Friday, November 9, 2018

Keracunan Agama




Kutinggalkan rumah di daerah ‘north-east’ (Timur Laut) Singapura itu dengan lega.
Hari itu, aku memang menemui sepasang suami istri yang aku tak pernah kenal.
Mereka minta waktu untuk jumpa karena mengunjungi anaknya di Singapura.
Sepasang suami-istri yang sangat sukses dalam mendidik anak-anaknya.
Mereka singgah di Singapura, lalu mau ke Indonesia…
Sementara mereka memang tinggal di lain benua…

Panggil saja mereka Pak X dan Bu X…
Pak X bilang ingin kenal lebih jauh denganku karena sering membaca tulisan-tulisanku…
Tanpa punya prasangka apa-apa, karena beliau juga membawa serta istrinya…
Kuiyakan ajakannya untuk jumpa…
Padahal tempat tinggalku jauh dari dia, tapi tak apalah…
Untuk pembaca tulisanku, oke sajalah…
Singapura tokh tidak ada macet-macetnya…
Pertemuan singkat itu menjadi episode yang mendebarkan…
Ketika beliau bilang…
Saya juga dulu Katolik, tetapi saya kemudian berubah...
Tidak mau bilang agamanya yang sekarang…
Menimbulkan tanya dan terus terang kecurigaan…
Lalu Sang Istri yang auranya lebih ke menyeramkan daripada menenangkan…
Mulai mengindoktrinasi dengan ayat-ayat Alkitab…
Menganggap diri hebat…
Menganggap yang lainnya salah dan tak mengerti sebanyak dirinya…

“Saya hanya khawatir, Fonny berada di Gereja yang salah.” Kata Si Bapak…
#PINGSANNN…
Andaikan salah pun, so what?
Sejujurnya, saya sangat khawatir kalau-kalau saya ditawari masuk aliran sesat…
Saya dulunya Buddhist, sekarang Katolik, dan keluarga saya agamanya pun campur…
Ada Buddha, Katolik, Kristen, Islam…
Emangnya kenapa kalo beda?

Saya pilih yang terbaik bagi saya, dan situ pilih yang terbaik bagi situ, ya udah donk ah, Pak…
Masing-masing aja…
Lagian, keselamatan yang Bapak tawarkan juga saya koq ya nggak yakin-yakin amat…
Dengan menjelek-jelekkan orang lain, agama yang sama-sama notabene pengikut Kristus juga, apakah itu sesuatu yang dibanggakan?
Hati saya koq lebih banyak gusarnya daripada damainya ya?
Lagian, kita ini siapa tokh Pak, Bu?
Teman dekat, keluarga jauh, sahabat? Semuanya bukan. Semuanya NGGAK.

Lalu, Si Bapak terkadang suka forward message dan video macam-macam tentang Indonesia…
Terakhir, saya block sesudah saya bilang, saya tidak tertarik untuk pindah agama…
Karena saya hanya berpikir ini adalah pertemuan silaturahmi dan persahabatan…
Tanpa embel-embel tertentu…
Males banget kalau ketemu pake embel-embel…
Sudah teman dekat aja males, apalagi yang cuma maafff…
SKSD Palapa – Sok Kenal Sok Dekat Padahal Gak Tau Apa-apa…
Susah kalau sudah keracunan agama dan menganggap diri setara dengan Tuhan atau caranya yang paling baik sedunia…
Ah, sudahlah.
Tak perlu kita berdiskusi sedemikian rupa…

Sesudah itu saya makan siang bersama suami dan teman kantornya di Jakarta dulu.
Hati terasa lebih tenang dan semua pada bilang, “Untung gak diapa-apainnnn… “
Saya memang terlalu nekad datang ke rumahnya.
Pelajaran: lain kali gak lagi-lagi dah, jumpa ‘stranger’ di rumahnya.
Dan kalau aneh-aneh? Apalagi pake embel-embel???
Ga usah deh yaaa…

Sekian dan terima kasih…

Singapura, 10 November 2018
Fonny Jodikin
·       Kejadian di bulan September lalu. Buat self- reminder, jangan sampai keracunan agama. Jadinya yaaa gitu dehhh…