Monday, March 25, 2013

Tanggung




Okay, now you’re having a bad day…
Kagak mood mau ngapa-ngapain dan negative thoughts mulai merasuki…

Mulai dari depan kaca…
Yah, gw gak cantik-cantik (buat cowok read: ganteng-ganteng) amat..
Sukses-sukses banget di karier juga kagak
Terkenal juga belum. Masih jauhlah…
Kaya juga nggak…
Gak ada keknya pekerjaan yang bisa gw lakuin dengan baik…

Kalopun gw jago renang, gw kagak bisa kayak Michael Phelps
Kalopun gw jago golf, gw gak bisa seperti Tiger Woods
Kalopun gw jago nulis, gw gak bisa sehebat J.K Rowlings yang ngarang Harry Potter
Kalopun gw pinter, gw gak bakal sehebat Einstein
Kalopun gw keren, gw gak bakal bisa jadi Miss Universe
Ah, kenapa rasanya hari ini apa yang gw miliki semua serba ‘tanggung’?
#mendadak rasa syukur jadi begitu jauhhhh. Gw gak lagi bisa mensyukuri nafas hidup gw, bahwa gw dikarunia fisik yang sempurna dan tidak ada cacat tubuh, apalagi memperhatikan mentari pagi ato rembulan…Ahhh, mengapa???

Kenapa Engkau menciptakan aku yang serba ‘tanggung’ ini, Tuhan?
(sounds familiar? Tapi pernah terjadi di suatu hari ketika kamu lagi enggak mood? Lagi kehilangan semangat ato lagi down?)

Mendadak dari dalam hati, ada bisikan lembut:
“ Kalau dari segala yang nampaknya ‘tanggung’ di matamu, bisa kamu manfaatkan dengan tanggung jawab yang penuh. Dengan kesetiaan utuh kepada-Ku…
Saat kamu tetap setia dalam hal-hal kecil yang Kupercayakan kepadamu, hal-hal yang meminjam istilahmu, terasa ‘tanggung’ itu…
Percayalah, Aku tidak akan tanggung-tanggung, Aku akan mampu menjadikanmu pribadi yang tangguh. Tangguh di dalam-Ku…
Tangguh bersama-Ku, hadapi segala perkara dalam tuntunan tangan-Ku…”

#plakkk…
Tertampar… Terhujam… Merasa menyesal…
Kenapa aku (lagi-lagi) kurang bersyukur, Tuhan?
Sori, ya Tuhan, I never meant to
Cuma memang terkadang perasaan ini bisa membawaku terbang begitu tinggi dan membahagiakan, sekaligus bisa membawaku masuk ke lembah kefrustrasian yang mendalam…

So, Engkau menciptakanku tak tanggung-tanggung, dengan seluruh kasih-Mu…
Sepantasnyalah aku memberikan yang terbaik tanpa tanggung-tanggung….
Hanya bagi-Mu.
Thank You, Lord.

fon@sg
  • coretan di siang hari. A different side of me wanna talk:)

Tuesday, March 19, 2013

Reserved Seats di MRT – Kepedulian yang Makin Menipis?




Halo sahabat? Apa kabar?
Semoga semuanya dalam keadaan baik dan sehat, yaJ

Kali ini saya akan mengangkat kasus yang terkadang juga jadi bahan pembicaraan di sekitar kami di sini.
Mengenai ‘reserved seats’ di MRT (Mass Rapid Transit). Mungkin jika Anda berkunjung ke Singapura, Anda bisa melihat di MRT ada tempat khusus yang disediakan untuk mereka yang ‘spesial’ yaitu mereka yang berusia lanjut, mereka yang membawa anak-anak atau tengah hamil dan mereka yang fisiknya tidak sempurna (cacat).

Namun ada kalanya, di MRT yang penuh sesak, banyak orang muda atau mereka yang tanpa kekhususan itu yang duduk di ‘reserved seats’ dan seolah cuek dengan sekitar. Mereka sibuk main game atau nonton via handphone canggih yang mereka miliki, mungkin juga tidur (atau banyak orang tua yang tidak dapat tempat duduk menduga bahwa mereka pura-pura tidur), mungkin juga sibuk dengan iPad atau Galaxy Tab-nya…

Jika keadaan MRT tengah kosong pada jam-jam tidak sibuk, tentunya tidak banyak yang akan mempermasalahkan ‘reserved seats’ atau tidak. Wong kosong koq, yah bebas sajalah, duduk di mana juga oke. Masalahnya jika penuh sesak, tetapi yang duduk itu bukan yang butuh tetapi yang cuek. Nah, ini yang bisa jadi masalah.
Beberapa orang tua yang berdiri di sekitar saya di MRT menjadi marah dan berang, pernah ada yang bilang bahwa pendidikan seolah tak berarti, karena mengajarkan anak-anak muda ini menjadi mereka yang pintar tapi tak punya hati (baca: perasaan). Mereka menganggap bahwa wong sama-sama bayar, koq, kenapa saya harus merelakan tempat duduk saya walaupun buat mereka yang butuh?

Kenyataan ini agaknya juga bisa dicermati di kehidupan keseharian kita.
Di Singapura yang segalanya serba cepat, di eskalator pun kita harus berdiri di sisi kiri jika kita hendak pelan. Kalau sebelah kanan itu adalah jalur cepatnya, yang diberikan kepada mereka yang masih juga berjalan cepat meski berada di tangga berjalan.
Segala yang harus cepat, efektif dan efisien ini membuat saya pun berpikir, jika ada seseorang yang butuh bantuan, entah pingsan, entah sakit mendadak, masih adakah pribadi-pribadi yang mau berhenti sejenak dan memberikan pertolongan?

Sama halnya di setiap tempat… Bukan hanya di sini saja…
Jika Anda berkendaraan di Jakarta, tengah mengejar sebuah ‘deadline’ yang penting bagi pekerjaan Anda…
Mendadak di tengah jalan ada kejadian yang butuh bantuan Anda…
Ada seorang anak yang pingsan di jalan dan butuh bantuan….
Maukah Anda merelakan ‘deadline’ itu lalu memberikan pertolongan?

Jika Anda sedang tergesa-gesa dan ada seseorang membutuhkan bantuan, maukah Anda berhenti sejenak?  Tentunya, setiap pilihan mengandung konsekuensi dan setiap pribadi bebas menentukan pilihannya… Tetapi, akankah kasih masih menempati posisi prioritas tinimbang egoisme dan mementingkan diri sendiri?

Kasus ‘reserved seats’ membuat saya juga diingatkan…
Untuk tidak selalu terburu-buru, untuk tidak selalu merasa saya yang paling perlu atau paling penting, masih banyak orang yang butuh bantuan…
Butuh pertolongan…
Apalagi mereka yang benar-benar kesusahan…
Maukah kita membuka hati ketika mereka mengetuk pintu?
Tuhan, tanamkan kasih dan kepedulian itu di hati kami.
Amin.

19 Maret 2013
fon@sg


Tuesday, March 12, 2013

Tembang Cinta Kita Episode #5: Someone Like You


Tembang Cinta Kita Episode #5: Someone Like You

Previously on Tembang Cinta Kita…
Ling yang pingsan masih berada di rumah Tante Merry. Dia sungguh sedih dengan kenyataan bahwa Glen minta bertemu untuk memberikan undangan pernikahannya secara pribadi kepada dirinya.  Dia sungguh tak tahan. Belum lagi tuntas sakit hatinya karena putus dari Glen, ternyata begitu cepat Glen akan menikah dengan Grace. Mama memberikan dukungan. Juga Han, yang sekarang menjadi sahabat baiknya. Dalam segala permasalahan yang menimpanya, Ling seakan ingin berbicara dengan bulan. Talking to the Moon ‘Bruno Mars’ menemaninya, seolah tahu perasaannya. Betapa dia rindu bercakap-cakap dengan Glen seperti dulu dan berharap Glen ada di bulan sana dan menanggapi keluh-kesahnya juga. Masih setengah mendesak, Glen menanyakan kapan mereka akan bertemu….
Jadi, bagaimana kelanjutan kisah ini? Simak di episode kali ini…

Episode #5: Someone Like You

Langit yang sama. Mentari yang sama.
Hanya satu yang berbeda. Dirimu yang hilang.
(-fon-)

Hari berjalan pelan. Seolah enggan bergeser. Ataukah aku yang memperlambat semua prosesnya itu? Mungkin begitu.

Glen tak pernah bertemu denganku lagi. Aku tak mau.
Aku pikir lebih baik dia mengirimkan undangannya via pos, via TIKI, atau titip teman, atau via apa saja. Tak hendak aku bertemu dengannya lagi.

Dan hari ini tiba juga. This is their wedding day.
Terbayang Grace yang anggun dalam balutan gaun pernikahan warna putih bersih, dengan mahkota di kepalanya, dengan ‘make-up’ yang sempurna…
Ah, begitu membuat iri di hati…
Dan Glen, dengan gagahnya… Mengenakan jas hitam kebanggaannya, kemeja putih bersih dan dasi kupu-kupu… Sungguh menghujam dadaku!

Tetapi, satu sisi kusadari… Bukankah ketika kumulai perjalanan bersama Glen, kutahu bahwa ini bukanlah pertandingan yang akan kumenangkan?
Tetapi mengapa masih terasa begitu menyesakkan?

Perlahan, lagu itu memenuhi kamarku. Kesendirian ini kembali menemaniku.
Mama sudah kembali ke Jambi. Dan Han juga sudah pulang ke Australia.
Kini hanya diriku berteman sepi seperti waktu pertama kali aku putus dengan Glen waktu itu.

Seolah tahu perasaanku, radio kesayanganku Radio Ga Ga, kembali memutar tembang dari Adele yang berjudul Someone Like You


I heard, that you're settled down, 
That you, found a girl and your married now.
I heard that your dreams came true.
Guess she gave you things, I didn't give to you.

Old friend, why are you so shy?
Ain't like you to hold back or hide from the light.

I hate to turn up out of the blue uninvited, 
But I couldn't stay away, I couldn't fight it.
I'd hoped you'd see my face and that you'd be reminded, 
That for me, it isn't over.

Nevermind, I'll find someone like you.
I wish nothing but the best, for you too.
Don't forget me, I beg, I remember you said, 
"Sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead"
Sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead, yeah.

Aku takkan hadir di pestamu, Glen.
Doaku agar kamu bahagia dengan Grace.
Aku hanya berharap someday, somewhere, somehow, I could find someone like you…
Seseorang tempatku berbagi kisah hidupku, keluh-kesahku, juga bahagiaku…
Seseorang tempatku berlabuh, seseorang yang selalu ada bagiku dalam susah-senangku, sehat-sakitku, untung-malangku…
Bersamaku menjalani sisa hidupku…
Sampai salah satu dari kami harus menutup mata untuk selamanya…

***
WhatsApp-ku tiba-tiba aktif.
Jarang-jarang minggu-minggu begini, karena kebanyakan orang menghabiskan waktu bersama keluarganya.
And to my surprise, it’s Han! Bisa dihitung dengan jari WA-nya kepadaku. Dalam lima bulan terakhir ini, sekitar tiga minggu sekali dia mengirim kabar…

Aku sudah berusaha menepis bayangan akan hubungan romantis yang akan tercipta antara aku dan Han… Yang kini ada hanyalah persahabatan yang manis. Yang saling menguatkan dan mendukung. Serta saling mendoakan.
Walau intensitas kami dalam saling kontak tak begitu sering, tetapi kualitas obrolan kami cukup mendalam layaknya seorang sahabat akrab…

“ Lagi apa?”tanyanya
“Lagi denger lagu Adele, Someone Like You.” Jawabku
Kenapa kamu gak pergi sama May, Han? Ini ‘kan Hari Minggu.”
Tanyaku lagi.
“ Oh, May lagi ke Vietnam. Balik ke kampung halamannya di Vung Tau, sebuah pulau tak jauh dari Ho Chi Minh City.” Jawab Han lagi.

“ Aku lagi sedih, Han.  Hari ini Glen menikah dengan Grace. Dan rasanya lagu Someone Like You itu cocok dengan kondisi hatiku. Aku hanya berharap suatu saat akan kutemukan sosok itu. Hatiku masih hancur banget, Han. Gak tau harus gimana ke depannya.”
Tanganku mengetik Blackberryku dengan begitu lancar. Seolah Han sungguh tepat waktu datang padaku saat ini untuk menjadi sahabat tempatku berbagi seluruh keluh kesahku, walau hanya via chatting saja. Dan aku sungguh merasa tidak sendirian, setidaknya masih ada seorang sahabat yang walaupun dipisahkan benua, tetapi dia tetap setia mendengarkan curahan hatiku…

“ Jangan terlalu dipikirkan, Ling. Nanti pasti kamu akan temukan seseorang yang terbaik buatmu. Kamu gadis yang baik. Glen meninggalkanmu bukan karena kamu perempuan yang tidak baik… Tetapi, karena dia mengikuti pilihan orangtuanya. Kamu tahu itu. Jangan sampai itu membuat kamu menjadi ragu akan dirimu sendiri dan kehilangan kepercayaan dirimu. Aku akan mendoakan kamu.”  Jawaban Han itu sungguh membuat lega hatiku.

Sementara itu tanganku sibuk memencet tombol televisi. Entah mengapa hari itu aku tertarik membuka saluran Metro TV. Jam menunjukkan pukul 5 sore. Mendadak ada ‘breaking news’ yang mau tidak mau menarik perhatianku.

Selamat sore pemirsa.
Kali ini kami melaporkan dari tempat kejadian, adanya truk gandeng yang menabrak mobil pengantin di daerah Pancoran, Jakarta Selatan. Tidak jauh dari gedung pernikahan Bidakara. Diperkirakan pasangan pengantin ini akan melangsungkan acara pernikahan mereka di sana. Namun, apa daya, rencana terhenti seketika karena kecelakaan naas ini.
Korbannya adalah pengantin perempuan yang segera dilarikan ke RS terdekat. Nama pengantin wanitanya adalah Grace……

Berita itu langsung sayup-sayup kudengar. Tak lagi kuperhatikan kata-kata presenter berita yang cantik itu. Yang hanya nampak jelas di layar kacaku adalah Glen yang menangis pilu memeluk Grace yang mendadak tak sadarkan diri dan terbujur kaku. Bersimbah darah di tengah ramainya lalu lintas di sana.

Aku terdiam. Menangis.
Glen dan Grace, kasihan kalian….

Bergegas aku lapor pada Han…
“ Han, mobil pengantin Glen dan Grace kecelakaan. Grace dalam kondisi parah diangkut ke RS.”

“Hah? Kasihan betul! Aku sampai speechless. Kamu gimana, Ling?”
Tanya Han…

Tak sempat lagi kujawab pesan WhatsApp-nya…
Aku terdiam. Terhenyak. Duduk di ranjangku dan memegang kepalaku…
Tetesan air mata masih mengalir di pipiku…
Tuhan, apa arti semuanya ini? Tuhan, kasihanilah mereka…

To be continued…

12.03.2013
fon@sg