Tuesday, November 7, 2017

INI UNTUKMU, PA...

#pentigraf
#cerpentigaparagraf

            “Wisudawati berikutnya adalah Fahrani Imelia Jayawijaya,” suara pemandu acara bergema di Ruang Auditorium tempat kami diwisuda. Aku tergagap sebentar, saat Mischa sahabatku menyenggol lenganku perlahan. Aku segera maju dengan perasaan campur aduk. Ya, ini hari wisudaku. Begitu banyak kisah di balik hari penuh kebahagiaan ini. Senyumku terkembang saat kuterima ijazah dan Rektor Universitasku, lalu kulambaikan tanganku. Lambaian kemenangan kepada Mama dan Rio, adikku. Tangis bahagia mengalir di pipi tanpa bisa kubendung. Tiba-tiba, aku ingat Papa.

            “Papamu sudah pergi, Rani.” Telepon dari Mama di siang itu sungguh mengagetkanku. Ini tahun kedua kuliahku, aku masih butuh banyak dukungan dana keuangan. Aku tak menyangka! Papa yang sehat dan segar-bugar di usianya yang ke-60. Papa meninggal saat tengah berdoa di sebuah kapel dekat kantornya, pada suatu Jumat Pertama selepas Misa. Seketika diriku nanar, kehabisan kata-kata, pusing tujuh keliling. Ah, entahlah! Aku tak tahu harus bagaimana. Yang pasti, kepedihan itu terus mengusikku. Sampai aku bertekad, aku harus lulus demi keluargaku dan juga demi Papa. Aku harus bekerja keras, banting-tulang pun tak mengapa, demi mencapai cita-cita.

            Ini untukmu, Pa! Teriak di hatiku… Sepuluh tahun sesudah wisuda telah berlalu. Kini aku memiliki perusahaan sendiri yang mengelola bidang marketing secara online. Perekonomian keluarga kami membaik, perlahan tetapi pasti: kupenuhi janji-janji yang tak sempat terealisasi bersama Papa. Kami banyak melakukan liburan bersama Mama dan Rio, mayoritas: keliling Indonesia. Ini amanat Papa karena Papa selalu mencintai birunya lautan Indonesia, juga hijaunya pegunungan negeri tercinta. Ini untukmu, Pa! Betapa inginku agar kau juga berada di sini bersama kami, menikmati ini semua, Pa! Walau kutahu itu tak mungkin terjadi, tetapi setiap pesanmu selalu terpatri di dalam hati kami. Di pelangi yang kujumpai, di birunya langit dan putihnya awan yang kami temui. Senyummu ada di sana, Pa! Ini untukmu, Pa! Ya, ini untukmu…

Singapura, 7 November 2017

@copyright Fonny Jodikin