Friday, November 9, 2018

Keracunan Agama




Kutinggalkan rumah di daerah ‘north-east’ (Timur Laut) Singapura itu dengan lega.
Hari itu, aku memang menemui sepasang suami istri yang aku tak pernah kenal.
Mereka minta waktu untuk jumpa karena mengunjungi anaknya di Singapura.
Sepasang suami-istri yang sangat sukses dalam mendidik anak-anaknya.
Mereka singgah di Singapura, lalu mau ke Indonesia…
Sementara mereka memang tinggal di lain benua…

Panggil saja mereka Pak X dan Bu X…
Pak X bilang ingin kenal lebih jauh denganku karena sering membaca tulisan-tulisanku…
Tanpa punya prasangka apa-apa, karena beliau juga membawa serta istrinya…
Kuiyakan ajakannya untuk jumpa…
Padahal tempat tinggalku jauh dari dia, tapi tak apalah…
Untuk pembaca tulisanku, oke sajalah…
Singapura tokh tidak ada macet-macetnya…
Pertemuan singkat itu menjadi episode yang mendebarkan…
Ketika beliau bilang…
Saya juga dulu Katolik, tetapi saya kemudian berubah...
Tidak mau bilang agamanya yang sekarang…
Menimbulkan tanya dan terus terang kecurigaan…
Lalu Sang Istri yang auranya lebih ke menyeramkan daripada menenangkan…
Mulai mengindoktrinasi dengan ayat-ayat Alkitab…
Menganggap diri hebat…
Menganggap yang lainnya salah dan tak mengerti sebanyak dirinya…

“Saya hanya khawatir, Fonny berada di Gereja yang salah.” Kata Si Bapak…
#PINGSANNN…
Andaikan salah pun, so what?
Sejujurnya, saya sangat khawatir kalau-kalau saya ditawari masuk aliran sesat…
Saya dulunya Buddhist, sekarang Katolik, dan keluarga saya agamanya pun campur…
Ada Buddha, Katolik, Kristen, Islam…
Emangnya kenapa kalo beda?

Saya pilih yang terbaik bagi saya, dan situ pilih yang terbaik bagi situ, ya udah donk ah, Pak…
Masing-masing aja…
Lagian, keselamatan yang Bapak tawarkan juga saya koq ya nggak yakin-yakin amat…
Dengan menjelek-jelekkan orang lain, agama yang sama-sama notabene pengikut Kristus juga, apakah itu sesuatu yang dibanggakan?
Hati saya koq lebih banyak gusarnya daripada damainya ya?
Lagian, kita ini siapa tokh Pak, Bu?
Teman dekat, keluarga jauh, sahabat? Semuanya bukan. Semuanya NGGAK.

Lalu, Si Bapak terkadang suka forward message dan video macam-macam tentang Indonesia…
Terakhir, saya block sesudah saya bilang, saya tidak tertarik untuk pindah agama…
Karena saya hanya berpikir ini adalah pertemuan silaturahmi dan persahabatan…
Tanpa embel-embel tertentu…
Males banget kalau ketemu pake embel-embel…
Sudah teman dekat aja males, apalagi yang cuma maafff…
SKSD Palapa – Sok Kenal Sok Dekat Padahal Gak Tau Apa-apa…
Susah kalau sudah keracunan agama dan menganggap diri setara dengan Tuhan atau caranya yang paling baik sedunia…
Ah, sudahlah.
Tak perlu kita berdiskusi sedemikian rupa…

Sesudah itu saya makan siang bersama suami dan teman kantornya di Jakarta dulu.
Hati terasa lebih tenang dan semua pada bilang, “Untung gak diapa-apainnnn… “
Saya memang terlalu nekad datang ke rumahnya.
Pelajaran: lain kali gak lagi-lagi dah, jumpa ‘stranger’ di rumahnya.
Dan kalau aneh-aneh? Apalagi pake embel-embel???
Ga usah deh yaaa…

Sekian dan terima kasih…

Singapura, 10 November 2018
Fonny Jodikin
·       Kejadian di bulan September lalu. Buat self- reminder, jangan sampai keracunan agama. Jadinya yaaa gitu dehhh…



Sunday, October 28, 2018

Terbang Tinggi (Bagai Layang-Layang)

2 September 2018.
Tiba di Bali sekitar pukul 3.30 sore.
Mobil jemputan yang kami booking secara online sudah menunggu di Bandara Ngurah Rai.
Setelah bagasi dimasukkan ke dalam mobil, mulailah kami menelusuri jalan-jalan di Bali yang menuju ke hotel kami di Kawasan Sanur yang akan kami tinggali sekitar dua malam.

Sepanjang jalan dari Bandara ke Sanur…
Kami menikmati pemandangan yang jarang kami temui di Singapura.
Bertambah semaraknya suasana, karena cuaca cerah dan sepanjang jalan terlihat layang-layang.
Berbagai corak, bentuk, dan warna…
Anak-anak kami mengagumi itu semua…
Saya pun berdecak kagum dan bersyukur.
Kedatangan kami bersamaan dengan festival layang-layang yang tengah berlangsung di sini, di Bali.
Langit warna-warni…
Ah, syukur kepada Sang Ilahi!

Kami harus kembali ke Singapura tanggal 7 September 2018.
Karena hari Seninnya, anak-anak sudah mulai sekolah lagi sesudah liburan Term 3 selama seminggu.
Di Bandara Ngurah Rai, saya menemukan lagi sebuah layang-layang besar yang terpampang di sini.
Mengingatkan saya kembali atas sambutan hangat Pulau Bali bagi kami sekeluarga lima hari sebelumnya.
Padahal sebelumnya, hati juga ketar-ketir karena banyaknya bencana alam dan gempa yang terjadi di bulan-bulan sebelumnya…
Tetapi tiket sudah di tangan, hanya bisa berdoa dan melihat situasi yang terjadi…
Ketika berhasil menjejakkan kaki di Bali dan merasakan hangatnya sinar mentari di Pulau Dewata ini, hati pun kembali mensyukuri segala berkat yang kami terima…

Seperti layang-layang yang terbang tinggi…
Bukan berarti tak pernah kena tiupan angin yang kencang atau seolah lepas kendali…
Begitu pun hidup, ketika kita ingin maju…
Agaknya ada hambatan ataupun persoalan…
Tetapi semoga kita tidak berhenti sampai di situ saja…
Tetap terbang tinggi, tetap melayang indah…
Tak peduli berapa lama, tetapi percayakan saja semuanya kepada Yang Kuasa…
Selama kita hidup, tetap ingat bahwa kita bisa terbang tinggi karena ada DIA yang mengendalikan semuanya.
He’s in control!
Ketika kita terbang tinggi tanpa melibatkan Tuhan…
Ah, bukankah itu akan membawa kita kepada kehampaan demi kehampaan…
Dan berujung kekosongan belaka?

Apa yang kita cari, wahai manusia?
Tanya hatiku pagi ini saat melihat kembali foto perjalanan kami…
Jangan terlepas dari DIA yang pegang kendali atas semuanya!
Kita bisa terbang tinggi- bagai layang-layang- atas seizin-Nya dan hanya karena kebaikan-Nya!

Singapore, 29.10.2018
Fonny Jodikin


Monday, October 8, 2018

SEBERKAS SINAR




Sanur. Di suatu pagi di Bulan September 2018.
Pagi itu kami berniat sarapan di hotel lain, bukan di tempat tinggal kami.
Suami dan anak-anak kami sudah pergi ke hotel ini sehari sebelumnya, tetapi saya belum.
Pagi itu kami bersama-sama menyusuri daerah Sanur.
Biasanya kami tidak pernah menginap di Sanur…
Juga ketika bekerja dulu, saat ada outing kantor ke Bali, saya tidak pernah ke sini.
Ternyata, Sanur asyik juga daerahnya…

Dan ketika melintasi Hotel Maya di Sanur ini yang langsung terhubung dengan Pantai Sanur…
Saya langsung mengeluarkan ‘handphone’ dan menjepret begitu saja.
Sampai di Hotel, saya baru mendapati bahwa foto itu memberikan efek sinar mentari yang bagus banget!
Saya sungguh senang mendapati ada foto spesial hari itu!

Hari ini, ketika teringat kembali foto itu…
Seolah ada pencerahan baru di dalam hati yang menanti untuk dituliskan…
Dalam hidup yang suram…
Terkadang sulit memang untuk melihat seberkas sinar…
Seolah semua muram. Suram. Buram.
Gelap mendominasi.
Tetapi, jika dan hanya jika kita sadari…
Masih aka nada seberkas sinar yang akan menyinari…
Hati ini tak lagi terasa hampa…
Karena terisi harapan baru.
Harapan akan hari esok yang lebih baik, yang lebih cerah.
Yang tentunya harus dimulai dari sendiri.
Tak perlu terlalu mengandalkan orang-orang sekitar kita untuk bisa bahagia…
Karena bahagia itu ternyata:
Ada di lubuk hati terdalam setiap insan…
Dan biarkan kebaikan itu memenuhi setiap hati kita.
Setiap hati yang percaya…
Bahwa seberkas sinar akan mampu menyinari hari-hari kita…
Singkirkan kegelapan yang sempat singgah…
Dan: gelembung-gelembung kecil bahagia itu pun membumbung di udara…
Memenuhi hariku dan harimu dengan sukacita.

Jangan lupa bersyukur, meskipun tak selalu mudah.
Bahagia akan mengisi hati setiap insan yang mampu berterima kasih atas apa yang ada.

Singapura, 9 Oktober 2018
Fonny Jodikin




Thursday, July 19, 2018

PENILAIAN (Baca: PENGHAKIMAN)



Tim Juri dari Ajang Nyanyi di Indonesia tengah dikritik dan berbondong-bondong dikomentari negatif oleh Netizen...
Bukannya kenapa-kenapa...
Itu 'kan ajang nyanyi...
Bukan hanya penampilan belaka...
Ditanyalah sama Dewan Jurinya: kenapa gak pake bedak? 
Gak pake Lipstick seperti teman-teman di luar sana?
Anak ini lugu dan bilang bajunya ketinggalan di kampungnya...
Juri gak terima, minta make over...
Akhirnya Si Anak maju lagi dengan penampilan rapi jali...
Baru diperbolehkan menyanyi...
Terlepas dari ini settingan atau gak...
Tapi koq rasanya kurang etis saja dan mengecilkan orang lain begitu rupa...

Netizen kemudian banyak membandingkan dengan ajang lainnya.
Di ajang lain, ada yang pakai seragam sekolah, bisa lolos-lolos aja, tuh...
Kalau suaranya ok, why not?
Kenapa tidak?
Walaupun ya memang namanya dunia entertainment memang melihat kelengkapan 'package' seseorang...
Tetapi yang namanya baru mulai, apalagi ini ajang nyanyi: lihatlah kemampuan nyanyinya...

Melihat ke dalam dunia kerja...
Ada pula Bos yang menilai pekerjaan anak buahnya bukan sebatas pekerjaan...
Semua dinilai dari penampilan, dari tua atau tidak, cantik atau tidak, ganteng atau tidak...
Dan jujurnya menurut saya: ini penilaian gak nyambung...
Jika memang harus 'fair', harus dinilai berdasarkan kemampuan kerjanya dan bukan yang lainnya...

Begitulah dunia...
Selalu punya cara dan untuk membenarkan dirinya buat menilai orang lain sesuka hati...
Penilaian yang terkadang keji dan kejam, tak jadi masalah...
Karena menurut mereka: merekalah yang benar...
Tetapi jika mereka yang dihakimi begitu rupa, apa mereka sanggup menerima???

Malam ini saya berpikir: memang banyak orang akan selalu semaunya sendiri.
Beberapa bahkan menganggap karena mereka punya uang, karena mereka punya kuasa, boleh jadi mereka sungguh berpendidikan, jadi mereka boleh melakukan apa saja.
Tapi bagi saya, jika Anda tidak bisa 'respect' pada orang lain, setinggi apa pun jabatan Anda...
Atau seberapa banyaknya harta yang Anda miliki saat ini...
Sehebat apa pun Anda...
Bagi saya GAK PENTING. SANGAT!
Jika Anda gak bisa menghargai orang lain, gimana Anda minta dihargai?

Mungkin sekarang Anda tengah di atas...
Kalau lagi bahagia, biasa aja...
Bersyukurlah...
Karena ketika roda kehidupan membawamu turun...
Belum tentu juga kesombongan itu bisa kamu pertahankan...
Tetap waspada, gak perlu belagu...
Biasa saja. Penuh syukur.
Jangan mudah melontarkan perkatan atau penilaian yang tidak pada tempatnya...
Karena jika kita yang dihakimi begitu rupa, apa kita tahan?

Just wanna share my thought tonight, also for my self-reminder...
Be humble. Be wise...
'Cause you'll never know what's going to happen next....
Good night everybody!

Singapore, 19 Juli 2018
Fonny Jodikin


Thursday, July 12, 2018

PERASAAN 'DIMANFAATKAN'



Begini kisahnya...
Anggaplah Anda itu baik budi dan tidak sombong...
Anda baik terhadap semua orang, tanpa memandang SARA...
Anda berusaha tulus dalam segala yang Anda lakukan...
Anda tak peduli, jika harus mengorbankan waktu, diri, dan mungkin sejumlah uang untuk membantu orang lain...
Tetapi, setelah semua pengorbanan itu...
Kemudian Anda dikelabui, dibodoh-bodohi, difitnah, dan mungkin ditipu uangnya, dan sebagainya..
Lalu, Anda merasa DIMANFAATKAN.
Dan perasaan itu sungguh tak mudah untuk dihadapi...

Secara jujur, mari kita akui...
Dalam relasi mana pun pasti ada 'take' and 'give'...
Bagi orang tertentu, itu mungkin sebanding dengan jumlah uang yang dikeluarkan...
Misalnya Anda pergi pijat refleksi atau ke salon...
Anda beri uang, Si Mbak atau Si Mas memberikan pelayanan baik yang membuat Anda relax...
Dalam persahabatan pun, rasanya sulit memang menemukan orang-orang yang tanpa pamrih, apalagi di zaman ini.
Jika Anda temukan, pastikan Anda menjaga mereka baik-baik...
Karena mereka sungguh berharga dan termasuk langka....

Lalu, ketika perasaan DIMANFAATKAN itu timbul...
Apa yang harus dilakukan?
Terutama jika itu kita alami dari orang yang sungguh dekat di hati...
Sahabat dekat. Atau mungkin anggota keluarga.
Sakit banget 'kan rasanya?
Mungkin kita teliti juga diri kita...
Apa kita memang sudah memberi terlalu banyak, lalu kemudian berharap lebih banyak lagi?
Harapan yang terlalu membumbung tinggi, ketika jatuh rasanya sungguh sakit, Masbro dan Mbak-Mbak sekalian!
Jadi mungkin harapannya dikurangi sedikit...
Jangan ketinggian, jadi ketika jatuh: gak sakit-sakit amat...

Saya pernah merasa dimanfaatkan.
Dan itu sakit sekali rasanya.
Tapi, saya juga gak tau: pernahkah saya demikian?
Memanfaatkan orang lain...
Atau membuat orang lain-disengaja atau tidak- merasa dimanfaatkan???
Malam ini, menjadi permenungan bagi saya pribadi lagi...
Supaya ketika saya merasa dimanfaatkan, saya telaah sikap-sikap saya juga...
Bagaimana saya ke orang lain?
Semoga saya gak banyak melakukannya...
Dan kalau saya lupa, mohon dimaafkan semuanya...
Semoga ke depannya kita jadi manusia-manusia yang lebih baik lagi...
Meskipun sekitar banyak yang makin kacau, kita tetap harus berdiri tegar dalam kebaikan...
Kalau bukan dari kita, siapa lagi, tul gak sobat-sobat semua?

Met malam.
Sekadar goresan kecil di penghujung hari.

Singapura, 12 Juli 2018
Fonny Jodikin
sumber foto: internet


Thursday, June 28, 2018

Setelah Duapuluh Lima Tahun…



1 Juni 2018. Singapura.
Saya menelpon mama di Palembang.
“Ma, besok aku pulang, ya!”
“ Iya, besok ada doa dan acara kecil buat Papa. Besok ‘kan meninggalnya Papa, peringatan ke-25 tahun.”
Ujar Mama di seberang sana.
“Oh, iya… Ok, Ma! Sampai besok…!”

Telepon kumatikan. Dan aku terdiam.

Saat membeli tiket pulang ke Palembang, aku tak ingat bahwa itu adalah hari meninggalnya Papa. Karena kami membeli tiket sekitar bulan Februari lalu. Yang kucocokkan hanyalah tanggal anak-anak kami liburan sekolah. Dan kemungkinan Odri ada perjalanan ke luar kota dari sekolah, jadi saya menunda sedikit kepulangan kami.
Tak terasa, sudah 25 tahun Papa meninggalkan kami.
Waktu berlalu begitu cepat rasanya…
Setiap hari merupakan perjuangan tersendiri dan punya permasalahan serta kebahagiaan tersendiri.
Detik berlalu, musim berganti…
Ya, sudah 25 tahun….

2 Juni 1993. Jakarta.
Derai air mata masih membasahi kedua belah pipiku…
Aku berada di Airport Soekarno Hatta untuk ‘go show’, mau beli tiket pulang ke Palembang.
Mama baru saja menelponku dan bilang bahwa Papa sudah berpulang untuk selamanya.
Rasanya tak percaya, karena baru saja kemarin aku menelpon dan bicara langsung dengan Papa.
Katanya makanan sudah terasa enak di mulutnya. Aku lega.
Karena memang Papa ada sakit jantung dan beberapa komplikasi lainnya.
Tetapi? Hari ini???
Mengapa kuterima berita seperti ini?
Aku masih belum mandiri…
Rasanya ada yang kurang karena belum bisa membahagiakan Papa.
Dan seketika dia harus pergi?
Kurasakan adanya satu kehampaan yang mendalam.
Bukan karena hubungan kami yang sempurna…
Relasi kami sempat naik-turun dan sempat juga tegang…
Aku yang keras, seperti Papa…
Aku juga terkadang suka membangkang, terutama saat SMP…
Sori, Pa…
Tetapi satu hal yang kusyukuri, kami berdamai saat aku di SMA.
Kami bisa berdiskusi tentang Bahasa Mandarin dari versi Papa dan mencocokkannya dengan Bahasa Jepang yang tengah kupelajari saat itu…
Akhir yang melegakan, karena aku tak pernah tahu, tak lama berselang Papa harus berpulang.
Untuk selamanya.

2 Juni 2018. Palembang.
Pa, ini aku, suamiku, dan anak-anakku…
Tak terasa sudah 25 tahun berlalu, Pa…
Papa pergi meninggalkan kami untuk selamanya…
Ada hari-hari di mana terasa biasa…
Waktu memang akan memulihkan…
Tapi takkan pernah sanggup melupakan…
Karena biar bagaimana pun, sampai kapan pun…
Papa tetap jadi bagian hidup kami…

Namun ada kalanya, rongga kosong di hati itu sungguh terasa…
Seperti saat aku pulang ke Palembang saat meninggalnya Papa dan mendapati rumah masa kecilku lengang…
Ada kursi yang seharusnya Papa duduk di sana…
Ada sofa tempat kami menonton siaran bulutangkis bersama di televisi.
Itu semua takkan terganti, Pa…

Peristiwa demi peristiwa memenuhi kepalaku…
Pa, semoga Papa tenang di sana…
Kupanjatkan doa bagimu, Pa…
Semoga Tuhan mendengarkan doa kami, anak-anakmu dan Mama yang masih berjuang hidup di dunia ini…
Setelah dua puluh lima tahun, engkau tetap ada di hati kami.
Takkan terganti.
Bukan karena Papa adalah Papa yang sempurna bagi kami…
Tetapi kami sadari, kami pun jauh dari sempurna sebagai anak-anakmu, Pa…
Saya yakin, Papa sudah memberikan yang terbaik yang Papa bisa semasa hidup.
Seperti kami pun begitu dengan segala keterbatasan kami.

Pa, I miss you…
Ada kerinduan mendalam saat menuliskan ini semua.
Saat air mata kembali menetes perlahan.
Air mata haru, karena kau pernah menjadi bagian hidup yang paling penting dalam hidup kami.

Singapura, 28 Juni 2018
Fonny Jodikin



Wednesday, May 30, 2018

Kalah-Menang Itu Versi Siapa?



Suatu hari, saat kau merasa kalah…
Seolah perjuangan yang sudah dilakukan selama ini sia-sia…
Apalagi lalu engkau dibilang salah…
Tetaplah tabah…
Dan jangan menyerah…

Kalah-menang itu menurut siapa?
Jika membandingkan kelemahanmu dengan kelebihan orang lain…
Tentunya kau pasti kalah…
Tetapi, bukankah setiap orang punya kelebihan masing-masing?
Bagaimana jika keunggulanmu yang kaulihat, bukan melulu kekeliruanmu?

Kau merasa kalah, saat kau tak punya jabatan setinggi teman sekolahmu…
Kau merasa minder, ketika kau tak punya mobil sehebat mobil sobatmu…
Saat orang lain jalan-jalan ke mancanegara dan kau hanya tinggal di kotamu saja, lalu kemudian apakah kau rasakan sungguh perjuanganmu tak artinya???
Apakah itu pertandingan kehidupan sesungguhnya?
Bagaimana dengan mereka yang tak punya organ tubuh lengkap?
Namun punya semangat baja?
Bukankah terkadang kita merasa tertampar dengan kehebatan mereka mengatasi permasalahan kehidupan, di tengah segala keterbatasan?
Bagaimana mereka yang tengah sakit keras dan tengah berjuang untuk sembuh seperti sedia kala?
Bagaimana dengan mereka yang tak punya cukup uang untuk membeli susu, menyekolahkan anak?
Bagaimana dengan mereka yang tak bisa makan tiga kali sehari?
Dan daftar ini tak berhenti sampai di sini tentu saja…
Dia bisa bertambah panjang lagi dan lagi…

Kalah-menang itu menurut siapa?
Sejatinya pertandingan yang sungguh penting di dalam hidup adalah: melihat perkembangan diri hari lepas hari…
Belajar juga melihat ke bawah…
Biar tak selalu mendongak ke atas…
Sekali lagi bukan untuk terlihat lemah atau tak mau berusaha…
Tetapi untuk kembali belajar bersyukur…
Atas segala kebaikan dan karunia yang kita punya…
Pertandingan ini belum usai…
Selama masih ada sebuah hari baru yang ditambahkan dalam hidup kita…
Belajar ikhlas menerima hal-hal yang tak mampu kita ubah…
Belajar untuk bergerak maju, melengkapi diri dengan hal-hal yang baik bagi kita…

Jangan menyerah!
Meskipun pernah merasa ‘kalah’.
Akuilah perasaan itu pernah singgah…
Lalu jangan berhenti apalagi hanya pasrah…
Bangkit lagi untuk hari depan yang lebih cerah…
Dan kembali, tanyalah kepada diri
kalah-menang itu versi siapa???

Singapura, 30 Mei 2018
Fonny Jodikin





Monday, May 14, 2018

Zoë Cake




AddressHong Kong, Causeway Bay, Sharp St E, 33, Holiday Inn Express, 地下G01

We were in Hong Kong for around five days last year, from 14-18 June 2017.
The purpose of trip was meeting my In Laws relative.
They’ve been lost contact for more than 20 years and we planned to reunite them again…
A friend told me that she was staying in Holiday Inn Express Causeway Bay which was so near to the Times Square and MTR Station (Causeway Bay for sure!).
So in the end we stayed there.
Thinking that bringing In Laws and 2 children, we need a convenient place which is near to amenities.
Not to mention will be easier to meet our relative.
The trip itself was combined with our Macau trip earlier.
We were in Macau 11-14 June. At noon time, we took a ferry that brought us to Hong Kong in a short while.



Last week at night time…
I asked Lala and Odri about which part of the trip was the most memorable for them.
Surprisingly, it’s not Hong Kong Disneyland! (Even though it’s their first trip there…)
But they still remember the tiny little cake shop, which is at the basement of the hotel across the famous Times Square Mall in Hong Kong.
For taste wise, I have to say: Hong Kong food is generally quite suitable for my family. Everything that we tasted back then was so good, except it’s a little bit pricey…
The cakes’ prices in Zoë Cake was around 8.50SGD at that time, most probably around 50HKD. No complain on the price, because it’s really wonderfully justified with the cozy ambience and very irresistible desserts coming our way.
I decided to write down this piece of memory that we love and put it inside my travel diary.
Meanwhile, we don’t have any plans to go back to Hong Kong yet…
But, as my children remember this place, I will always remember too!
It was such a pleasant place.
A rare accidentally finding that turns out to be a very nice place.
Two thumbs up Zoë Cake Causeway Bay!



Singapore, 15 May 2018
Fonny Jodikin

Zoë Cake

Kami berada di Hong Kong sekitar lima hari di tahun lalu, dari tanggal 14-18 Juni 2017.
Tujuan perjalanan itu adalah menemui kerabat dari Mertua.
Mereka sudah hampir tidak pernah saling kontak selama lebih dari 20 tahun dan kami berencana untuk mempertemukan mereka kembali.
Seorang teman mengatakan kepada saya bahwa dia tinggal di Holiday Inn Express Causeway Bay yang sungguh dekat dengan Times Square (tinggal nyebrang coy!) dan stasiun MTR Causeway Bay tentunya!
Jadi, akhirnya kami tinggal di sana…
Karena kami berpikir membawa mertua dan 2 anak, tentunya kami membutuhkan tempat yang nyaman yang dekat dengan fasilitas yang mempermudah kami…
Juga akan mempermudah kami pula, jika ingin ketemuan dengan kerabat kami itu tadi.
Perjalanan ini juga kami padukan dengan perjalanan ke Macau sebelumnya.
Kami berada di Macau beberapa hari sebelumnya. Mulai dari tanggal 11-14 Juni 2017.
Dan di tengah hari, kami naik ferry yang menyeberangkan kami ke Hong Kong dalam waktu yang cukup singkat.



Minggu lalu saat malam tiba…
Saya bertanya pada Lala dan Odri tentang bagian mana dari perjalanan kami itu yang menjadi hal yang paling berkesan bagi mereka…
Cukup mengejutkan karena bukan Hong Kong Disneyland! Meskipun itu baru kali pertama mereka ke sana…
Tetapi mereka masih ingat toko kue mungil yang berada di basemen hotel yang kami tinggali,  yang tepat berada di seberang Times Square Mall yang terkenal itu di Hong Kong.
Untuk rasa, saya boleh mengatakan: makanan Hong Kong cukup cocok untuk keluarga kami. Semua makanan yang kami makan saat itu rasanya cocok saja dengan selera, hanya mungkin harganya sedikit lebih mahal.

Harga kue-kue di Zoë Cake sekitar 8.5SGD atau sekitar 50 HKD (setara dengan RP. 85.000). Saya gak akan ‘complain’ mengenai harganya, karena memang tempatnya keren dan asyik, serta rasa ‘desserts’ nya yang ok punya.



Akhirnya saya memutuskan untuk menuliskan kenangan ini, sesuatu yang kami sukai dan menaruhnya dalam catatan perjalananku.
Sementara ini, kami belum ada rencana kembali ke Hong Kong…
Tetapi karena anak-anak ingat tempat ini, saya pun akan ingat terus juga donk!
Tempatnya memang menyenangkan!
Suatu temuan yang cukup langka dan gak disengaja yang kemudian ternyata merupakan tempat yang asyik banget!
Dua jempol buat Zoë Cake Causeway Bay!

Singapura, 15 Mei 2018
Fonny Jodikin


Friday, May 4, 2018

A Visit to Unicorn Café – Bangkok



Alamat:
44/1 ซอย สาทร 8 สีลม Silom, Bang Rak, Bangkok 10500, Thailand.
Well, kalau Anda gak bisa baca, Anda gak sendirian…
Tenang aja Bro and Sis…
Saya juga gak fasih membaca tulisan-tulisan berbahasa Thai itu hahaha…
Untungnya ada Website satu lagi yang menulis secara jelas. Sebuah Website Singapura, The Smart Local memberikan review yang cukup baik dan sangat menarik mengenai Unicorn Café ini.

Alamat yang dituliskan di Website tersebut:
Sathorn Soi 8, 44/1 Sathon 8 Alley, Silom, Bang Rak, Bangkok 10500.
Jika Anda naik BTS Chong Nonsi, disarankan untuk berjalan kea rah Silom Soi 7 atau Sathorn Soi 8, dan Anda bisa melihat café-nya.

Belakangan, memang Unicorn ini lagi booming banget. Kekinian sekali gitu lho!
Dua kali bikin kue untuk anak-anak kami di tahun ini, juga maunya Unicorn colored theme cupcakes. Jadi yah, maminya ikutan survey…
Ikutan melihat-lihat dan juga jatuh cinta sama tempat dan atmosfir kafe yang lucu, unik…
Ya, anggaplah masa kecil kurang bahagia hahaha…
Soalnya zaman old gak ada sihhh!

Kami tinggal di daerah Pratunam, Bangkok.
Dengan pertimbangan membawa dua anak trus jalan lumayan, akhirnya untuk ke kafe ini kami putuskan naik Grab Car saja.
Harga Grab dari Pratunam ke Unicorn Café ini sekitar 100-150 Baht (SGD 4-6 atau IDR 45.000-65.000).
Harga Grab cukup bersahabat di sana, jadi untuk kami yang waktu itu membawa anak-anak dan mertua, cukup bersahabat banget dan memuaskan…
So far selama trip dari 28-31 Desember  2017 itu ok punyalah pokoknya!

Ok, back to Unicorn Café…
Makanannya ya menarik warna-warnanya, burgernya lumayan enak.
Tapi kalau sampe luar biasa sih gak juga…
Sekarang memang apa yang penting adalah yang ‘instagenic’ alias ‘instagrammable’.
Yang pasti cantik difoto dan bikin perut kenyang, cukuplah sudah…
Oh ya, harga-harganya lumayan. Seperti harga kafe pada umumnya.
Makanan semisal Rainbow Crepe Cake (130 Baht – IDR 57,000), Unicorn Rainbow Toast (170 Baht – IDR 75.000), Unicorn Burger (250 Baht – IDR 110.000).
Kisaran harga-harganya seperti itu, jadi ada gambaran buat yang ingin berkunjung…



Anak-anak hepi. Maminya juga…
So, lengkaplah sudah!
Warna-warna pastel sungguh mewarnai hari kami saat itu…
Tanggal 30 Desember 2017 yang gak bakal terlupa…
Unicorn konon adalah makhluk mitologi berbentuk menyerupai kuda dengan tanduk yang tumbuh di dahinya, umumnya dianggap sebagai makhluk baik dengan darah serta tanduknya diyakini memiliki kekuatan menyembuhkan dan memurnikan.
Mitologi itu semacam legenda atau cerita rakyat…



Ah, terlepas dari betul-nggaknya…
Ada nggaknya Unicorn…
Sesekali terbang ke alam mimpi dan menikmati indahnya suasana kafe, gak ada salahnya ‘kan?
Unicorn Café yang sooo cantik, Sodara-sodara…
Bangkok, we love you…
Hope that one day, we’ll be back to visit you!

Singapore, 5 Mei 2018
Fonny Jodikin
#fontraveldiary
#fonfoodie
#fonwritingjournal
*foto semuanya dari koleksi pribadi



SITU OK?!?!


Saya inget bener, ini ucapan sohib saya di Jakarta. Kalau dia lagi agak nyolot or be te... Langsung deh keluar jurus ini hihi...
Belakangan, ucapan ini saya rasa perlu juga untuk menangkal diri dari orang-orang negatif. Istilah keren dan kekiniannya 'toxic people'. Yang tak disangka dan tak dinyana, memenuhi jagad raya...
Meskipun kelihatannya baik dan positif di awal, lama-lama ketahuan juga...
Hobby utama mereka: suka bergosip, menganggap diri Mahabenar dan Mahasempurna, sisanya: manusia-manusia lainnya dipandang sebelah mata...

Mungkin Anda lulusan luar negeri...
Mungkin Anda bergelar S2, S3, S kacang merah juga boleh hahaha...
Mungkin Anda superkaya...
Mungkin Anda superkece...
Mungkin Anda super terkenal...
Maaf, bagi saya itu semua gak ada artinya kalau Anda suka menghakimi orang lain...
Menganggap rendah orang lain.
Menjelek-jelekkan fisik orang lain....
Serasa Anda Miss Universe gitu?
Sementara kalau saya kasih cermin...
Yaaaa gitu dehhh...
So, situ okay???
Kalau situ ok ya bersyukur donkkk...
Itu anugerah Yang Kuasa...
Ini semua hanya sementara...
Roda hidup berputar...
Kalau lagi di atas, biasa aja coy...
Kalau lagi di bawah gimana?
Situ ok?!?!
Yaelah, banyak omong juga nih kamu hari ini Fonnn...
Diam-diam tapi menusuk, suara hati menegurku...
Jiahhhh, kena sendiri hahaha...
Kalau ok: banyak bersyukur.
Banyak berbagi.
Kalau belum ok: banyak berusaha dan berjuang untuk lebih baik lagi.
So, situ ok???🤣
Singapura, 30 April 2018
Fonny Jodikin
* ditemani teh C kosong iced kegemaranku. Teh susu tanpa gula plus es batu.

FERRARI DAN SEPOTONG ROTI


 Sekitar sebulan yang lalu…
“Baru belanja, Bu?” Si Mbak menegurku dengan ramah.
Wajah manisnya berhiaskan senyum senada.
“Iya, Mbak.” Aku menjawab dengan tersenyum.
Sesama perantauan, sama-sama dari Indonesia, mungkin mudah merasa akrab.
Aku bertemu dia saat sama-sama mengantar anak kursus. Dia mengantar anak majikannya kembar dan aku? Menunaikan tugasku sebagai Ibu mengantar anak kedua kami kursus Mandarin sebagai Bahasa pilihan yang wajib dijalani di Singapura ini.

“Sudah lama kerja dengan Boss yang ini, Mbak?” Tanyaku.
“Lumayan, Bu. Lumayan orangnya baik, Bu. Senang saya.” Jawabnya
“Baguslah, Mbak.” Timpalku lagi.
“Iya, Bu. Daripada dulu… Bos saya sebelum ini, naiknya Ferrari, tapi buat roti sarapan pagi, saya harus beli sendiri. Mendingan yang ini, Bu… Rumah dan orangnya sederhana, tapi baik sama saya.”

Ah, saya terdiam…
Memang ya, Mbakkkk… Uang itu bukan segalanya.
Kekayaan kalau tidak diimbangi dengan hati, bikin orang jadi begitu itu tadi…
Kepada para pemilik Ferrari, kalau punya Si Mbak ya mbok dikasih rotiiii…
Saya sendiri tidak pakai ART(Asisten Rumah Tangga) di sini.
Saya pun sadar, hubungan Si Mbak- Majikan sampai kapan pun penuh drama dan banyak kisah macam-macam. Ada yang memang Si Mbak-nya baik, majikannya kacau. Ada yang Majikannya sudah superbaik, eh ART-nya yang aneh-aneh…
Tapiii, jika memang berniat pakai pembantu, setidaknya berilah makan yang cukup…

_Anyway_, terima kasih, Mbak buat pelajaran hari itu…
Saya gak akan lupa…
_With or without Ferrari_, berusaha jadi orang yang baik hati…
Yang juga harus bisa tulus dan cerdik, biar tidak dikelabui.
Begitu.
Ya, begitu.

Selamat siang buat semuanya dari Singapura yang mendung dan sering hujan belakangan ini…

Singapura, 24 April 2018…
*Dari sudut relung hati seorang Fonny Jodikin*
*Copas, share? Harap sertakan sumbernya...
* Foto: dari Pinterest.