Wednesday, May 30, 2007

Menembus Hujan Bersama Tuhan

THROUGH THE RAIN (Mariah Carey)

When you get caught in the rain with no where to run
When you're distraught and in pain without anyone

When you keep crying out to be saved
But nobody comes and you feel so far away
That you just can't find your way home
You can get there alone
It's okay, what you say is

I can make it through the rain
I can stand up once again on my own
And I know that I'm strong enough to mend
And every time I feel afraid I hold tighter to my faith
And I live one more day and I make it through the rain

And if you keep falling down don't you dare give in
You will arise safe and sound, so keep pressing on steadfastly
And you'll find what you need to prevail
What you say is

I can make it through the rain
I can stand up once again on my own
And I know that I'm strong enough to mend
And every time I feel afraid I hold tighter to my faith
And I live one more day and I make it through the rain
And when the rain blows, as shadows grow close don't be afraid
There's nothing you can't face
And should they tell you you'll never pull through
Don't hesitate, stand tall and say

I can make it through the rain
I can stand up once again on my own
And I know that I'm strong enough to mend
And every time I feel afraid I hold tighter to my faith
And I live one more day and I make it through the rain
I can make it through the rain
And I live once again
And I live one more day
And I can make it through the rain
(Yes you can)
You will make it through the rain


Dear friends...
Terinspirasi dari lagu Through the Rain milik Mariah Carey, inilah tulisan gue kali ini.
Lagu lama yang sempat memotivasi gue di kala g tengah down, tengah kesusahan.

Hujan, bukanlah sesuatu yang selalu menyenangkan. Teringat masa kecil di mana saat main hujan adalah saat yang menyenangkan, cuma inget pesen mama aja supaya gak kena hujan karena biasanya kepala puyeng alias pusing.
Hujan bisa mengakibatkan basah kuyup, kemudian mengundang beberapa penyakit seperti flu misalnya. Hujan terus-terusan di banyak tempat mengakibatkan banjir, seperti yang dialami di Jakarta beberapa waktu yang lalu, dan tau sendiri kan betapa pusingnya akibat dari banjir itu sendiri?
Hujan rintik-rintik, sering kali nggak jadi masalah. Namun, ketika hujan badai melanda, bagaimanakah kita melangkah??

Oleh lagu ini, dituliskan dengan baik sekali, I can make it through the rain and stand up once again...
Seringkali di tengah derasnya hujan, kita terpeleset. Dan apabila hujan terus sampai banjir, tidak jarang kita melihat orang bahkan kendaraan terperosok masuk ke dalam lubang yang tak terlihat oleh mata kita karena tertutup air.
Sering kali, di tengah permasalahan yang ada, kita terperangkap di dalamnya. Dan kita kesulitan untuk melangkah, what's the next step to do?
Yang terbaik adalah: berdiri sekali lagi... dan meyakini kalo hujan yang terbesar dan terlebat sekalipun, pasti akan ada redanya...

Bagi g secara pribadi, tidak jarang, Tuhan mengizinkan hujan-hujan itu terjadi dalam hidup gue....
Hujan gerimis, bisa berupa kerikil-kerikil kecil, permasalahan yang sepertinya gampang untuk g atasi...
Kadang datang pula hujan lebat, kondisi di mana semua tenaga dikerahkan, akhirnya bisa juga diatasi permasalahan yang cukup pelik itu...
Namun, once in a while, Tuhan juga mengizinkan hujan badai dan diiringi tsunami terjadi pada diri gue... Di mana gue udah berusaha setengah mati, namun tidak ada jalan keluar.
Yang g bisa lakukan cuma bersabar dan berdoa, menunggu sang hujan reda dan meyakini bahwa ini adalah hal yang harus g lewati dalam hidup ini dan the good thing is: g tidak sendirian melewatinya. God is with me!

Terkadang, g berkeinginan dan berandai-andai... bagaimana sih hidup g kalo tanpa hujan sama sekali??
Bisa jadi g kepanasan, karena hujan juga tidak melulu jelek, terkadang membawa kesejukan. Membawa sesuatu yang berbeda dari rutinitas hidup. Coba bayangkan kalo tiap hari panasss melulu, hujan sekali aja langsung kita syukuri, kan??
Kalo hidup g melulu mulusss aja, lancarrr aja tanpa masalah, mungkin g akan merasa kering dan kosong, koq hidup g tak ada variasinya sih, semua ok aja, semua baik aja, koq jadi monoton...
Masalah (read: hujan) dalam hal ini diperlukan juga agar hidup lebih berwarna, lebih dinamis.

Dan hujan-hujan itu membawa g menyadari bahwa g itu kecil dan Tuhanlah yang punya kuasa setinggi-tingginya. Kenapa g bilang begitu?
Coba bayangkan suatu hari dalam hidupmu. Pagi harimu diawali dengan matahari pagi bersinar cerah dan ramah, sinarnya yang lembut membangunkan kamu dari mimpimu dan dari tidurmu yang nyenyak...
Siang, matahari bersinar sangat terik. Panasnya ampun-ampunan.
Tapi sedetik kemudian, awan mulai datang, lalu langit berubah warna menjadi kelabu. Kaupandangi mendung yang menutup seluruh permukaan langit... Kemudian turunlah hujan deras...
Unpredictable kan? Cuaca begitu sulit ditebak...

Begitu pula dengan hidup. Hidup juga unpredictable!
Anggaplah saat ini kamu tengah berada di tengah kondisi yang sangat indah, sangat harmonis, sangat sukses, sangat membanggakan.
Namun, seketika, keadaan itu bisa berubah seperti membalikkan telapak tangan.
Hujan datang tak terduga, begitu pula dengan masalah dalam hidup ini.
Bersyukurlah kalo sampe saat ini, hidupmu diterangi matahari yang hangat. Namun, sadarilah juga, matahari sifatnya menemani harimu sementara saja, dan dalam suatu waktu di kehidupanmu, hujan bisa sewaktu-waktu turun tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Pengalaman menembus hujan, akan selalu kita hadapi di tiap hari dalam kehidupan ini. Di mana pun kita berada, masalah tidak pernah berhenti mengintai kita. Dan untungnya Tuhan selalu beserta kita, no need to worry, all we have to do is just berjaga-jagalah, seperti apa yang tertulis dalam Markus 13:37, " Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!"


G sadar, g gak bisa menghindari masalah. G tidak bisa lari darinya. Yang bisa g lakukan adalah berjaga-jaga sehingga pada saat masalah datang, g tau kepada siapa g harus mencari nasihat terlebih dahulu. Mencari Tuhan terlebih dahulu itu yang terutama!
Melalui doa, kita berbicara dan berkomunikasi dengan Tuhan dan itu berarti juga menumpahkan semua perasaan yang ada, curhat dengan Dia. G tau dan g tidak putus asa, dalam masalah terberat sekalipun karena g yakin, Tuhan bisa membantu g menembus hujan ini.
Mungkin hujan ini harus g lewati dengan isak tangis dan derai air mata, tapi g tau pasti, saat g menangis, Tuhan tengah memeluk g dan tidak pernah dia biarkan g jatuh sampai tergeletak, Dia ada dan Dia menopang g, menopang kita semua!


Pengalaman menembus hujan bersama Tuhan menjadi berharga karena g semakin tau, g dicintaiNya dan g jg semakin cinta padaNya. Melalui hujan bersama Tuhan membuat g semakin dewasa di dalam iman g.
Thanks for the rain in my life, GOD! I know I can make it through the rain and stand up once again, because I'm with You!

Selamat berhujan-hujanan dan menembusnya bersama Tuhan! :)

Singapore, May 30 2007
-fon-

Tuesday, May 8, 2007

Hidup Lajang dan Hidup Menikah

Dear all...
G bilang g hampir gak bisa menulis, krn kesibukan menjaga Audrey... Namun, hari Minggu kemaren, sesudah g pulang dari Novena Church, tiba2 saja karisma menulis yang Tuhan titipkan membawa g ke depan computer g, n terus menulis tanpa henti. G mulai menulis jam 11 lewat setelah Audrey bobo n terus menulis sampe selesai jam 12.30 tengah malam.
Smoga bermanfaat...

Tk care all...
-fon-

Hidup Lajang dan Hidup Menikah

Banyak orang yang masih single berpikir bahwa alangkah menyenangkannya hidup pernikahan itu. Ada seseorang untuk berbagi, dalam suka dan duka, dalam untung dan malang, dalam keadaan sehat dan sakit, sebagaimana yang dinyatakan dalam janji pernikahan.
Itu benar adanya, saya tidak pernah memungkiri betapa benarnya kenyataan itu! Namun di lain pihak, terdapat harapan dan impian Hollywood, sebagaimana film-film dramanya memberikan gambaran, betapa kehidupan yang diarungi berdua itu indah-indah saja dan pasti endingnya sebagian besar adalah “Happy End”.

Saya tidak mengatakan bahwa kehidupan perkawinan tidak ada unsur yang menyenangkan. Sama sekali tidak! Namun sejak saya pribadi menjalani kehidupan perkawinan yang masih seumur jagung ini, saya pun mulai menyadari bahwa untuk benar-benar bertahan dalam kehidupan perkawinan, mimpi romantisme saja tidaklah cukup.

Kehidupan sebagai seorang lajang, tidak lepas dari begitu banyak kebebasan. Kalaupun ada yang mengikat tentunya hanya sang pacar dan keluarga kita.
Namun ketika kita memutuskan untuk menikah, keterikatan itu tidak lagi sebatas apel di malam minggu, nonton atawa makan bersama yang mungkin cuma makan waktu sekitar 2-3 jam seminggu 2-3 kali misalnya.
Keterikatan itu menyangkut penyesuaian diri dengan seseorang yang bisa-bisa selama 24 jam bersama-sama dengan kamu dan itu bukan main-main, untuk seumur hidupmu!
Dua pribadi yang dipersatukan, tentunya memiliki banyak perbedaan. Mungkin ketika berpacaran, kamu dengan gampang menemukan begitu banyak persamaan antara kamu dengan pasangan. Dan ketika kamu memasuki mahligai perkawinan, kemudian kamu menjadi bingung, mengapa kamu semakin melihat begitu banyak perbedaan?
Untuk itu penyesuaian dan pengertian yang terus menerus amat dibutuhkan oleh kedua belah pihak dalam rumah tangga.

Dan bukan itu saja, keterikatan itu termasuk perkawinan plus plus di Indonesia. Kenapa saya katakan perkawinan ++ (baca: perkawinan plus plus)? Karena keterikatan dalam suatu perkawinan juga termasuk dengan keluarga suami/istri dan seluruh kerabatnya. Keluarga besar, begitu istilahnya.
Dan tiba-tiba saja, saudara kita bertambah amat banyak, dikarenakan tali pernikahan yang kita jalani.
Mungkin kamu pernah dengar pernyataan begini, “ Itu lho… Pak Ade, adik dari ipar saya…” Atau mungkin, “ Itu keponakan dari mertua saya…”
Belum lagi terkadang istilah-istilah yang begitu kompleksnya, yang pasti ujung-ujungnya ada hubungan saudara dikarenakan perkawinan …

Berhadapan dengan semakin banyak orang, tentunya berhadapan pula dengan semakin banyak karakter. Dan disadari atau tidak, tentunya banyak kepala semakin banyak permasalahan yang dihadapi. Untuk banyak pasangan, pertengkaran tidaklah terjadi antarmereka, namun banyak kali dikarenakan campur tangan dari pihak ketiga, keempat, bahkan kelima yang semakin memperkeruh suasana.
Jadi, pasangan yang menikah dengan kekerabatan plus plus hendaknya pandai-pandai memilah situasi, sehingga mereka tidak gampang terhasut oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, walaupun itu adalah dari pihak keluarga sendiri.

Perkawinan mengajarkan saya untuk hidup lebih realistis. Tidak selamanya pasangan kita berada pada ‘top performance’ sebagaimana yang ditunjukkan selama masa berpacaran atau masa ketika sang wanita tengah ‘dikejar’ oleh sang pria atau sebaliknya sang pria yang ‘dikejar’ wanita.
Perkawinan membawa seseorang ke tahap di mana harus menerima kalau pasangannya tengah kelelahan selepas kerja dan mendengar celotehan yang penuh amarah adalah hal terakhir yang diinginkan pada saat itu karena tubuhnya penat amat membutuhkan istirahat.

Menikah, apabila mendapatkan seseorang yang cocok, memang memberikan satu ketenangan batin dan ketentraman. Yang paling penting adalah azas yang diterapkan, tetap bersama dalam keadaan apa pun, tetap dijalankan.

Jujur saja, kehidupan lajang yang belum memiliki pacar alias jomblo atau sedang ‘kosong’ sebetulnya juga sangat menyenangkan. Kamu bisa lakukan apa saja yang kamu mau, mau pergi karaoke keluarga bersama teman-temanmu, mau nonton, mau jalan-jalan ke luar negeri, mau pelayanan sana-sini, mungkin tidak jadi masalah. Itu bakal jadi sesuatu yang berbeda ketika ada seorang pacar dan kemudian menjadi pasangan, suami atau istri kita, harus dilakukan penyesuaian di sana-sini dan tentunya saling toleransi antara satu dengan yang lain.

Namun, yang namanya manusia, sering kali tidak pernah puas, dan tidak jarang ada perasaan bosan menghinggapi hati kita apabila rutinitas itu-itu saja yang kita alami. Yang single berkeinginan segera mengakhiri kehidupan melajangnya dan melabuhkan hatinya kepada seseorang yang cocok. Sementara tidak jarang yang sudah menikah dan punya anak merindukan saat-saat lajang, di mana kebebasan menjadi begitu berarti di mata mereka.
Rumput tetangga sepertinya kelihatan selalu lebih hijau…
Bagaimana mencari penyelesaian agar kita bisa mensyukuri kehidupan yang kita jalani pada saat ini, sebetulnya merupakan kunci permasalahan.

Pada akhirnya, saya menilai bahwa kehidupan perkawinan akan jadi sangat menyenangkan bila:
1. Menikah dengan seorang yang cocok, dari segi intelektual, kepercayaan/agama, strata sosial, dan pemikiran akan masa depan berkeluarga yang bakal diarungi bersama.
2. Menjalani cinta romantisme- denyut jantung yang berdetak semakin cepat saat bertemu dengan si Dia, muka yang memerah (blushing)- dengan penuh rasa syukur namun tidak terbius olehnya. Sehingga tidak kecanduan akan cinta romantis ini dan bisa menerima keadaan ketika cinta romantis menjadi cinta realistis.
3. Berusaha mengerti kondisi pasangan, terutama pada saat-saat pasangan tengah menghadapi hal yang kurang menyenangkan ataupun menghadapi masalah besar. Pengertian adalah dasar yang utama yaitu dengan berusaha menempatkan diri pada posisi pasangan.
4. Tanggung jawab yang tinggi akan keputusan untuk menikah dan menjalani kehidupan bersama. Dalam kondisi apa pun!
5. Tetap setia dan menyertakan Tuhan dalam relasi ini. Adalah sangat beruntung apabila kedua orang yang terikat dalam satu mahligai rumah tangga adalah orang yang sama-sama memiliki hubungan pribadi yang indah dengan sang Pencipta. Karena banyak kali dalam kehidupan ini, kita mengalami kekecewaan dengan pasangan kita. Mungkin yang paling sering mengecewakan kita adalah pasangan kita, namun apabila kita punya relasi yang baik dengan Tuhan, yakinlah bahwa kita akan dimampukan memaafkan dan mengasihi pasangan kita. Namun, bila hanya salah satu pihak yang lebih dekat relasinya dengan Tuhan, sebaiknya mendoakan pasangannya agar bisa merasakan cinta Tuhan secara pribadi dan setia menunggu saatnya Tuhan tiba bagi pasangannya untuk merasakan hal itu.



Jika belum menemukan yang cocok, apa yang harus dilakukan?
1. Tetaplah mengasihi Tuhan secara sempurna, jangan marah-marah atau ‘complain’. Kalaupun ada ‘complain’ nyatakan kerinduan dan kegelisahan hatimu kepada Tuhan.
2. Nikmati ke-single-an itu sebagai berkat Tuhan juga, karena kamu tidak pernah tahu apa yang harus kamu hadapi ketika kamu menikah. Tanggung jawab yang lebih berat, juga masalah yang lebih besar. Ketika kamu menghadapi itu semua, mungkin kamu tidak kuat, makanya Tuhan menunggu waktu yang tepat untuk memberikan seseorang yang tepat pula untuk kamu.
3. Dan yakinlah, apabila Tuhan sudah bertindak, dan memberikan yang terbaik untukmu, Dia tidak pernah lepas tangan! Dia dengan setia terus membimbing agar kita siap mengalami semua perubahan yang terjadi. Dengan demikian, sebagai seorang single, kita hidup dalam kepenuhan, dan kita mampu mengucap syukur dengan kehidupan melajang itu. Dan ketika saatnya kamu harus menikah, kamu pun memiliki rasa syukur yang tinggi atas kehidupan single yang sudah kamu jalani selama ini, dan mampu mengambil tanggung jawab akan kehidupan berumah tangga yang Tuhan percayakan kepada kamu.

Jadi, lajang atau menikah, tidaklah jadi masalah asal kita menjalani kehidupan ini dengan realistis, sekaligus penuh pengharapan di dalam iman kita kepada Tuhan.
Tuhan tahu yang terbaik untuk setiap kita, jangan pernah ragukan itu! Bersyukur atas apa yang Dia beri, itu adalah yang terbaik yang bisa kita lakukan pada saat ini…

Singapore, 7 Mei 2007
-fon-

Sunday, May 6, 2007

The tiny thing called ENVY...

Dear all...
Apa kabar? Salam dari Singapura!
Kesibukan menjaga Audrey bikin g hampir gak bisa menulis. Capek, repot, sekaligus menyenangkan. Campur aduk lah perasaannya...
Ini adalah tulisan deadline g untuk majalah Shalom Betawi, entah udah diterbitkan atau blm, kalo gak bln ini, yah bln depan...
Enjoy yah...

GBU all...
-fon-


The tiny thing called ENVY…

Dear my citylighters…
Greetings from Singapore!
Gimana kabarnya neh? G harap baek2 aja n sehat2 selalu sehingga bisa menebarkan kasih di mana pun kamu ditempatkan…

Kali ini, g pengen mengangkat satu hal, satu hal sederhana yang namanya ENVY. Iri hati…
Mungkin ada beberapa yang defensif n bilang, ENVY? Iri hati? Apaan tuh? Gak pernah tuhhh terjadi pada diri gue…
Or mungkin komentar kamu, iri hati? Bukan gue bangetss deh…
Namun, mungkin gak jarang diantara kita yang punya pengalaman iri hati dan rasanya kesellll setengah mati dan gak damai sejahtera karena rasa iri ini…Mungkin itu salah satu di antara kamu?

Ketika keadaan ekonomi yang pas-pasan, balik ke taon2 awal g kuliah di Jakarta, g merasa amat mudah untuk g mengucap syukur dan berterima kasih. Makan mie goring tektek pun g syukuri karena at least g masih bisa makan. Bisa makan di burger di restoran siap saji juga bikin g mensyukurinya karena itu jarang2 terjadi. Pokoknya hal-hal kecil begitu gampang membuat g tersentuh akan kasih Tuhan yang gak berhenti dalam hidup g, even di saat itu g belum menjadi Katolik.
Dan kemudian abis kuliah, g kerja. Di dunia kerja, mulai dengan gaji yang standarlah, gak gede untuk fresh graduate, g tetep mensyukurinya.
Dan karir semakin naik, naik dan naik. Kerjaan tambah stress, gaji makin gede berimbang dengan stress yang dialami, dan tanpa g sadari, g semakin sulit mengucap syukur. Harus usaha deh pokoknya untuk tetap berada pada kondisi berterima kasih padaNya geto loh…
Di saat itu g teringat, dengan gaji yang udah cukup lumayan, g masih terkadang masih merasa kurang dan kalo denger orang lain gajinya lebih tinggi dari g, ada ambisi dan ada rasa tidak puas, yang g sadari, akar dari si ENVY ini…


How about you? Pernah ngalamin saat-saat seperti itu?
Atau… dalam hal lain? Cek your feeling about this things, gimana perasaan kamu ketika:
• Kamu sedang berada dalam bus kota tanpa AC, kepanasan donk judulnya… Dan tiba-tiba saja di sebelah kamu di lampu merah, ada seorang perempuan duduk dalam mobil BMWnya disopirin lageee sambil memegang minuman dingin di tangannya… Gimana perasaanmu??
• Kertas ujian mata kuliah A baru saja dibagikan. Kamu mendapat nilai 70. Kamu merasa senang, karena kamu expect nilaimu lebih rendah dari itu. Dan tiba-tiba saja teman akrabmu menunjukkan kertas ujiannya dan bertuliskan angka 90 padahal dia nyontek punyamu. Gimana perasaanmu??
• Kamu seorang cewek muda, memandang pantulan wajahmu di kaca rias rumahmu. “ Ah, wajahku gak jelek2 amat… Lihat alisku yang lumayan rapi ini… Senyumku juga manis,” Lalu kamu keluar rumah dan mampir di sebuah mall tempat selebriti seluruh Jakarta sering ngumpul. Di situ kamu berpapasan dengan seorang model, sebut saja Nadya Hutagalung, yang cuantikkk- langsinggg- tinggi- putihh bersih. Masih merasa bangga akan diri sendiri, ato merasa kebanting dengan si model?
• Kamu baru mulai kerja barengan sama temanmu yang baru lulus juga. Selama 1 taon di perusahaan yang sama, kalian sama2 terus dan keliatannya kerjanya temanmu gak sebagus kamu. Itu kata atasan langsungmu. Namun, ketika kenaikan gaji, temanmu bilang padamu kalo dia naik 30%, sementara kamu hanya 5%. Ketika kamu protes pada atasan langsungmu, dia bilang dia gak bisa melakukan apa2, karena itu keputusan manajemen yang lebih tinggi… How’s your feeling?

Banyak hal lagi yang bisa kita tuliskan sebagai contoh, gimana rasa iri itu bisa menyerang dalam kehidupan kita sehari-hari. Mungkin hari ini kita merasa cukup, merasa puas dengan kondisi kita, namun sesaat sesudah kamu tau teman kamu, sodara kamu, tetangga kamu memiliki sesuatu yang lebih dari kamu, itu lah saatnya kamu memeriksa batinmu, apakah rasa syukur itu masih ada dan mewarnai hatimu, atau sebaliknya the tiny little thing called envy mulai memasuki bagian hatimu secara perlahan2?

G menyadari, di kondisi hidup di kota besar seperti Jakarta, di mana kalo satu orang hebat, yang lebih hebat banyak… Juga kalo ada satu orang kaya, yang lebih kaya juga banyak (unless dia orang terkaya di negeri kita yah hehe…), butuh perjuangan untuk mengucap syukur agar jauh dari si ENVY ini.
Namun, kita kan anak-anak terang, yang mau berusaha untuk lebih baik, karena di alkitab udah dikatakan:

Yak. 3:14
Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!
Yak. 3:16
Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.

Kutipan dari Yakobus 3 itu mengingatkan g, untuk gak menaruh rasa iri dalam hati g. G gak memungkiri kalo perasaan iri itu pernah ada, mungkin pernah mendominasi hati g for short period of time, tapi dengan kesadaran juga g mohon ampun kepada Tuhan, dan kembali g ingin mengucap syukur karena g tau kondisi iri hati alias envy itu bakal bikin kekacauan dan bikin kita mikir macem2 dan gak jarang pikiran itu menuju kepada perbuatan jahat…

Belajar mensyukuri apa yang g punya dan gak mengingini yang bukan merupakan hak g, itu akan g perjuangkan. Kareng g percaya, kalo itu semua bukan milik g, tapi milik Tuhan yang dipercayakan kepada g… Kalo Dia mau berikan, pasti diberikan. He knows what’s best for us.

Di akhir tulisan ini, g teringat akan seorang tua yang g temui di jogging track di belakang rumah. Dia, di tengah kota Singapore yang sibuk n cosmopolitan ini, naik sepeda dengan santainya, minum ketika haus dan berhenti untuk membaca koran. G liat apa yang dia juga punya radio kecil untuk menemai perjalanan dia.
Dia mensyukuri apa yang dia punya, hidup apa adanya. Mungkin, kita harus banyak belajar dari orang seperti dia, mensyukuri apa yang kita miliki sehingga that little thing called envy gak mendominasi hari-hari kita.
Bersyukur dan berterima kasih kepadaNya yukkk…!

God bless you all…
Singapore, April 2007
-fon-