Saturday, September 14, 2013

Idola



Dari kecil, saya punya idola.
Saya kira, semua orang pun begitu juga.
Beberapa dari kita mengidolakan tokoh-tokoh dunia semisal negarawan atau tokoh politik.
Beberapa dari kita mengidolakan orang-orang yang berjasa di bidang spiritual, semisal Santo/Santa dalam agama Katolik, atau Sang Buddha dalam agama Budha. Dan agaknya di setiap agama atau kepercayaan ada seseorang atau beberapa sosok yang dijadikan contoh dalam kehidupan ini.
Tak jarang pula kita mengidolakan anggota keluarga sendiri, Papa-Mama, Nenek-Kakek, Kakak, Tante, dan sebagainya.

Banyak dari kita mengidolakan selebriti.
Penyanyi, aktor, seniman, musisi, ataupun sekarang dengan maraknya lomba masak, tak jarang pula yang mengidolakan ‘celebrity chefs’ yang cantik ataupun ganteng plus jago masak pula.

Sah-sah saja setiap orang punya idola.
Sekali lagi itu hak pribadi setiap orang.
Sah-sah saja:)
Namun, bila itu terjadi pada masa remaja yang indah dan meriah.
Di mana belum adanya kedewasan dalam membedakan mana nyata, mana semu.
Mana peran di film, mana realita, ini pentingnya tuntunan orangtua untuk meluruskan pandangan yang keliru di banyak pikiran anak muda atau mungkin masih terjadi pada kita yang sudah dewasa namun masih cukup naïf dalam melihat persoalan semacam ini.

Idola yang kita lihat di panggung, di film, yang kita jagokan, adalah hasil ciptaan dari Sutradara, produser, para pelaku seni yang terkadang pada kenyataannya tak jauh berbeda dengan kita semua.
Yang terlihat begitu hebat dan tangguh…
Jago nyanyi, jago akting, juga punya banyak permasalahan kehidupan yang mungkin lebih pelik dari yang kita alami.

Ketenaran, bila tidak dibarengi keimanan yang kuat, agaknya mudah sekali untuk menjatuhkan manusia ke lubang dosa.
Banyak kita baca, para selebriti idola itu adalah mereka yang juga pecandu narkoba. Mereka yang begitu kesepian dan mencari kebahagiaan semu lewat seks bebas yang mereka agung-agungkan.
Dan kita mungkin tersentak dengan berita bahwa Sang Idola harus pergi dari dunia ini dengan cara yang paling menyedihkan: mengakhiri hidupnya sendiri.
Tindakan bunuh diri di kalangan artis dan selebriti entah karena overdosis atau permasalahan pribadi, agaknya bukan barang baru di dunia ini.
Dari artis Korea, sampai pemeran Finn Hudson di film Glee (Cory Monteith) yang pergi mendadak karena overdosis, membuat kita kembali tercengang dan diingatkan: popularitas bukanlah segala-galanya.

Banyak dari kita berjuang setengah mati untuk diakui.
Agar karyanya dilihat oleh orang se-nusantara, atau mungkin Asia, bahkan dunia.
Setelah tenar, punya uang, apakah terasa aneh jika akhirnya harus mengakhiri hidup dengan bunuh diri?
Apa impian itu belum tercapai?
Jika sudah, mengapa harus sampai mencabut nyawa sendiri?

Ketenaran membawa harga yang mahal.
Ketiadaan privasi, permasalahan pribadi harus diumbar kepada media dengan ‘press conference’.
Belum lagi, persaingan untuk mendapatkan ‘job’ keartisan tidaklah gampang.
Bahkan, seorang artis Korea pernah bunuh diri karena mengaku dalam surat terakhirnya bahwa dia dipaksa untuk menjalani semacam ‘prostitusi’ kelas atas untuk tetap mempertahankan keartisannya, sekaligus untuk mendapatkan peran-peran yang lebih besar daripada yang sebelumnya dia lakoni.

Tekanan kejiwaan saat tenar, mungkin itu yang tak pernah dibayangkan atau tidak disangka-sungguh lebih dari yang ada di pikiran.
Yang patut kita ingat terus, sehebat-hebatnya Sang Idola, dia tetap manusia biasa. Yang juga mengalami tekanan dan terkadang tak sanggup keluar dari depresi ataupun frustrasi yang ternyata juga dialami oleh mereka.
Boleh kita mengagumi mereka karena talenta yang hebat.
Entah menari, menyanyi, main alat musik, atau aktingnya.
Tetapi, mereka tetaplah manusia.

Pada akhirnya, lagi-lagi saya menemukan bahwa: apa pun yang ada di dunia ini, jika tidak kita kembalikan kepada Yang Kuasa dalam arti tetap menjaga kerendahan-hati, dan ingat itu semua hanyalah sementara yang diizinkan-Nya singgah dan menyapa kita…
Akan berujung pada frustrasi, depresi, dan tak jarang sampai bunuh diri…
Kesannya begitu tragis dan ironis…
Tetapi, itulah kenyataannya…
Sang Idola, tak selalu bisa atasi beban kehidupannya…
Jika tak libatkan Yang Kuasa dan tetap berjuang dengan imannya….

Jika suatu saat Anda jadi idola, semoga tetap ingat akan Yang Kuasa…
Jadilah Idola yang menjadi terang dunia dan berani tampil beda…
Yang berkilau di antara Idola lainnya…
Karena karakter, kebaikan, dan kasih yang bersumber dari-Nya.
Semoga.

14.09.2013
fon@sg




Monday, September 2, 2013

Precious

Precious
*** A Small Note of Friendship

As we grow older and (hopefully) wiser…
I just want to cherish those moments…
Thanking God who has sent you as my friend…
Filling my heart with a splash of His love…
Being there when I needed to share…
And accepting me as I am…

Even now we’re separated in different parts of the world…
But I do hold on to the precious things in life…
All that made me who I am today…
Some of that precious ones
Includes you…

Berharga
*** Catatan Kecil Persahabatan

Ketika kita makin dewasa dan (semoga) makin bijaksana…
Aku hanya ingin menghargai waktu-waktu itu…
Bersyukur kepada Tuhan yang sudah mengirimkanmu sebagai sahabatku…
Mengisi hatiku dengan percikan kasih-Nya…
Berada di sana saat kubutuh berbagi…
Dan menerimaku apa adanya…

Bahkan jika saat ini kita terpisah di bagian dunia yang berbeda…
Aku tetap berpegang pada hal-hal yang berharga di hidup ini…
Yang menjadikanku seperti hari ini…
Beberapa yang berharga itu…
Termasuk dirimu…

02.09.2013

fon@sg