Wednesday, August 24, 2011

The Voice


Setelah agak bosan dengan American Idol yang sudah mencapai season 10 di tahun ini dan menghasilkan pemenangnya Scotty McCreery yang ber-genre country, ada tayangan lain masih di bidang musik yang cukup menarik hati saya. Adalah The Voice, yang sudah menghasilkan pemenangnya di Amerika sana, dan baru tayang perdana di stasiun televisi AXN semalam. Saya tertarik dengan konsep yang ditawarkan, yaitu saat para juri yang terdiri dari Christina Aguilera yang cukup ternama, Blake Shelton (penyanyi country dengan banyak fans), Adam Levine-vokalis Maroon 5, dan Cee Lo Green (anggota group Hip Hop Goodie Mobb di tahun 1990-an) mendengarkan suara para kontestan untuk pertama kalinya tanpa memandang wajah/penampilan mereka (blind audition). Hanya murni suara mereka saja yang didengar. Berbeda dengan ajang nyanyi lainnya, penampilan juga menjadi sesuatu yang utama. Bisa jadi si kontestan berwajah cantik/tampan, namun kemampuan nyanyinya biasa-biasa saja. Berbeda dengan tayangan ini, jika para juri yang kemudian menjadi pelatih para kontestan ini (Coach) tertarik barulah mereka memencet bel yang otomatis membalikkan kursi mereka dan memungkinkan mereka melihat penampilan Sang Kontestan tersebut secara keseluruhan.

Menarik bagi saya untuk kemudian membandingkan dengan kehidupan kita. Berapa banyak dari kita yang bisa menilai seseorang murni hanya dari kelebihannya saja? Misalnya: kebaikan hatinya. Jarang ya, jujur saya pun tidak selalu bisa melakukannya. Setiap kali kita berhadapan dengan seseorang, sebelum melihat hatinya, tak jarang kita terlanjur memberikan penilaian terhadap keseluruhan paketnya. Mungkin wajahnya, mungkin cara bicaranya, mungkin dandanannya, mungkin merek yang dikenakannya, mungkin rambutnya, mungkin handphone ataupun gadget-nya, mungkin harta atau jabatannya, mungkin dan seribu satu mungkin lainnya. Jarang, kita bisa langsung melihat seseorang dari hatinya, bahkan boleh dikatakan hampir tidak mungkin. Segala sesuatu yang menjadikan seseorang sebagai satu paket, kita perhatikan semuanya. Dan apabila ternyata diri kita yang dihakimi sedemikian rupa oleh orang lain, rasanya mudah bagi kita untuk kemudian menjadi tersinggung atau tidak suka. Padahal, ya…kita lakukan hal yang sama terhadap orang lain.

Blind audition dari The Voice ini, mengajak saya berpikir untuk lebih objektif dalam memberikan penilaian terhadap seseorang. Karena jika saya yang dinilai secara subjektif, ternyata saya pun tidak suka. Maka adalah baik pula jika saya belajar untuk tidak sok tahu apalagi langsung menilai buruk ketika pertama kali berjumpa dengan seseorang. Biarkan mengalir saja dan terlihat suatu kebaikan di dalam hati seseorang yang pasti dimiliki olehnya, daripada terlanjur menghakimi ini dan itu, bahkan memendam rasa tidak suka. Tentunya, ini bukanlah hal yang mudah dan langsung bisa dipraktekkan begitu saja. Tetapi, apabila saya bisa belajar lebih objektif, akan baik pula buat diri saya.

Tuhan sendiri selalu menilai kita secara objektif. Dia yang tahu isi hati kita… Bukan melulu pada tas yang saya pakai, sepatu, baju dari butik/ disainer ternama atau baju dari pasar sebelah, rambut yang ditata salon terkemuka atau salon murahan. Bukan pula pada kekurangan yang saya miliki, tetapi kebaikan yang pastinya ada pada diri setiap manusia.

The Voice baru mulai tayang semalam di Asia dan saya kira, tak ada salahnya kita pun mulai belajar untuk lebih objektif dan tidak segera menilai seseorang berdasarkan kekurangannya semata.

Ah, saya jadi malu, karena terkadang terlanjur menilai negatif seseorang sebegitu gampangnya. Saya mau belajar lebih baik lagi. Tuhan, ajari saya, terima kasih.

Ho Chi Minh City, 22 Agustus 2011

@Copyright Fonny Jodikin

*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.

Tuesday, August 23, 2011

Beres- Gak Beres


Gak beres tuh orang!”

Pernah berseru begitu? Hmmm, saya juga pernah.

Melihat sesuatu yang salah menurut mata atau hati saya, tentunya begitu mudah untuk bilang, “ Gak beres!” Semudah saya melakukan penghakiman atas diri orang lain dan merasa bahwa saya lebih beres (lebih benar) daripada dia.

Masalah beres-gak beres ini, ternyata setelah saya kaji lebih lanjut pagi ini, kebanyakan memang karena beda persepsi. Di samping, mungkin juga yang bersangkutan memang sungguh amat tidak beres karena merupakan persepsi semua orang yang melihatnya, ada kemungkinan pula- karena berbeda- kita langsung memberikan stempel ‘TIDAK BERES’ pada orang-orang yang tidak bersesuaian dengan kita.

Tiba-tiba ada suara dalam hati saya yang berseru:

Yaelah, kayak elo sendiri udah beres ajaaa…”

Oooppps, kututup mulutku sendiri.

Glekkk. Aku jadi terdiam, tak bisa bicara.

Bener juga ya, ternyata masih banyak hal yang musti dibereskan dalam diri saya. Daripada terus menghakimi orang lain dan bilang gak beres, mendingan saya mulai membereskan diri saya sendiri. Sehingga syukur-syukur kalau diri sendiri atau tiap pribadi semakin beres, semoga keluarga kita beres, masyarakat juga beres, negara pun demikian. Dimulai dari diri sendiri dululah…

So, udah lebih beres belum hari ini? Semoga udah, ya :)

Okelah kalo begitu…

Beres? Sip! :)

HCMC-Vietnam, 24 Agustus 2011

@copyright Fonny Jodikin

* copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims

Sunday, August 21, 2011

Love



*** with translation/ dengan terjemahan

Saying I Love You is easy,

but putting love into action comes from sincerity within.

Faithfulness will give strength to love …

Showering our loved ones with attention

Loving them whole-heartedly…

Forgiving them when they make mistakes

As nobody’s perfect…

We might possibly hurt the ones that we love

We might also disappoint them

But it’s always good to stay reconcile

Give mercy to one another

Because we’ve got that from the Almighty

Who has never judged us based on our previous faults

But yet love us with His unconditional love

even we do the same mistakes all over again….

Love is not only about myself,

but it’s also about others.

Love is not being demanding,

it’s also about sharing and giving…

Love is not only about the sweet words and romantic sentences

But more to action of love and forgiveness

Love isn’t only about the sweetness of Korean or Hollywood drama…

it’s about how we create the love-story of ours

and make it happy ending…

As we cherish whatever we have at this moment

And feel grateful for His gifts in our life

Suddenly, our life is filled with love

His love will enable us to love others…

And eventually

Let love be the winner through all seasons of life

Cinta

Mengatakan ‘Aku Cinta Padamu’ adalah hal yang mudah,

tetapi menjadikan cinta sebagai suatu tindakan datang dari ketulusan di dalam hati.

Kesetiaan akan memberi kekuatan pada cinta.

Menyirami orang-orang tercinta dengan perhatian,

mencintai mereka dengan sepenuh hati,

memaafkan mereka ketika mereka berbuat salah.

Karena tiada seorang pun yang sempurna.

Kita mungkin melukai orang yang kita kasihi,

kita pun mungkin membuat mereka kecewa.

Tetapi, adalah hal yang baik jika kita terus bisa saling berdamai. Mengampuni satu sama lain.

Karena kita sudah mendapatkannya dari Yang Kuasa.

Yang tak pernah menghakimi kita berdasarkan kesalahan-kesalahan kita sebelumnya.

Tetapi, Dia mencintai kita dengan kasih tanpa syarat-Nya walaupun kita mengulangi kesalahan yang sama. Lagi dan lagi.

Cinta bukan melulu mengenai diriku.

Tetapi juga mengenai orang lain.

Cinta bukan mengenai hal-hal yang menuntut,

tetapi mengenai berbagi dan memberi.

Cinta bukan hanya mengenai kata-kata manis ataupun kalimat romantis, tetapi lebih kepada tindakan mencinta dan mengampuni.

Cinta bukan melulu mengenai drama Korea atau Hollywood yang begitu manisnya.

Tetapi, lebih kepada bagaimana kita menciptakan kisah cinta kita sebagai kisah yang berakhir bahagia.

Saat kita mensyukuri apa yang kita miliki saat ini.

Dan berterima kasih atas semua kado istimewa-Nya dalam hidup kita.

Seketika, kita merasa hidup kita dipenuhi cinta.

Cinta-Nya akan memampukan kita untuk mencintai sesama.

Dan pada akhirnya, biarkan cinta menjadi pemenang di setiap musim kehidupan kita.

HCMC, 20th of August, 2011

@copyright Fonny Jodikin

*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.

Thursday, August 18, 2011

selembar janji


selembar janji terlempar ke arah jendela. angin membawanya mengangkasa. jatuhlah ia ke dekat pepohonan.

seorang anak menemukannya, lalu membawanya pulang.

meneliti sebentar, memainkannya, tak lama membuangnya ke tempat sampah.

selembar janji tergolek pasrah. kini dirinya

tiada lagi harganya.

HCMC, 8 Agustus 2011

@copyright Fonny Jodikin

Thursday, August 11, 2011

Belajar dari Smurf


Belajar dari Smurf

Saya ingat, komik Smurf adalah salah satu bacaan saya ketika kecil. The Smurfs atau yang dalam bahasa Perancisnya Les Schtroumpfs, merupakan karya kreatif dari kartunis bernama Peyo (yang nama aslinya adalah Pierre Culliford). Pertama kali The Smurfs ini diperkenalkan pada tanggal 23 Oktober 1958. Bersama dengan Tintin, dia memenuhi rak buku keluarga kami. Walaupun sebetulnya saya yakin, masih banyak yang lebih Smurf-mania daripada saya, tetapi karena menonton filmnya kemarin, saya koq jadi bernostalgia sekaligus ingin memetik pelajaran dari film tersebut juga, ya…

Yang saya ingat, Smurf adalah makhluk kecil setinggi tiga buah apel, tinggal di Desa Smurf yang aman dan tenteram. Penghuninya pun macam-macam dengan keunikannya masing-masing. Ada yang centil tukang berhias, gembul yang tukang makan, ‘clumsy’ Si Ceroboh yang jadi pemeran utama di film The Smurf dari awal sampai akhir. Papa Smurf dan Smurfin, juga Smurf yang intelek dan pandai yang mengetahui segala sesuatu. Ah, melihat desa Smurf, seolah melihat kehidupan manusia sendiri. Tentunya tiap dari kita punya sifat-sifat yang menonjol, walaupun tidak sama persis seperti Smurf…

Membaca kisahnya pun sering membuat tersenyum. Karena harus berasumsi juga dengan kata-kata smurf. Misalnya aku mau smurf roti. Smurf di sini berarti makan, tetapi tidak di kalimat lain. Dan isi film ini, saya ceritakan singkat saja, karena kasihan yang belum nonton hehe… Intinya adalah para smurf ini masuk ke dunia manusia dan bertemu dengan keluarga Winslow yang tengah menunggu kehadiran bayi mereka. Patrick dan Grace Winslow (yang diperankan oleh Neil Patrick Harris yang terkenal dengan serial ‘How I Met Your Mother’, sementara Grace diperankan oleh Jayma Mays yang terkenal sebagai Emma di serial ‘Glee’), kedatangan tamu yaitu para smurf itu. Ada bagian yang kocak, ada bagian yang bikin terharu. Ketika Papa Smurf ditangkap Gargamel, seorang anggota Smurf berhasil mendatangkan seluruh penghuni desa Smurf yang kemudian bersatu-padu untuk sesama mereka. Kesatuan yang erat yang mungkin semakin hari semakin luntur di masa kini. Terhapus oleh materialisme, mementingkan diri sendiri, jadi semakin berkurang tali silaturahmi yang baik.

Smurf juga makhluk yang lucu, ceria, dan suka bernyanyi. Mungkin, kecuali Smurf Gerutu. Lalu, aku koq teringat, tak jarang, berlaku sebagai Smurf Gerutu juga, yang seringnya ngomelll melulu…Ampun, dah… Hahaha… Ini saatnya jadi lebih ceria, lebih sukacita dalam menjalani kehidupan kita.

Film yang akhirnya happy-ending ini, kemudian saya putar ulang di kepala saya, di hati saya. Walau terpotong dua kali karena membawa anak sulung kami ke toilet, saya tetap menemukan kebaikan dan pembelajaran di dalamnya. Smurf itu ceria, bersahabat, dan selalu saling membantu. Jika bisa menghidupkan sifat-sifat baiknya di dunia yang kita tinggali sekarang ini, alangkah bahagianya. Kenapa kita tidak coba dari sekarang?

HCMC, 10 Agustus 2011

-fon-

Wednesday, August 10, 2011

Di Rumah-Mu


Tuhan, apa kabar-Mu?

Ini aku, tengah berkunjung ke rumah-Mu.

Dengan tengadah, kupanjatkan doaku.

Ada rasa tak layak menerpaku.

Mungkin karena dosa-dosaku?
Atau kelalaianku?
Kucoba tepis rasa itu.
Aku mau dengan tenang beribadah pada-Mu.


Tersungkur aku di rumah-Mu.

Kurasakan begitu kecilnya diriku.

Begitu lemahnya aku.

Tetapi tangan-Mu yang kokoh selalu mengenggam tanganku.

Engkau selalu membisikkan kata-kata lembut di telingaku.

Mengajarkan aku untuk tegar di dalam-Mu.


Di rumah-Mu, kutemukan pengampunan-Mu.

Sukacita baru.

Kedamaian menyelimuti diriku.

Ketenangan menghadapi permasalahan hidup pun mengisi hatiku.

Semua terjadi di rumah-Mu


Tuhan…

Biarkan aku berdoa dengan khusyuk hanya pada-Mu.
Karena aku sadar, tiada yang lain yang seperti-Mu.

Aku bangga jadi anak-Mu.

Dan biarlah aku terus jadi kebanggaan-Mu

Sampai akhir hidupku.


HCMC, 6 Agustus 2011

@ Copy right Fonny Jodikin

*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.

sumber gambar:

nghetimcavang.blogspot.com


    Monday, August 8, 2011

    Di Langit Biru



    inginku terbang di langit biru

    awan putih jadi payungku

    berteman burung dan kupu-kupu

    kutarikan tarian baru


    langit biru patrikan cinta-Mu

    indahnya buatku membisu

    karena-Mu

    lukiskan dirinya sesempurna itu


    di langit biru ada janji-Mu

    bisikkan keteguhan pada imanku

    bangunkan percayaku akan kasih-Mu

    tetap di sana dan selalu baru


    HCMC, 8-8-2011

    @copyright Fonny Jodikin


    sumber gambar:

    webwallpapers.net


      Wednesday, August 3, 2011

      Menikmati Si Mini yang Padat Berisi


      Menikmati Si Mini yang Padat Berisi

      Akhir-akhir ini, saya menikmati menulis jenis fiksi yang tengah tren dengan sebutan fiksimini. Awalnya sekitar 2 bulan yang lalu, adalah Mas Kurniawan Junaedhie yang memprovokasi, memotivasi, sekaligus mengompori saya dengan sukses sehingga tak lama berselang saya jadi ketagihan menulis, membaca, dan mengomentari fiksimini sahabat-sahabat lainnya. Seru, mencengangkan, terkadang bikin cengar-cengir sendiri.

      Fiksimini itu singkat, padat berisi, kalau tidak bisa dibilang seksi. Karena dengan hanya 140 karakter atau kurang dari itu, sudah harus menghadirkan drama, cerita, dengan ending yang ‘nendang’ alias menghentak pembacanya. Tentunya, di sela-sela menuliskan hal-hal yang menginspirasi dan memotivasi, menulis fiksi adalah satu kegemaran saya juga untuk mengobati kebosanan akan rutinitas dan membiarkan imajinasi melambung tinggi. Untuk bidang fiksi, sudah saya coba dengan cerpen dan cerber. Sementara fiksimini barulah dua bulan terakhir ini. Tentunya, namanya juga fiksi, jadi jangan segera dihakimi. Nikmati saja imaji para penulisnya. Tak jarang, itu pun terjadi di masyarakat, sehingga langsung mengundang tangan-tangan penulis untuk segera mengabadikan karyanya.

      Dan bersama para penulis fiksimini yang bertebaran di jejaring ‘Facebook’, karya-karya tersebut dikumpulkan dalam satu buku, yaitu Antologi Fiksimini yang dieditori Kurniawan Junaedhie dan Soni Farid Maulana. Buku ini memuat karya 26 penulis fiksimini dan siap luncur Agustus pertengahan ini. Saya senang bisa ikut ambil bagian di dalamnya.

      Beberapa karya yang dimuat di buku ini:

      Sahabatnya pergi tak tahu ke mana. Dua hari kemudian terjawab.

      Ia minggat dengan suaminya. (Tanda Tanya, Fonny Jodikin)

      Ia lega. Dayang Sumbi sang ibunda akhirnya menerima lamarannya. Sample test DNA itu telah ditukarnya dengan milik orang lain. (SANGKURIANG, Ariana Pegg)

      Dinda mendapati putra bungsunya sedang mematut diri depan kaca. Rok dan gaun malamnya bertebaran di mana mana. (BOY, Nona G. Muchtar)

      Gusti aku sangat hina dan malu meminta kembali wajahku. (SUJUD, Arieyoko KSE)

      Suamiku selalu kagum dengan dandananku, padahal kuberhias untuk kekasihku. (SUAMI DAN KEKASIH, Femikhirana)

      Sementara tangan kanannya mengerik punggung suaminya, tangan kirinya menulis pesan singkat untuk kekasihnya: I love you! (KESETIAAN PEREMPUAN, Kurniawan Junaedhie)


      “Pesanan siap, Bos! Barang baru loh, lihat saja bodinya” Kuperhatikan cewek itu dan kepalaku serasa mau meledak, “Puspita; anakku!” (AYAM KAMPUS, Wilu Ningrat)

      Waria terbunuh. Teman-temannya bersyukur karena status gender mendiang akhirnya diakui di alam lain: menjadi kuntilanak! (WANITA ASLI, Hardiansyah Kurdi)


      Kemarin ia sempat menikmati sebungkus mie instan, hari ini ia

      terkulai kelaparan di emperan toko sebab ibu angkatnya

      mengandung. (Anak Umpan Anak, Susy Ayu)


      Memuat fiksi mini karya:

      ALINA KHARISMA - Hal. 11
      ANISA AFZAL - Hal. 19
      ARIANA PEGG – Hal 27
      ARIEYOKO KSE – Hal. 35
      BOEDI ISMANTO SA – Hal 43
      FEMI KHIRANA – Hal. 51
      FONNY JODIKIN – Hal. 59
      HARDIANSYAH KURDI – Hal. 67
      HENDRY CH BANGUN – Hal. 75
      HENI HENDRAYANI – Hal. 83
      IMELDA HASIBUAN – Hal. 91
      IRFAN FIRNANDA – Hal. 99
      KURNIAWAN JUNAEDHIE – Hal. 107
      NONA G. MUCHTAR – Hal. 115
      RATNA DEWI BARRIE - Hal. 123
      RATU AYU – Hal. 131
      RENNY YULIA – Hal. 139
      RINI INTAMA – Hal. 147
      SLAMET RIYADI SABRAWI – Hal. 153
      SOESI SASTRO – Hal. 161
      SONI FARID MAULANA – Hal. 169
      SUGIYATNO DM – Hal. 179
      SUSY AYU – Hal. 187
      WENI SURYANDARI – Hal. 195
      WILU NINGRAT – Hal. 203
      YVONNE DE FRETES – Hal. 211

      KOMENTAR PEMBACA:



      Bukan hanya pilihan kata yang lugas, efisien dengan ledakan pesan yang tetap terjaga pada setiap bangunan cerita, tetapi differensiasi tema dan setting yang cepat berpindah dari cerita satu ke cerita lain menunjukkan keliaran imajinasi para penulis Fiksi Mini dalam buku ini. Sebagai novelis saya tertantang. (Saut Poltak Tambunan, Novelis)



      Fiksi Mini memberikan peluang untuk menuangkan gagasan spontan, pemikiran ringkas, ungkapan lugas, mengenai realitas yang kita tahu kaya akan ironi. Dalam buku ini bahkan tersirat potret kekinian dan otokritik atas kehidupan pribadi. (Kurnia Effendi, Cerpenis)



      Semua fiksi yang dimuat dalam buku ini tampil dalam format mini. Mini dalam konteks ini hendaklah tidak dimaknai sebagai kecil, tak berharga, atau karya iseng belaka. Menulis karya imajinatif-fiksional tidaklah segampang membalik telapak tangan. Kekuatan dan daya tarik Fiksi Mini justru terletak pada kekuatan fantasi, imajinasi dan ilusi yang dibuahkan dari karya yang digubah. (Dimas Arika Mihardja, Penyair)



      Editor: Kurniawan Junaedhie & Soni Farid Maulana - Prolog: Soni Farid Maulana - Epilog: Wahyu Wibowo- Tebal 222 hal. Harga Rp. 40.000,- (belum termasuk ongkir). Terbit minggu kedua Agustus 2011.

      Jika tertarik, bisa hubungi saya via email ini atau inbox facebook saya. Bisa juga melalui Femi Khirana, sobat saya. Ada pula paket buku Fiksimini ini dengan buku Chapters of Life milik saya seharga Rp.80.000 dan buku Raup Untung dengan Jual Diri karya Femikhirana seharga Rp.70.000. Gratis ongkir untuk pulau Jawa untuk paket-paket ini.

      Terima kasih atas perhatiannya. Senang bisa berbagi kabar gembira ini.

      Salam dari Ho Chi Minh City!

      HCMC, 3-8-2011

      -fon-

      Tuesday, August 2, 2011

      Terima


      Terima

      Ketika rencana dan impian terlanjur hancur berantakan, agaknya sulit bagi kita untuk menerimanya. Saya pun pernah berhadapan dengan kenyataan yang sangat menyakitkan, sangat tidak enak, tetapi seolah ‘terpaksa’ harus dijalani karena tidak adanya pilihan lain selain menerima.

      Sebetulnya, ketika itu, kata ‘terima’ belumlah sepenuhnya saya terima. Kata itu ada di otak dan mulut, tetapi dalam hati terdapat pertentangan hebat. Kalau ini jalan-Mu, mengapa begitu sulit saya terima? Kalau ini yang terbaik untukku, mengapa harus saya alami begitu banyak kesulitan dan menanggung beban seperti ini? Katanya Tuhan Maha Pengasih, mengapa Dia seolah membiarkan banyak permasalahan berlarut-larut, bukannya malah segera membereskannya. ‘Kan Tuhan itu Maha Hebat, paling dahsyat, mengapa permasalahan begini saja sampai membutuhkan waktu sedemikian lama?

      Tanpa sadar, karena kekecewaan itu saya dan mungkin juga banyak dari kita mulai mempertanyakan ke-MahaKuasa-an Tuhan. Dan dengan pintarnya, seolah kita ingin mengajari Tuhan demi membebaskan diri kita dari penderitaan ataupun kesulitan. Tetapi sesungguhnya, apakah karena kejadian yang kurang enak membuat Maha Kuasa-Nya kurang? Apakah karena Dia tidak memberikan apa yang kita kehendaki, Dia itu tidak mengasihi kita? Justru terkadang, Tuhan tidak memberikan apa yang kita inginkan, malah adalah ‘langkah penyelamatan-Nya’. Karena yang kita inginkan belum tentu yang kita butuhkan. Dan tak jarang, yang kita inginkan adalah karena gengsi dan keserakahan manusiawi kita dan bukan yang terbaik dalam rencana-Nya dalam hidup kita. Sebagai Tuhan, Dia tentunya tahu yang paling baik bagi kita semua, anak-anak-Nya. Tak perlu lagi kita ragukan hal itu.

      Jadi, apa yang harus diubah?

      Sikap hati dalam memandang sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginanku. Jika tidak terjadi seturut kehendakku, biarlah terjadi seturut kehendak-Mu. Dan Tuhan, kami mohonkan hati yang lembut, yang mau menerima apa pun rencana-Mu. Karena kami bukanlah pengatur kehidupan kami sendiri. Ya, kami memang punya kehendak bebas untuk memilih, tetapi biarlah pilihan itu semakin mendekatkan kami pada jalan-Mu. Salah jalan, melewati jalan yang berliku, tak membuat kami gentar untuk tetap berpegang pada-Mu. Karena hanya Engkaulah yang tahu segalanya tentang kami. Awal dan akhir kehidupan kami sudah terpeta jelas di rancangan-Mu. Ajarkan kami menerima apa yang tidak sesuai dengan keinginan kami dengan iman sekaligus percaya bahwa itu semua baik adanya. Baik bagi pembelajaran diri kami, juga baik bagi pendewasaan kami. Dan mungkin juga baik bagi orang-orang yang melihat perjuangan kami memenangkan pergumulan demi pergumulan demi kemuliaan nama-Mu.

      Biarlah kami menerima semuanya, Tuhan dengan iman. Dan biarlah tangan-Mu menuntun kami. Engkau pun mengingatkan kami, membuka mata kami yang tertutupi kesombongan diri. Karena kami bukanlah siapa-siapa tanpa-Mu.

      Kami terima semuanya ini, Tuhan. Setidaknya, kami belajar menerima segala sesuatunya karena percaya pada-Mu. Terima dan kemudian menyatakan terima kasih pada-Mu atas penyelenggaraan-Mu dalam hidup kami. Amin.

      Ho Chi Minh City, 2 Agustus 2011

      Fonny Jodikin

      • copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.
      sumber gambar:
      ashleyhaupt.blogspot.com