The Rainbow of Life (The Colors of Life part 4: The End)
Hidup memang penuh warna. Ada warna kuning yang melambangkan sesuatu yang kurang kusukai tetapi kucoba untuk menerimanya. Ada warna biru di mana melambangkan sesuatu yang kusukai, ada juga warna hijau yang dibutuhkan di saat hati panas membara, perlu adanya suatu kesejukan.
Well, I can write almost about every color of life!
Ada romantisme yang ditawarkan si pink (merah muda), ada kesedihan yang diungkap lewat warna ungu seperti apa yang tengah dialami dunia saat ini: berduka dengan begitu banyak bencana alam yang terjadi. Ada putih, hitam, abu-abu yang bisa melambangkan sesuatu yang baik, jahat, dan grey area (di mana antara baik atau jahat tidak terlalu jelas). Ada keberanian yang diwakili warna merah…
Dan seterusnya, dan sebagainya…
Namun, kuputuskan mengakhiri tulisan tentang warna. Biar tidak terlalu panjang di satu sisi. Di sisi lain, biarlah tiap orang meng-explore apa yang mereka pikirkan tentang setiap warna. Yang tentunya punya arti masing-masing dalam hati mereka terdalam.
Warna tetaplah warna. Dia punya keindahan yang ditawarkan untuk menyejukkan mata. Dia juga punya kesedihan yang bisa ditangkap sanubari hati yang terdalam. Untuk itulah, rasanya tiap warna diciptakan. Tanpa warna, apa jadinya hidup?
Pelangi…
Setting : After the rain. Tanah becek. Genangan air di mana-mana.
Namun, ada kesejukan tersendiri melihat pelangi yang hadir sesudahnya.
Hidup memang penuh warna. Dan pelangi kehidupan itulah yang membuat kita tersenyum, tertawa, menangis, ataupun terharu di dalamnya.
Setiap kejadian yang terjadi adalah pelangi kehidupan yang terpatri dalam kehidupan kita. Tak terelakkan. Terkadang menimbulkan kesedihan mendalam yang tak terlupakan. Atau di saat yang berbeda, membaca keceriaan yang berlangsung cukup lama.
Kesadaran bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini membuat kita hendaknya menyadari bahwa apa pun bentuknya, warna kehidupan harus kita syukuri.
Hari ini, hidup tetap membawa keindahan pelangi di dalamnya. Mampukah kita menyelami keindahannya? Atau karena tertutup warna-warna kelam dan kusam, mata kita tak lagi mampu menyiratkan cahaya kebahagiaan?
Pilihan ada di tangan kita. Bagaimana kita mendayagunakan pelangi yang sudah Tuhan beri dalam hidup kita.
Selamat mencari sepercik cinta dalam pelangi hidup hari ini!
Singapore, 22 Mei 2008,
-fon-
No comments:
Post a Comment