Friday, March 20, 2015

Being Mom: Aller Anfang Ist Schwer

Aller Anfang ist schwer.
Idiom atau pepatah dalam Bahasa Jerman ini pertama kali saya dengar dari Guru Bahasa Jerman saya, Pak Suwignyo saat saya masih bersekolah di  SMA Xaverius 1 Palembang.
Aller Anfang ist schwer kurang lebih berarti: the first step is the hardest part- all beginnings are difficult,  yang intinya kurang lebih: langkah pertama adalah yang tersulit.

Saya tidak 100% menyadari hal itu...
Namun, ketika saya kilas balik, pastinya pernah merasakan hal yang demikian...
Mari kita ingat lagi, saat pertama masuk SD, mungkin waktu itu terasa menyenangkan walaupun berhadapan juga dengan kesulitan...
Dan jenjang-jenjang pendidikan yang semakin naik, tentunya semakin sulit pula yang harus kita dihadapi...
Bagi yang pertama kali memasuki area 'parenthood'...
Tentunya merasakan kalau punya anak yang pertama kali dipenuhi kekuatiran berlebihan, terutama dikarenakan kebingungan karena belum terbiasa punya Si Kecil...
Anak kedua dan berikutnya, menjadi lebih mudah, karena kita sudah beradaptasi...

Yang paling terasa bagi saya, saat kami sekeluarga harus pindah ke suatu negara baru.
Tuhan memberikan kami sekeluarga kesempatan untuk menikmati negara Vietnam, tepatnya di kota Ho Chi Minh City dari tahun 2009-2012.
Dari Indonesia pindah ke Singapura, tentunya pasti ada adaptasi.
Dari Bahasa tidak terlalu terasa, karena di sini Inggris patah-patah campur bahasa Melayu yang mirip Bahasa Indonesia itu masih bisa diterima.
Kecuali berhadapan dengan mereka yang berasal dari negeri Cina, agaknya tidak perlu menggunakan bahasa Mandarin..
Yang lebih terasa saat kami pindah dari Singapura ke HCMC.
Kendala Bahasa, bagi saya sungguh terasa.
Sehingga mau tidak mau, saya mengambil kursus bahasa Vietnam selama 3 bulan, untuk setidaknya berkomunikasi ketika harus naik Taksi atau berbelanja di Pasar.
Karena tidak semua pasar seperti Ben Thahn Market yang tersohor bagi para turis, yang penjualnya fasih berbagai Bahasa. Termasuk Indonesia.
Teringat pula, ketika masuk di pasar tersebut, mereka berseru, " Murah... murah..."
Karena banyak turis dari Indonesia dan Malaysia juga yang mengunjunginya...
Banyak kali, hanya bahasa Vietnam yang dipergunakan di banyak tempat di HCMC.
Kecuali di Distrik 1 (Quan 1), yang terkenal dengan daerah turis di mana Bahasa Inggris cukup umum dipergunakan...

Yang paling anyar dari proses belajar saya sebagai seorang Ibu adalah 'baking.'
Membuat kue bagi keluarga terkasih, anak-anak tercinta, terutama saat ulang tahun.
Di Singapura, kue ulang tahun harganya terbilang mahal dan variasinya tidak banyak.
Jika ada, harganya pasti mahal.
Atas 'request' anak-anak, saya pun belajar 'baking'.
Jujurnya, ini keluar dari zona nyaman saya.
Saya lebih memilih mengetik keyboard dan menulis berjam-jam, ketimbang menghabiskan waktu untuk 'baking.'
Yang pernah tahu saya di masa lalu, pastinya bingung karena dulunya saya paling anti masuk dapur dengan alasan mau praktis.
Tetapi, sekarang akhirnya berubah:)
Permulaannya terasa berat, untuk melangkahkan kaki ke dapur dan mulai membuat kue.
Setelah sebelumnya menganalisa dan memantau ratusan resep yang bertaburan di jagad internet...
Perlahan tapi pasti, mulai timbul sedikit demi sedikit rasa percaya diri...
Setelah beberapa kali uji coba dan kata yang mencicipinya rasanya cukup bisa diterima...
*senyum terkembang di sudut bibir. Bahagia.*

Tantangan yang terberat, membuat kue ulang tahun untuk anak pertama kami, akhirnya saya jalani.
Butuh keberanian, juga survey yang besar untuk membuat cake ulang tahunnya.
Kami pilih bertema bunga mawar 'rosette', lalu sekelilingnya saya letakkan coklat 'kit kat', dan coklat kecil M&M's. Lalu, saya ikat dengan pita biru dan di atasnya ada tiga ballerina sedang 'unjuk gigi' di atas kue...

Sedang untuk 'cupcakes'-nya...
Masih bertema 'Rosette', dengan taburan macam-macam 'sprinkles' di atasnya, termasuk mutiara...
Rasa lelah ketika harus mengerjakan kue itu seharian, terbayar dengan wajah bahagia Odri yang berkata, " Mommy, I'm so proud of your hard work. And they're so pretty, like from the shop."
Saya bahagia. Kerja keras terbayar dengan ungkapan kasihnya.
Seperti bakery? Saya kira masih jauh hehehe...
Tapi, saya senang, setidaknya ada juga hasil dari perjuangan sekian lama memantengi resep dan melakukan uji-coba.

Aller anfang ist schwer.
Yah, mungkin awalnya sulit...
Tapi, sekali lagi, tidak ada kata mustahil bagi mereka yang berusaha dengan giat...
Juga yang menyandarkan kekuatannya kepada Sang Maha Kuasa...
Saya mungkin belum bisa, tapi saya mau belajar-demi kasihku kepada anak-anakku- dan setelah itu Tuhan buka jalan...
Kadang salah, kadang bantet, kadang gosong, yah.. itu resiko seorang pemula yang baru belajar 'baking', tapi saya menikmatinya sebagai bagian dari proses belajar yang tak kunjung henti sepanjang hidup saya...

Kini, saya tengah mempersiapkan kue kedua bagi anak kedua kami yang juga lahir di Bulan Maret...
Semoga berhasil, ya...
Saya akan sharing hasilnya beberapa hari ke depan:)

Selamat malam semua...
Senang berbagi kisah ini dengan Anda, para sahabat semua...

20.03.2015
fon@sg