Friday, September 30, 2011

Untuk Segala Hal



Untuk segala hal yang belum kumengerti, tetapi baik bagiku, ya Tuhan…

Kumohonkan kerendahan hati dan keinginan untuk belajar.

Karena aku sadar, aku bukan yang paling tahu.

Tak ada gunanya ‘sotoy’ atau sok tahu…

Karena Engkau yang Maha Tahu…


Untuk segala hal yang pernah menyakitkan hati, melemahkan semangat, dan melukai perasaanku, oh Tuhan…

Kumohonkan hati yang lapang, juga keihklasan untuk mengampuni orang-orang yang telah menyakiti hatiku.

Baik yang disengaja ataupun tidak…

Semua hanya demi kebaikanku.

Karena aku sadar, dengan mengampuni, yang disembuhkan adalah diriku sendiri.

Mungkin sulit bagiku, tetapi dengan rahmat-Mu yang selalu baru, kuyakin kudapati kekuatan untuk lakukan itu…


Untuk segala hal yang mengkhawatirkan,

membawa kecemasan dan ketidakpastian,

terutama yang berhubungan dengan masa depanku…

Aku mau serahkan kepada-Mu, untuk kemudian membangun kembali imanku. Biar Engkau memberikan kekuatan dan harapan baru.

Aku bukan perancang utama hidupku.

Biarlah kehendak-Mu yang jadi dalam hidupku.

Ajarku untuk lakukan yang terbaik dan berharap hanya kepada-Mu


Untuk segala hal yang begitu manis, membahagiakan, dan membawa sukacita…

Biarlah aku menghadiahkan itu semua hanya kepada-Mu

Sebagai perwujudan rasa terima kasihku

Atas seluruh kebaikan-Mu, juga perlindungan-Mu

Sepanjang hidupku…


Untuk segala hal yang terjadi dalam hidupku…

Senangku, susahku, bahagiaku, deritaku…

Untuk setiap tawa riangku, isak tangisku, senyumku, tetesan air mataku…

Untuk segalanya itu, Tuhan…

Aku ingin persembahkan semuanya bagi-Mu…

Karena inilah hidupku yang sudah Kauanugerahkan bagiku

Kuingin menyertakan-Mu dalam setiap putaran waktu

Setiap lembaran halaman buku kehidupanku…

Biarlah hidupku membawa kemuliaan bagi nama-Mu…


Ho Chi Minh City, 1 Oktober 2011

-fonnyjodikin-

*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.

Monday, September 26, 2011

Dalih



Pernah berdalih?

Hmmm, rasanya banyak dari kita pernah melakukannya. Untuk tahu pastinya apa arti dalih, bisa kita lihat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) online yang sering jadi teman setia saya jika kesulitan mencari padanan kata atau arti sebuah kata dalam Bahasa Indonesia… Menurut KBBI: da·lih n alasan (yang dicari-cari) untuk membenarkan suatu perbuatan. Contohnya akan saya berikan juga dalam kisah-kisah sebagai berikut…

Kasus Oom Senang

Perkenalkan, dirinya adalah Oom Senang. Oom Senang ini berusia sekitar 50-an tahun. Oom punya istri yang cantik, molek, dengan tubuh langsing berisi. Dan pernikahan dengan istrinya ini sudah berlangsung di atas 10 tahun. Istrinya ini adalah istri kedua, setelah cerai dari istri pertamanya sekitar 20 tahun yang lalu. Dari istri pertama, Oom Senang punya anak berusia 19 tahun. Dan dari istri keduanya, Oom punya seorang anak lagi, berusia baru 3 tahun. Dengan posisi di kantor yang semakin mapan, Oom semakin punya uang dan kekayaan. Oom pun punya sekretaris di kantor. Sekretarisnya ini tidaklah secantik istrinya. Tapi, karena namanya juga Oom Senang, dia akhirnya kepincut juga dengan sekretarisnya itu. Alasannya: sering bersama, tumbuh cinta. Itu yang membuatnya memutuskan untuk cerai dari istrinya. Ironisnya, tak sampai seminggu kemudian, pesta pernikahannya dengan Sang Sekretaris pun berlangsung. Itu terjadi setelah Si Istri dipulangkan ke kota asalnya beserta anaknya.

Kini dia menikmati hidup barunya dengan sekretaris yang langsung naik posisi jadi nyonya. Oom senang terkekeh riang. Ketika ditanya apa alasannya menceraikan istrinya? Jawabnya: “ Istriku memang cantik, tapi kurang pintar. Sekretarisku lebih pintar daripada dia.”

(Oom, Oom… Kalau mau cerai dan nikah lagi, bilang saja memang mau. Tak usah pakai dalih istri kurang pintar segala, Oom… Dalih itu menyakitkan…Kalau istri Oom sudah cantik, kemudian pintar bahkan lebih pintar dari Oom? Mungkin Oom akan berdalih lagi: istri saya terlalu pintar, saya lebih suka Sekretaris saya yang kurang pintar…Halah! Oom, Oom….Kasihan istrinya, Oom!).

Kasus Atet-Bandar Narkoba

Namanya Atet (bukan nama sebenarnya). Atet adalah seorang pemilik bisnis perikanan. Beberapa tambaknya menghasilkan ikan dan udang yang biasanya cukup lumayan untuk menghidupi keluarganya. Setidaknya dapur rumah tangga mereka tetap ‘ngebul’ dengan bisnis ikan dan udangnya itu. Tetapi, akhir-akhir ini, dirinya tengah dirundung kemalangan. Ikan dan udangnya mati semua, tanpa diketahui penyebab pastinya. Dan itu mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Lalu, seorang teman menawarkan kepadanya untuk menjadi pengedar narkoba. Atet pikir, tokh yang penting dapat uang cepat. Dari pengedar, tak lama Atet naik pangkat jadi Bandar. Setahun berlalu, Atet ditangkap polisi karena terbukti dalam mobilnya terdapat narkoba satu kilogram. Atet masuk penjara. Ketika ditanya mengapa sampai memilih jadi pengedar bahkan ‘Bandar Narkoba’? Jawaban Atet: yah, karena bisnis ikanku hancur, jadi aku ganti profesi. Tapi, Tet, bukankah profesi lainnya banyak? Mengapa harus pilih narkoba? Akhirnya larinya ke penjara juga? Bisnis hancur, butuh uang, membuat Atet berdalih dan membenarkan dirinya untuk jadi bandar narkoba. Bolehkah? Salahkah? Mari kita tanya hati nurani kita…

Kasus Oom Senang dan Atet, agaknya cukup akrab di telinga kita. Tanpa sadar, kita pun pernah melakukannya, mungkin dalam skala yang lebih kecil ketimbang mereka. Melakukan apa yang kita inginkan, untuk kemudian mencari dalih yang paling pas untuk membenarkan tindakan kita walaupun mungkin itu adalah tindakan yang salah. Tetapi, biarlah hati nurani yang mudah-mudahan masih murni terus mengingatkan kita, bahwa tindakan itu keliru. Takkan ada damai yang menyertai tindakan keliru yang dipasangi dalih dan didekorasi dengan seindah mungkin. Tindakan yang salah, tetaplah salah. Mungkin ada baiknya kita belajar rendah hati untuk mengakui: ya, saya salah untuk kemudian berusaha memperbaiki diri. Daripada melulu membenarkan diri sendiri, membuat benteng pertahanan yang sangat kokoh, hanya untuk ditertawakan sekitar kita. Bahwa betapa jelaslah sudah, tindakan kita itu hanya mempermalukan diri kita sendiri.

Di bagian akhir tulisan ini, saya hanya ingin menghimbau kita bersama sekaligus mengingatkan diri saya sendiri juga: untuk berusaha ambil tanggung jawab. Tidak cari alasan apalagi dalih untuk membenarkan tindakan saya, apalagi kalau saya jelas-jelas SALAH. Tindakan Oom Senang membodoh-bodohi istrinya dan memberikan predikat pintar pada sekretarisnya hanya memperlihatkan bahwa memang dirinya tak mampu menahan diri, asal embat tanpa peduli, tak punya perasaan, dan membenarkan tindakan poligaminya dengan dalih istri kurang pintar. Walaupun mungkin mereka punya permasalahan lain yang lebih kompleks dalam pernikahan mereka, bila mereka mau berusaha, pasti ada jalan keluar. Bukan dengan mengganti istri dengan sekretarisnya begitu saja. Masih ada langkah-langkah positif yang bisa dilakoni: retret bersama, ke psikolog, ambil cuti untuk honey-moon berdua atau liburan dengan keluarga, konsultasi dengan pemuka agama yang dipercaya, berdoa, dsb.

Tindakan Atet yang membenarkan dirinya bisnis narkoba sebagai ganti bisnis ikannya, juga adalah dalih semata. Saya pikir, mungkin saya lebih respek kalau Atet jadi sopir taksi, pengamen, atau kerja lainnya yang mungkin dipandang orang sebelah mata- namun halal, daripada kaya raya dari narkoba. Kalau hanya mau cari bisnis lainnya, berapa ribu kesempatan yang masih ada? Tanpa harus melakukan yang illegal dan merusak masa depan manusia terutama pemakainya: narkoba.

Pernah salah adalah manusiawi, asal kemudian berusaha belajar untuk lebih baik lagi dan memperbaiki diri. Salah, kemudian menutupinya dengan topeng dalih, hanyalah akan memperkeruh keadaan saja. Semoga kita bisa mengendalikan diri dengan lebih baik. Tidak melulu menyalahkan orang lain, mengambil kesempatan pembenaran diri lewat dalih bila kita memang salah. Karena pada akhirnya-waktu jualah yang akan membuktikan nantinya: orang yang berdalih hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.

HCMC, 26 September 2011

-fonnyjodikin-

* copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.

sumber gambar: sidsavara.com

Friday, September 23, 2011

Warna Rinduku



Kalau rindu punya warna, ‘kan tercipta pelangi hanya untukmu.

Tiap goresannya bangkitkan rasaku kepadamu.

Merah muda ‘tuk romantisme cinta kita.

Hijau untuk tiap tetesan rasa damai yang kudapati hanya dengan menatap mata teduhmu.

Biru-saat kau selalu buatku mengharu-biru ketika berada dalam pelukanmu.

Putihnya cinta kita yang terbina sampai hari ini.

Merah untuk keberanian kita untuk menatap masa depan bersama dan melangkah berdua.

Walau tak kupungkiri pernah pula warna kelabu menghampiriku, saat badai menerpa keharmonisan cinta kita... Untunglah tak pernah berubah jadi hitam karena kita bawa kesusahan kita dan menyertakan diri-Nya dalam relasi kita.

Akhirnya, mentari yang kuning keemasan ‘kan bersinar lagi dalam hati kita berdua. Singkirkan keraguan yang pernah singgah. Melangkah bersama, kita berpadu- lebur menyatu-dalam irama lagu terindah yang mengiringi pelangi cinta kita.

HCMC, 6 September 2011

@copyright Fonny Jodikin

*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.

sumber gambar: Google

Tuesday, September 20, 2011

Sebatang Lilin



Sebatang lilin-tak peduli panjang atau pendek- punya batas usia. Tetapi, dalam keterbatasannya itu tadi, tidak mengurangi niatannya untuk tetap menjadi terang. Selagi dia ‘hidup’ dengan api yang menyala, dia menerangi sekitarnya. Mungkin sekitarnya itu hanya sebuah kamar yang sempit dan butuh cahaya ketika mati lampu. Atau dia adalah bagian dari banyak lilin yang dinyalakan di sebuah kamar yang lebih luas, tetapi tak henti dia tetap bersinar.

Filosofi lilin apabila diterapkan dalam kehidupan kita yang singkat ini, saya kira amat cocok juga. Hidup kita punya batasan waktu. Entah 10,20,30, atau 80 tahun. Mungkin juga sampai 100 tahun-beberapa manusia yang hidupnya berumur panjang bahkan melewati angka ini. Tidaklah terlalu masalah, yang penting selama hidup, mampukah kita memberi arti? Bak sebatang lilin yang terus menerangi sekitarnya. Mungkin angin berhembus dan membuat lilin itu berhenti bersinar, tetapi apabila dia dinyalakan, dia akan berseri dan berpijar lagi.

Kemarin, saya baru menemukan lilin yang menurut saya amat terang dalam diri seorang Rheza Christian. Blognya http://gayot.posterous.com/ yang berisi hanya lima tulisan, telah membuahkan efek yang sangat dahsyat bagi diri saya pribadi. Memang kuantitas tulisan tidak selalu menjamin bahwa tulisan itu akan jadi baik, tetapi tulisan yang ditulis dengan hati, iman, ketabahan, dan ketegaran, memiliki cikal-bakal yang kuat untuk menyentuh para pembacanya. Rheza, yang meninggal 13 September 2011 lalu adalah seorang pemuda usia 28 tahun yang dalam masa-masa terakhir hidupnya berjuang dengan kanker yang menggerogoti tubuhnya.

Tulisannya dibuka dengan bersahaja:

About Me

Hi! Nama saya Rheza Christian. Umur saya 28 tahun. Masih muda tp udah hrs married, kl kata orang sih. #alah

Saya penderita kanker yang sangat langka yang disebut ASPS (Alveolar Soft Part Sarcoma). ASPS adalah Sarcoma yg bisa tumbuh dimana saja. ASPS juga bersifat memakan tulang.

ASPS sudah menghancurkan tulang lutut kaki kanan, tulang humerus tangan kiri, tulang humerus tangan kanan, dan tulang kerangka kepala. Hancurnya tulang tersebut membuat saya ngga bisa berjalan, dan ngga bisa angkat tangan.

Kondisi saya sekarang sih sangat baik semenjak amputasi kaki kanan (28 Maret 2011). Badan lebih segar, dan ga pucet. Kalo dulu saya harus selalu pakai jaket karena selalu kedinginan, sekarang udah normal ga kedinginan lg. Udah bisa nyanyi juga loh.. (terakhir nyanyi di Glosis pas ada live band, sangking semangatnya gigi sampe nabrak mic.. :p).

Di blog-nya, Rheza bercerita tentang pergumulannya dalam menghadapi kanker ASPS tersebut. Dan betapa dia tetap mensyukuri hidupnya, bahkan tidak berhenti menyebarkan rasa syukur itu sampai akhir hidupnya. Suatu perjuangan yang luar biasa bagi saya dan membuat saya tak tahan untuk meneteskan air mata. Dari Rheza, saya kembali belajar bersyukur dan merasa malu karena saya sering kali mengeluh atau ‘complain’ mengenai banyak hal. Padahal, betapa anugerah kesehatan itu saja sudah begitu berharga. Saya malu, Rheza! Dan Tuhan, maafkan saya untuk itu…

Bak sebatang lilin yang memberi arti, Rheza sudah memberikan arti bagi kehidupan sekitarnya. Saya tidak pernah kenal Rheza, blog-nya pun saya dapatkan dari fanpage di Facebook yang berisi kisah-kisah inspiratif yaitu Setitik Embun Inspirasi, tetapi Rheza sudah menyentuh banyak hati dengan kesaksian hidupnya, termasuk menyentuh relung hati terdalam saya.

Sesekali menulis dengan Bahasa Inggris yang prima, karena rasanya Rheza mengenyam pendidikan di luar negeri juga. Ada bagian yang betul-betul membuat saya merasa harus mensyukuri keluarga, orang-orang terkasih yang terkadang menyebalkan, tetapi memang adalah bagian dari hidup kita. Mereka ada, bukan kita yang memilih, tetapi Tuhan sendiri sudah menempatkan mereka dalam hidup kita. Catatannya yang berjudul ‘What Cancer Has Taught Me’, membuat saya kembali meneteskan air mata. Saya copy paste di sini juga buat mengingatkan kita semua, betapa kita harus menghargai kehidupan itu sendiri.

Lesson 1 : Cancer taught me to RESPECT my family

When I need to go for check up, radiotherapy, or ANYTHING else, my dad would drive me. When I was unable to use my hand to eat, my sister helps me eat, drink, and consume medicine. When I was going to face my big surgery, my brother flew thousands kilos to support me, we spent hours talking about our favorite games and it helped me to pass those painful days. What about my mom? she practically does everything! Helps me bath, helps me wear my clothes, massage my arms when it's in pain, pray for me, and the list goes on.

So.. please, don't ever hate your family member because of stupid things like "my dad won't buy me car", "my sister is so noisy", "my brother is selfish", or "my mom is so strict". RESPECT them, because they do so much in your life. How do I know that? Well Cancer taught me.

Lesson 2 : Cancer taught me to TREASURE my friends and relatives

They pray for me, they cry for me, they visit me, they treat me food that I like, they pick me up, they take me into the movie, they send me home, they scream "Yot, get well soon!", they find me best medicine alternatives, they make me strong, they helps their best financially, they walk beside me afraid I might collapse, they make me laugh, they make me forget that I'm in pain, THEY ARE MY TREASURE. How do I know that? Well Cancer taught me.

Lesson 3 : Cancer taught me to VALUE my life

How I miss dancing, how I miss partying, how I miss having casual drink, how I miss breathing easily, how I miss hanging at the games centre, how I miss driving, how I miss working, how I miss lifting my hands, how I miss walking around the mall, how I miss running around, how I miss to eat anything I like, how I miss playing guitar...

I'm saying this not because that I'm upset of my current condition. I'm saying this to let you know... HOW VALUABLE you current life is. So STOP frowning, STOP complaining, STOP sighing. Give thanks you can dance, you can breath, you can party, you can walk around the mall, you can study or work and so and so. Value your life! How do I know that? Well Cancer taught me.

Lesson 4 : Cancer taught me to be STRONG and NEVER GIVE UP

When I was first diagnosed as an ASPS patient, the world seems to collapse, it was so rare that so far no Indonesian doctor knows the disease, I couldn't help wondering about my future. Can I have a family? How long will I live? Am i going to suffer this pain endlessly? It seems that I can't make it, it seems that I'm not strong enough.. Well I had experience PAIN, being HOPELESS, and being WEAK.. I've been through them, it make me STRONGER. Now I'm not afraid of my disease, I will not give up, I've been through hell and I keep walking. Now that my condition is getting better, being strong and never give up had really paid off! How do I know that? Well Cancer taught me.

Lesson 5 : Cancer taught me to STRENGTHEN others

If you ask me, what helps me cope with this disease? My answer would be people surrounds me. My family, my friends, my relatives. They never stop strengthen me, they are the reason I keep smiling, they are the reason I keep fighting, they are the reason I keep enjoying this live. I'm so thankful having them to strengthen me. Those are the reason why I'm writing this note.. to share and strengthen You guys.

Enjoy life, don't frown, don't complain, living life to the fullest, living life as large as you can, BECAUSE LIFE IS BEAUTIFUL. How do I know that? Well Cancer taught me..

Selamat jalan, Rheza. Terima kasih buat catatan yang sungguh berarti bagi kami. Saya bahagia karena kamu telah memenangkan pertandingan kehidupanmu bersama-Nya. Dan kini kamu bahagia di sisi-Nya. Catatan penuh arti ini, semoga bisa kami manfaatkan dengan maksimal. Agar kami menghargai apa yang selalu kami anggap ‘biasa’. Nafas kehidupan, jalan-jalan ke mal, anak-anak yang memusingkan kepala, orangtua yang cerewet dan keras kepala, kakak atau adik yang menyebalkan, hanya untuk menemukan bahwa tidak ada yang kebetulan ketika Tuhan menempatkan mereka di sekitar kami sebagai keluarga kami.

God bless you, bro! Perjuangan yang luar biasa yang dihadapi dengan iman, menjadikan engkau layak jadi pemenang. Terima kasih sudah menjadi contoh sebatang lilin yang tegar menghadapi kehidupan bersama-Nya.

HCMC, 21 September 2011

-fonnyjodikin-

* dedicated to Rheza Christian-someone I’ve never known, but has touched my heart with his writings. RIP, bro. GBU.

*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya.

Wednesday, September 14, 2011

Kisah Kantong Kresek (K3)


Pada suatu sore…

Sebuah kantong kresek warna broken white mengangkasa di sisi sebuah kolam renang. Angin menerbangkannya tinggi, kemudian menjatuhkannya lagi. Dengan gerakan yang tak tentu arah, terkadang ke atas – ke bawah. Kadang ke kiri dan ke kanan. Kantong kresek itu jadi pemandangan tersendiri di sore itu. Anak-anak yang melihatnya pun tertawa ceria, seolah melihat hiburan yang menyenangkan. Kantong itu semakin jauh, tak lagi terlihat. Mungkin dia terjatuh di tempat lain yang tak lagi terselidiki. Tetapi, setidaknya dia sempat membawa ceria, walau hanya sementara.

Kantong kresek, sering dituding sebagai sampah yang tak terurai. Jadi tersudut juga karena hal ini. Padahal (mungkin) bukan maksud hati, karena dia tak pernah memilih jadi kresek. Mungkin dia pengennya jadi kepsek hehehe… (lho, koq? Hahahaha…)

***

Diiringi sontrek lagu Fireworks yang dinyanyikan oleh Katy Perry di siang hari yang panas di Ho Chi Minh City ini, aku tertuju pada bait pertama lagu tersebut, yang koq ya juga menyebut-nyebut kantong plastik a.k.a (also known as) kantong kresek.

Do you ever feel like a plastic bag?

Drifting through the wind, wanting to start again?

Pernahkah kau merasa seperti sebuah kantong kresek?

Diombang-ambingkan angin, ingin memulai dari awal lagi?

Aku lalu berpikir:

Pernah gak yah? Hmmm… Pernah gak?

Ya, pernahlah pastinya.

Saat-saat ketika aku dilanda ketidakpastian dalam hidup. Kekuatiran mengetuk pintu dan mencoba singgah serta berdiam di sana. Rasanya terombang-ambing. Ke sini gak jelas, ke sono juga gak jelas. Bahkan saat-saat hidup seolah tak bergerak atau malah jalan di tempat… Angan membawaku pergi ke tempat di mana seharusnya kumulai kembali. Harusnya begini, harusnya begitu, hanya untuk menemukan bahwa seharusnya saat yang terbaik untuk memulai adalah saat ini. Bukan esok, bukan bulan depan, apalagi sepuluh tahun lagi. Ketika aku ingin memulai sesuatu yang baru dan baik, harusnya juga kumulai hari ini, di sini.

Hmmm, perasaan kosong pernah juga menyergapku. Kosong seperti kantong kresek itu…Karena itu dengan mudahnya, dia diombang-ambingkan angin, semudah manusia diombang-ambingkan kehidupan. Kalau saja kantong kresek itu memiliki ‘isi’, tentunya dia akan lebih mantap berpijak pada suatu tempat. Entah di meja, entah di kursi. Yang pasti, tidak melayang-layang di udara. Memang manusia yang ‘kosong’ perasaannya, mudah dilanda kekuatiran dan ketidakpastian, seperti yang pernah menyerangku. Tetapi, aku sadar, di dalam diri-Nya kutemukan iman dan pengharapan. Aku percaya bahwa dalam ketidakpastianku, hanya satu yang pasti yaitu diri-Nya yang setia bersamaku, apa pun keadaannya. Dia tak pernah meninggalkanku. Bahkan Dia tahu yang terbaik bagiku, bagi kita semua. Dia selalu ada di tiap episode kehidupan kita. Dengan mengandalkan diri-Nya, merasakan cinta-Nya, hidup kita tak lagi kosong. Dan dengan demikian, akan lebih mudah bagi kita untuk melangkah karena bersama dengan genggaman tangan-Nya kita akan dimampukan untuk menjalani semuanya…

***

Kantong kresek itu tak terlihat lagi di sisi kolam renang. Seorang anak bertanya padaku, ke mana dia pergi? Aku hanya menggelengkan kepalaku. Entahlah, mungkin dia tengah menemukan pengembaraan baru dalam perjalanannya di dunia ini.

Kutanya lagi perasaanku: pernahkah merasa seperti kantong kresek yang dipermainkan angin itu?

Yah, aku pernah. Tetapi, aku juga sadar, aku harus mendekat pada-Nya… Agar kosong tak lagi membuatku frustrasi atau kecewa… Malah bersandar pada-Nya dan dalam iman kupercayakan masa depanku kepada-Nya. Biar Dia dan hanya Dia yang mengisi setiap kekosongan atau kehampaan yang terasa. Dan memenuhi setiap sudut hampa itu dengan cinta-Nya. Seketika, keheningan menyapa. Kosong itu tak lagi menakutkan, dia berubah jadi keheningan saat aku sujud dalam doa dan berkomunikasi dengan Dia.

Ho Chi Minh City, 13 September 2011

-fonnyjodikin-

* trims buat Katy Perry dengan lagu Fireworks-nya dan kantong kresek yang jadi ide penulisan kali ini.

*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.

sumber gambar: thegreenists.com

Monday, September 5, 2011

Humble-Test


*** sebuah ujian kerendah-hatian

Daniar, yang biasa dipanggil Dani, adalah seorang gadis polos nan lugu asal dari kampung. Dia selalu bekerja keras dan jujur, sehingga selalu disukai majikan-majikannya. Biarpun Dani bukan seorang yang berpendidikan tinggi, hanya lulusan SMP saja, tetapi dia mendapatkan kepercayaan tinggi dari bos-bos tempat dia bekerja. Terakhir, Daniar dipercaya mengelola uang bosnya yang cukup besar, melakukan pencatatan pembukuan sederhana. Dani berhasil melakukannya dengan baik. Ditunjang kursus-kursus yang diberikan oleh majikannya, Dani semakin lama semakin sukses, pintar, dan dipercaya.

Namun, seiring berjalannya waktu, kepolosan-keluguan dan kerendahan hati Dani semakin menipis. Dia jadi sombong karena berkuasa dan dipercaya. Juga, seiring meningkatnya karir, uang makin banyak, dia juga jadi semakin lupa daratan. Apalagi ketika ia semakin terkenal di kalangan sahabat bos-nya yang elite. Semakin dia lupa diri dan melupakan seluruh kebaikan yang dia miliki, berganti dengan arogansi.

Uang yang banyak, kepopuleran/ketenaran, kepandaian, kesuksesan, kekuasaan/jabatan, pujian yang menyatakan bahwa kita hebat, seringnya membuat kita lupa bahwa kita ini bukanlah siapa-siapa. Mungkin, seperti Daniar, awalnya kita tak berniat untuk jadi sombong. Tetapi seiring berjalannya waktu, kemapanan pun menyapa, tak jarang perubahan pribadi juga terjadi. Sering anggap remeh, apalagi dengan mereka yang dianggap tidak selevel dengan kita seperti pembantu, tukang kebun, tukang ojek, tukang sampah, atau sopir. Bersikap kasar terhadap mereka dan memperlakukan mereka kurang manusiawi. Belum lagi menghina orang-orang yang berbeda dengan dirinya. Menganggap dirinya hebat luar biasa dengan segala kenyamanan dan kemapanan yang tengah dinikmati. Kalau orang itu berbeda dengan dirinya, dianggap tidak gaul atau kurang selevel…

Hmmm, ujian kerendah-hatian memang terletak pada saat-saat kita mapan dan sukses. Bukan di saat kita lemah dan gagal. Karena ketika lemah dan gagal, jarang orang menjadi sombong. Di saat itulah, kita pada umumnya akan mencari kekuatan sejati yang berasal dari Tuhan dan kembali mengandalkan-Nya. Dan apabila kesuksesan menyapa, seperti yang dialami Daniar, bahkan yang lebih dahsyat lagi ketimbang yang dia alami… Semoga kita tetap bisa rendah hati. Karena siapakah aku ini, ya Tuhan? Tak lebih dari sebutir abu, tetapi Kau sungguh mengasihiku. Seluruh kesuksesan itu hanyalah karena kebaikan-Nya saja. Kita dimampukan mengalami semuanya itu karena kasih-Nya pada kita. Bukan hanya dengan kekuatan kita, tetapi kita berusaha dengan giat dan terus berpegang padanya. Semua itu terjada atas izin-Nya…

Roda kehidupan selalu berputar. Bersyukurlah jika sekarang kita sedang diberikan banyak kemudahan dan kemapanan. Tetapi, ingatlah juga bahwa semuanya itu sementara. Keadaan bisa berbalik semudah membalikkan telapak tangan, tetapi bukan berarti buruk. Bisa jadi malah itu adalah pelajaran hidup berharga untuk tetap beriman akan Tuhan, sadar bahwa Dialah yang paling berkuasa, dan apa yang kita miliki ini hanyalah sementara Dan semuanya itu berasal dari-Nya semata.

Semoga bila suatu saat kita dihadapkan dengan ‘humble-test’ dalam kehidupan, kita tetap bisa memenangkannya bersama Tuhan. Karena kita sadar, bahwa apa yang kita miliki, semua hanyalah karena kemurahan hati-Nya. Be grateful for what He has granted us. We thank You, God!

Ho Chi Minh City, 6 Juli 2011

-fonnyjodikin-

*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya.