Tuesday, October 22, 2013

Renggang


Pernah frustrasi dengan sebuah hubungan-entah itu persahabatan atau hubungan di keluarga-menjadi renggang?
Agaknya kita semua pernah mengalaminya.
Tak selamanya hubungan yang dibina dengan susah-payah sekalipun akan selalu erat, baik,  atau tanpa masalah.
Tak jarang, malahan masalah itu sendiri yang nantinya malah mempererat pihak-pihak yang ingin memperjuangkan relasi itu sendiri.

Siapa yang tidak pernah kesal dengan orangtua, suami/istri, atau anak?
Siapa juga yang tak pernah kecewa dengan saudara, teman, atau rekan kerja?
Agaknya dalam setiap relasi, hendaknya kita memiliki sebuah ‘ruang’ untuk kecewa dan menyadari bahwa suatu saat hubungan yang sebagaimana manisnya pun akan menjadi renggang.
Masalahnya, akan teruskah kita berada pada jarak yang kita ciptakan?
Atau sebaliknya, mau mengupayakan membuka pintu maaf, mohon maaf, untuk kemudian memperbaiki hubungan yang terguncang itu?

***
Ketika ingat masa pacaran yang begitu indah, rasanya tak percaya juga bila memasuki bahtera pernikahan, mengapa Si Dia yang begitu kita bangga-banggakan dan yakini akan menjadi yang terbaik bagi kita ternyata cuma ‘segitu aja’.
Betapa mudahnya kita kecewa dengan kejadian-kejadian kecil atau sederhana, seolah Si Dia tak lagi peduli pada kita…
Seolah kita tak lagi menempati ruang utama di hatinya?

Sama seperti persahabatan yang terpecah…
Mungkin dulu dia adalah sobat sejati kita, nomor satu…
Namun, setelah banyak kejadian, bukannya malah memperteguh persahabatan kita, malahan menjadikannya hancur berantakan…

Tak ubahnya seperti semua relasi, kita pun punya relasi dengan Tuhan…
Dan sama seperti semua relasi, mungkin kita pun pernah merasakan keindahan yang luar biasa saat pertama kali Dia menyentuh hidup kita…
Segera sesudah begitu banyak doa dan keinginan kita tak terkabulkan, mungkin kita menjadi kecewa dan diam-diam menyimpan kepahitan dalam hati kepada-Nya.
Kalau Tuhan Maha Tahu, mengapa Dia tak memedulikan keinginanku yang terdalam?
Kalau Tuhan Maha Kuasa, mengapa Dia tidak bertindak saat ini juga?

Tak jarang, Tuhan malah menjadi tersangka, ketika banyak hal yang berjalan di luar jalur-jauh dari harapan kita…
Kita menuduh Tuhan tak lagi sayang atau peduli pada kita…
Tuduhan itu semakin menjadi-jadi, karena Tuhan seolah diam…
Tak bersuara, tak juga bertindak…
Why, God? WHY???

Apa yang terjadi jika hubungan tengah renggang?
Dengan keluarga, mungkin kita mendiamkan…
Dengan teman, mungkin kita jaga jarak lalu tak lagi seakrab dulu…
Dengan Tuhan?
Mungkin kita jadi jarang berdoa, jarang ke gereja, dan tak pernah baca Alkitab…

Setiap hubungan yang renggang, pasti sedikit banyak memiliki konsekuensi tindakan yang kita ambil…
Masalahnya, maukah berlama-lama berdiam dalam kerenggangan itu atau mau mengambil langkah konkrit untuk memperbaikinya?

***
Saya percaya, tiap orang perlu jujur dengan apa yang dia rasakan.
Lalu, dengan dewasa mengemukakan…
Mungkin marah, mungkin kesal..
Tetapi, jika tak pernah diungkapkan, akan jadi duri dalam hati…
Bisa jadi saat mengungkapkan bisa melukai pihak yang lainnya…
Mungkin itu anak, suami/istri, atau orangtua kita…
Dalam hal ini baik jika kita berusaha mempelajari mengungkapkan perasaan tanpa terlalu menyinggung perasaan orang lain…

Jika kecewa dengan Tuhan, mungkin baik pula untuk mengakui…
Tuhan, aku kecewa…
Karena rencana-Mu sungguh berbeda dengan rencanaku…
Aku patah semangat, putus asa, sungguh sedih, dan seterusnya…
Ungkapkanlah semuanya…
Perlahan namun pasti, kita menjadi lega…
Tak perlu memaksakan diri untuk bilang, “Saya kuat. Saya tidak apa-apa.”
Jujur itu ada baiknya…
Namun, tak perlu pula berkubang dalam kekecewaan dan kedukaan terlalu lama, sehingga tak mau berbuat apa-apa lagi…

Percaya bahwa untuk segala sesuatu di bumi ini ada waktunya…
Dulu sempat begitu gegap-gempita dalam berelasi dengan-Nya…
Kini, mungkin tengah kecewa..
Besok atau lusa, mungkin rasa damai pun akan menyapa…
Jangan berhenti di titik duka dan kecewa saja…
Seolah keadaan itu menjadi harga mati dan takkan pernah terganti…
Tetap percaya, setelah ungkapkan semua rasa di dada…
Bahwa Tuhan tetap setia…
Dia tahu yang terbaik bagi kita…
Dia takkan pernah meninggalkan kita…
Amin :)

Monday, October 7, 2013

Being Mom: Pink and Blue


Anak pertama kami, Odri, suka warna pink.
Segala harus serba ‘pink’ alias merah jambu.
Dan jika dihadapkan pada beberapa pilihan warna, misalnya: merah, kuning, hijau atau ‘pink’….
Pastilah pilihannya jatuh pada warna kesukaannya yaitu ‘pink’ itu tadi.

Lain halnya dengan Lala, anak kedua kami.
Lala, di usianya yang menginjak dua tahun lebih tahu persis juga apa yang dia inginkan.
Dia suka warna biru.
Jika dihadapkan pada pilihan warna, dengan tegas, dia akan menjawab,
 “ Blue.”

Sebagai seorang Ibu, saya membebaskan mereka memilih.
Sedari kecil pun, Mama memberikan saya kebebasan untuk memilih apa yang hendak saya kenakan, sesudah saya bisa mengutarakan apa yang saya inginkan.
Waktu bayi, pastilah segalanya dipilihkan, namun semakin beranjak besar, saya memiliki pilihan saya sendiri,

Setiap anak adalah unik.
Punya keinginan sendiri, punya kesukaan sendiri, hobby sendiri...
Talenta yang satu berbeda dengan yang lainnya…
Dan itu yang menjadikan dia ‘spesial’. Khusus.
Entah itu adalah ‘pink’ atau ‘blue’ pilihan Odri dan Lala, tetap saya hargai.

Begitu pun agaknya kita manusia di mata Allah.
Sebagai Bapa yang begitu mencintai anak-anak-Nya, Dia mengaruniakan berbagai talenta bagi kita.
Dia tahu, anak-Nya yang ini bagusnya di bidang ini, maka diberikan-Nya kekhususan tertentu pada diri kita masing-masing.
Tuhan tidak pernah memaksakan kita.
Kita punya kehendak bebas untuk memilih.
Kita bisa menyukai ‘blue’, ‘pink’, atau ‘yellow’, tidak jadi masalah bagi-Nya.
Kita tetaplah anak-anak kesayangan-Nya yang dia cintai apa adanya.
Cinta-Nya yang besar itu terkadang terhalangi oleh ketidakmampuan kita sendiri untuk mengampuni diri kita.
Kita pikir, kita sungguh sudah berdosa, sudah membuat kekeliruan yang begitu besar dan seolah tak termaafkan (padahal itu di mata kita-menurut pikiran kita).
Tuhan selalu punya ruang maaf bagi kita, asalkan kita mengakui kesalahan kita dan mau dengan sekuat tenaga memperbaiki diri agar kesalahan yang sama tidak mudah terulang kembali di kemudian hari…

***
Setiap saya melihat anak-anak titipan Tuhan pada kami, saya merasakan rasa syukur yang mendalam.
Saya menyayangi mereka.
Dan tentunya saya tidak selalu mengabulkan apa yang mereka inginkan, apalagi saat mereka tidak tahu apa yang mereka inginkan itu baik atau tidak bagi mereka.
Sering kali, ini semua membuka mata saya akan hubungan kita dengan Tuhan sendiri.
Dia sebagai Bapa, tentunya menginginkan yang terbaik bagi kita. Tidak sepantasnya kita mencurigai-Nya, berpikir bahwa Dia akan senang jika kita bersusah-payah menjalani kehidupan ini..
Tetapi, Dia tidak selalu mengabulkan keinginan kita karena keinginan itu mungkin kurang baik bagi kita.
Dia pun menginginkan kita menjadi dewasa dan berkarakter baik dengan iman yang teguh kepada-Nya, sebagaimana kita inginkan anak-anak kita menjadi orang-orang yang demikian di kemudian hari…

***
Mengurus anak bukanlah pekerjaan gampang, namun butuh perjuangan untuk menghantar mereka menjadi orang-orang yang berguna di masyarakat, terutama menjadi orang-orang yang takut melanggar perintah-Nya karena kita sebagai orangtua tak bisa berada bersama mereka 24 jam sehari. Namun, dengan kontrol dan memperkenalkan mereka akan sesosok pribadi yang selalu siap sedia menolong mereka, yaitu Tuhan sendiri, mereka pun diharapkan mampu menjadi orang-orang yang tangguh di dalam iman karena tetap menaruh pengharapan kepada Tuhan.

Kutatap lagi pilihan-pilihan anak-anakku…
Jaket biru Lala, bando merah jambu Odri….
Topi biru Lala, gaun merah jambu Odri...
Mereka adalah titipan yang luar biasa indah dari Tuhan…
Mereka unik dan berbeda…
Tak perlu menjadikan mereka sama atau seragam…
Sebagaimana kita, anak-anak-Nya…
Kita dicintai apa adanya…
Dengan segala kekurangan dan kelebihan kita…
Dia cintai kita tanpa syarat…
Thank You, God…

September-Oktober 2013
fon@sg

  • sudah sekian lama, Being Mom vakum karena kesibukan mengurus anak-anak sendiri. And it’s so good to be back. Terima kasih kepada-Nya yang memberikan inspirasi serta kekuatan untuk menuliskan ini semua.