dimulai, sekitar lima menit lagi rasanya. Misa harian, semuanya dalam Bahasa Vietnam, yang masih belum kukuasai dengan baik sampai hari ini. Hanya untuk bicara dengan pengemudi taksi atau menawar harga, masih okelah. Tetapi, jika harus mengerti firman Tuhan atau khotbah Romo dalam Bahasa Vietnam, rasanya masih jauh :).

Kuikuti misa dengan khusyuk. Terima kasih, Tuhan atas kesempatan ini!

Selesai misa, hampir pukul 6 pagi. Matahari sudah mulai terbit. Entah tepatnya jam berapa, mungkin 05.45? Atau 05.50? Entahlah, aku tak tahu pasti. Yang pasti, malam gelap segera berganti cerianya pagi. Ketika mentari bangun dari peraduannya dan mulai beraktivitas lagi.

Terlintas dalam pikiranku…

Sering, kita putus asa dalam kehidupan karena ‘kegelapan’ yang tengah kita hadapi. Mungkin bentuknya permasalahan, pergumulan, ataupun kegagalan. Terkadang, kita pernah berpikir untuk berhenti. Mengakhiri saja semuanya ini. Padahal, kalau saja kita mau menunggu sebentarrrr lagi, 15, 20, atau 30 menit lagi (read: satu hari, dua bulan, atau tiga tahun lagi, dst…). Mungkin saja saat-saat itulah mentari kembali menyinari kehidupan kita, kegelapan akan sirna, berganti ceria… Terlalu sering, kita tak sabar menanti keindahan janji-Nya… Dengan menyerah, kita tak pernah tahu bahwa akan ada kehidupan yang lebih baik yang sudah Dia janjikan dalam sekejap mata…

Maka, ketika kegelapan tengah melanda..

Tetap berusaha, tetaplah berdoa…

Ya Tuhan, kuatkan hamba…

Dan semoga ketika Sang Mentari terbit kembali dalam hidupku,

aku tetap berkesempatan melihatnya bersama-Mu,

karena aku tak menyerah dan terus memberikan yang terbaik bagi-Mu…

Pulang ke rumah.

Kurasa harapan baru penuhi hatiku.

Terima kasih, Tuhan untuk pagi ini. Semua hanya karena kebaikan dan anugerah-Mu saja.

Selamat pagi, Tuhan. Selamat pagi, dunia!

HCMC, 12 Maret 2012

-fon-

* catatan singkat dari misa hariannya di minggu lalu.. Baru sempat kutuliskan hari ini.

Wednesday, March 7, 2012

Celebrating My Womanhood



Sudah dua tahun lebih saya di Vietnam.

Setiap tanggal 8 Maret, saya melihat begitu banyak bunga bermekaran dalam bentuk rangkaian bunga saat hari ini tiba. International Women’s Day atau Hari Wanita Internasional, agaknya memang dirayakan cukup signifikan di sini.

Mengapa saya tercipta sebagai perempuan?

Mungkin banyak perempuan mempertanyakan hal itu, termasuk diri saya ketika saya masih kecil dulu. Seiring berjalannya waktu, perlahan-lahan saya menemukan jawabannya. Bagi saya, tiada yang lebih indah menjadi seorang perempuan karena Tuhan seperti itulah menciptakan saya. Itulah yang diinginkannya di dunia ini. Peran yang dipilihkan-Nya bagi saya.

Sebagaimana Dia menciptakan kaum Adam, kaum Hawa pun diciptakan-Nya.

Dengan menjadi perempuan, saya merasakan beberapa ‘hak istimewa’ yaitu mengandung, melahirkan, dan menjadi seorang ibu. Meski beberapa perempuan belum merasakan hal itu, tetapi secara umum, tentunya ini adalah ‘privilege’ yang diberikan oleh-Nya bagi kita, kaum wanita. Upaya untuk menyangkal kebenaran bahwa Tuhan menciptakan saya sebagai perempuan, akan membawa kesedihan yang mendalam. Tentunya, di banyak kasus, terdapat pula kenyataan bahwa ada beberapa faktor yang menjadikan seseorang tidak bisa menerima keberadaan dirinya –laki-laki atau perempuan- yang memang tak terhindarkan. Tetapi, sesungguhnya mengingkari kenyataan yang ada adalah betul-betul melelahkan. Dengan berupaya menerima, tentunya akan banyak pula anugerah yang terlihat dan dirasakan. Upaya penolakan, akan membawa luka dan kesakitan, yang sungguh membutuhkan penyembuhan. Dan tiada lain, tiada bukan, yang bisa menyembuhkan adalah Tuhan sendiri.

Di hari ini, saya bersyukur karena tercipta sebagai perempuan. Dikaruniai-Nya seorang suami dan dua orang puteri, hidup saya sebagai perempuan terasa indah karena sudah mengalami fase-fase sebagai istri, sebagai ibu, bahkan sempat merasakan sebagai wanita pekerja di Indonesia (wanita karier). Saya sadar, ini semua hanyalah karena kebaikan-Nya. Rasa syukur sebagai perempuan, saya haturkan kepada Tuhan. Saya pun mendoakan agar kaum Hawa merayakan keperempuanannya (womanhood) sebagai perwujudan syukur dan terima kasih kepada Tuhan dengan menjalankan peran apa pun yang diberikan-Nya saat ini kepada kita dengan sebaik-baiknya. Entah sebagai remaja puteri yang masih kuliah, wanita bekerja, ibu rumah tangga, ibu + wanita karier, profesional, business-woman, juga untuk mereka yang dipanggil secara khusus untuk membiara… Hendaknya kita semua memberikan yang terbaik bagi kemuliaan-Nya saja.

Hari ini dan seterusnya, mari syukuri bahwa Dia sungguh mencintai kita. Apa adanya. Dia menginginkan kita jadi perempuan yang seutuhnya, seperti yang sudah Dia rencanakan dari semula…

We thank You for this wonderful role, God! Menjalani kehidupan sebagai seorang wanita adalah salah satu berkat terindah dalam hidupku. Happy Women’s Day for all women out there!

HCMC, 8 Maret 2012

-fon-

Thursday, March 1, 2012

Treadmill



A treadmill is a device for walking while staying in the same place. Menurut informasi yang saya terima dari Oom Wiki alias Wikipedia di sore hari yang cukup terik di Ho Chi Minh City ini, treadmill adalah sebuah alat untuk berjalan sekaligus berada di tempat yang sama. Agaknya, teman-teman amat familiar dengan alat yang satu ini. Sekaligus pernah juga bahkan mungkin sangat akrab dengannya. Dia sering dipakai di tempat fitness, bahkan beberapa orang pencinta kebugaran pun memilikinya di rumah.

Beberapa waktu yang lalu saat di fitnes, saya memilih treadmill daripada kelas-kelas kebugaran. Sebagai bentuk variasi latihan yang sesekali saya lakukan di tengah kesibukan mengurus anak dan keluarga. Di atas treadmill itu, saya terpikir bahwa terkadang hidup pun bisa seolah tak bergerak ke mana pun. Setelah semua usaha yang dilakukan, masih saja seolah jalan di tempat. Ya, seperti kala berada di atas treadmill ini. Treadmill ada batas waktunya, terkadang malah ketika harus berbagi dengan pengunjung pusat kebugaran lainnya di jam-jam sibuk alias ‘peak hours’, tak jarang kita dijatah hanya 30 menit saja. Di atas treadmill, seolah tanpa guna, tetapi kita terus berjalan sampai batas waktu yang sudah ditentukan. Di atas roda kehidupan, walaupun tanpa hasil yang nyata, kita pun hendaknya tak berhenti berjalan meski tertatih, meski sempat terjatuh… Kita bisa bangkit lagi dan menyelesaikan pertandingan kehidupan kita, tentunya bersama Tuhan kita pasti bisa.

Lalu, apakah treadmill yang jalan di tempat ini tak berguna sama sekali? Tentunya tidak! Banyak kalori yang bisa kita bakar sebagai upaya untuk tetap sehat dan bugar, bukan?

Begitupun dalam hidup. Ketika semua terasa salah, tak berguna, tak ada kemajuan yang berarti, apakah itu semua tidak berguna? Tak jarang, pengalaman-pengalaman di masa-masa itulah yang menjadikan kita lebih dewasa dan bijaksana. Bukan melulu saat-saat penuh kemenangan, kesuksesan, dan kejayaan… Tetapi, di saat-saat seolah usaha belum berbuah, kita diajar untuk menanti di dalam iman dan percaya kepada Sang Pencipta yang tahu yang terbaik bagi setiap umat-Nya.

Di treadmill, saya mendapat pencerahan baru.

Hidup boleh seolah tidak bergerak, tak bergeming. Tetapi, saya harus tetap berusaha (bergerak). Jangan sampai hasil usaha yang tidak sesuai harapan, menjadikan saya putus asa atau kecewa sehingga memutuskan untuk berhenti untuk melakukan apa pun…Tetapi, sebaliknya, saya terus berusaha menanti penggenapan janji-janji-Nya yang setia di sepanjang hidup saya. Sampai akhirnya, ketika ‘treadmill’ saya harus berhenti saat kembali bersatu dengan-Nya, saya sudah memberikan yang terbaik semasa waktu yang diberikan untuk menghirup udara segar di bumi ini oleh-Nya.

Hidup itu singkat. Namun apa yang bisa kita lakukan dalam hidup yang singkat itulah akan menjadikan hidup kita lebih bermakna.

Apakah hidup itu indah? Pilihan ada di tangan kita. Kita bisa menjadikannya indah dan membagikan keindahan itu kepada sekitar kita. Dalam ketidaksempurnaan kita, tak henti berusaha memberikan yang terbaik bagi kemuliaan-Nya.

Selamat sore. Salam dari VietnamJ

HCMC, 1 Maret 2012

-fon-

* pencerahan saat berada di atas treadmill… Thank God…!