Sunday, July 30, 2017

Being Mom - French Braid


Tahun 2016 yang lalu, pada suatu siang…
Aku berada pada kelompok koor sekolah Odri, anak pertama kami.
CCA (Co-Curricular Activity) atau Ekskul yang diikutinya adalah ‘Choir’.
Hari itu, mereka akan berlomba dan aku diminta mengepang silang rambut anggota kelompok mereka.
Aku yang tidak lancar mengepang silang (French-braid), terpaksa belajar dari tutorial YouTube, untuk kemudian berlatih pada rambut Odri anak kami.
Menjelang hari ‘H’, kepangan untuk Odri bertambah lancar, tetapi memang kecepatan tidaklah seprima mereka yang sudah terbiasa.
Tetapi, tetap aku melangkah ke gerbang sekolah dengan niatan membantu dan memberikan yang terbaik…
Mengepang rambut anggota kelompok paduan suara mereka untuk lomba pada Singapore Youth Festival di tahun lalu.

Kemarin siang…
Aku kembali mengepang rambut Odri sekali lagi. Kepangan demi kepangan itu mengingatkanku akan proses pembelajarannya. Aku sekarang bisa mengepang rambutku sendiri dengan cepat dengan ala French Braid ini. 
Begitu pula untuk Odri, dalam waktu yang singkat sebuah kepang silang telah tercipta..

Dan lintasan peristiwa itu kembali memenuhi benakku…
Banyak kali, aku merasa tak mampu…
Namun banyak kali, aku dikuatkan oleh Yang Kuasa untuk belajar sekali lagi…
Mulai dari memasak, ‘baking’, dan mengurus rambut anak-anak..
Dulu hal-hal yang aku tidak bisa, sekarang jadi bisa.
Bukan karena kehebatanku, tetapi karena memang ada keinginan untuk belajar dan memberikan yang terbaik bagi anak-anak kami…
Dan aku mulai mengenal arti kata: mau belajar, mau mencoba, daripada memilih berkata, “ Saya tidak bisa.”

Rasanya tidak ada yang terlalu sulit, jika diniati dengan hati.
Tidak ada yang terlalu sukar, jika mau belajar.
Jika memang ada keterbatasan dalam hasil yang terkadang tidak sesuai yang diharapkan, ya… maklumi diri: karena kita masih belajar.
Perlahan tetapi pasti, aku kembali diingatkan akan hidup ini secara keseluruhan.
Sebuah proses pelajaran tanpa akhir, sampai akhir nanti.

Senyum terkembang di bibirnya.
Odri bahagia.
Aku juga.
Bahagia itu sesederhana setiap hati yang berusaha mengucap syukur atas hal-hal terkecil sekali pun di dalam hidup ini.

Singapura, 30 Juli 2017

Fonny Jodikin

Sumber gambar: Internet

Friday, July 7, 2017

TAIFUN MERBOK




Tiket ke Hong Kong, sudah saya beli dari tahun lalu, tepatnya di akhir November 2016 untuk kami sekeluarga plus mertua.
Karena ada point dari penerbangan suami yang bisa dipakai, jadi harus booking jauh-jauh hari.
Tentunya saya memilih ketika libur sekolah, sekitar bulan Juni yang biasanya cukup panjang sekitar 1 bulan.

Karena banyak masukan bahwa membawa Papa mertua yang pernah stroke dua kali akan terasa berat jika langsung ke Hong Kong yang terkenal serba cepat, bahkan lebih dari Singapura, maka kami memutuskan untuk juga mampir ke Macau. Tidak perlu visa untuk WNI, maka jadilah kami menuju ke sana. Setelah melihat-lihat harga hotel, saya pun berdiskusi dengan suami yang kemudian memutuskan untuk langsung ke Macau dari airport Hong Kong tanpa keluar dari Airport. Memang perjalanan menjadi lebih panjang di hari Minggu 11 Juni 2017 itu, tetapi setidaknya kami menikmati 4 hari 3 malam di Macau. Setelah itu barulah kami melanjutkan perjalanan menuju Hong Kong.

Perjalanan penerbangan memakan waktu 3.5 jam dari Singapura menuju Hong Kong. Bukan perjalanan yang panjang, namun karena kami harus menunggu Turbo Jet yang akan membawa kami ke Macau, total perjalanan plus waktu menunggu di Airport Singapura dan Hong Kong total sekitar 11 jam lebih. Cukup lelah, kami sampai di Macau, tetapi cukup terhibur dengan kondisi apik yang tak disangka-sangka ada di sana. Kompleks yang kami tinggali di Cotai (Coloane-Taipa) memiliki resort yang sejajar indahnya dengan Marina Bay Sands di Singapura. Dan kompleks itu bahkan memiliki setidaknya 5 hotel yang setara dengan MBS. Sebut saja: Venetian, Parisian Macau, Sands Cotai Resorts (SCC), dan City of Dreams (hotel Hard Rock Macau berada di sini).

Singkat cerita, perjalanan di Macau membawa kegembiraan tersendiri. Tanggal 12, kami berencana melihat-lihat kota Macau, tempat penduduknya tinggal dan bukan di Resort. Siang hari, kami masih berada di sektiar hotel dan melihat-lihat di Venetian Macau.. Kami tetap berkeinginan menjelajah di Ruin St. Paul dan Senado Square, tempat yang apik, saat historical and commercial place menyatu. Shuttle bus dari City of Dreams sudah membawa kami ke hotel Grand Emperor di pusat kota dan saat kami sampai, hujan sungguh deras diiringi angin kencang. Suami saya berkata, apa mungkin akan ada Taifun di Macau atau mungkin juga ada Taifun di Hong Kong? Kami pun membatalkan ‘exploring’ Macau karena saya hanya membawa 1 payung. Lalu kami kembali ke hotel. Sambil mengecek internet, kami pun melihat bahwa di Hong Kong Taifun Merbok memang akan hadir 12 Juni itu. Hong Kong tengah dalam kondisi waspada terhadap Taifun ini.

Kami tidak tahu. Saya tidak tahu.
Ketika merencanakan perjalanan ini, saya sempat membawanya ke dalam doa, sebagaimana saya memulai setiap perjalanan kami.
Tanggal-tanggal yang mana yang pas, sungguh kita sebagai manusia, hanya bisa berencana.
Puji Tuhan, rencana kami ke Hong Kong adalah tanggal 14 Juni. Sesudah taifun berlalu.
Saya menggeleng-gelengkan kepala dan berdecak kagum dalam hati.
Sungguh besar kuasa-Mu, Tuhan!
Kami tidak pernah tahu, tetapi Engkau Maha Tahu…
Terima kasih, Tuhan!

Hong Kong, 14 Juni 2017
Sesampainya di Hotel di daerah Causewaybay, saya kembali mengucap syukur atas hari yang Tuhan beri.
Luar biasa kebaikan-Nya, kasih-Nya sungguh nyata bagi kami sekeluarga…
Setelah badai, keadaan kembali tenang.
Meskipun itu mengubah cuaca Hong Kong yang konon menurut Sahabatku yang tinggal di sana sempat begitu panas sekitar 35-37 derajad Celcius.
Sesudah kami tiba, hujan dan mendung menghiasi.

Kusyukuri perlidungan-Mu di hidup kami.
Terima kasih sekali lagi ya, Tuhan…
Semoga setiap kali kami berencana, selalu kami doakan, karena pada akhirnya rencana-Mu adalah yang terbaik di hidup kami.
Amin.

Singapura, 1 Juli 2017
Fonny Jodikin

Foto: Tropical Storm Merbok (Typhoon Merbok).
Sumber: Internet