Monday, January 9, 2017

TALKING ABOUT ROSES AND THORNS


(BERBICARA TENTANG BUNGA MAWAR DAN DURI)

“You can complain because roses have thorns, or you can rejoice because thorns have roses.”
Kalimat bijak ini konon berasal dari Abraham Lincoln. Namun, ada beberapa yang mengatakan bahwa ini ditulis oleh orang lain.
But no matter what, intinya yang saya lihat bagus dan mengingatkan saya pribadi…
Kita bisa mengeluhkan bahwa bunga mawar punya duri  atau  kita bisa bersukacita karena duri-duri itu memiliki bunga mawar.
Ini menjadi semacam pegangan bagi saya dalam menjalani kehidupan.
Tak peduli betapa indahnya suatu kehidupan, pasti ada kejadian-kejadian yang seolah menjadi ‘duri’ di tengah kelopak mawar yang mekar dengan warna-warninya.
Atau bagi mereka yang cenderung mellow sangat, memandangi kehidupan selalu dari sisi durinya, namun sebetulnya: ada kelopak-kelopak mawar juga di sana….
Pilihannya ada di tangan kita, mau lihat mawarnya atau terus-terusan berkubang dalam ‘duri’ duka?

Bagi saya ini kemudian penting, karena ini berkenaan dengan apa yang melandasi pilihan-pilihan di kehidupan ini.
Termasuk dalam pergaulan, entah itu dunia maya ataupun dunia nyata.
Karena berada di rantau selama 10 tahun terakhir ini, sebetulnya medsos sangat bermanfaat dan informatif bagi kami.  Penyebaran informasi terasa lebih cepat ketika hanya membaca ‘timeline’ di Facebook.
Namun memang saya pun menyadari, bahwa tujuan awalnya baik semisal menjalin tali silaturahmi yang sempat lama terputus, kemudian menjadi semakin kabur.
Facebook menjadi semacam tembok ratapan, untuk curhat habis-habisan permasalahan pribadi yang dihadapi.
Bagi saya, ini tentunya kurang bijaksana. Karena teman di Facebook, banyak yang saya tidak kenal. Juga teman di Facebook, beberapa tidak begitu dekat di dunia nyata…
Jika sampai curhatan itu menyebar, bukankah itu agaknya bakal jadi ‘gosip’ yang empuk buat disebarkan?

Lalu urusan politik…
Sebetulnya, saya paling tidak mau tahu pilihan Anda.
Masing-masing sajalah…
Tetapi seolah sosmed menjadi ajang untuk membanggakan pilihanku dan menjelekkan pilihanmu.
Sempat pusing kepala, lalu jadi cuek saja…
Asal masih dalam taraf normal, pasti masih saya biarkan.
Kalau sudah keterlaluan ya unfollow saja. Unfriend tetap menjadi pilihan terakhir, senjata pamungkas yang akan saya pakai meskipun jarang-jarang…

Lalu agama….
Hadehhh gak ada habisnya!
Jujur, saya berasal dari keluarga yang agamanya berbeda-beda.
Namun kami saling menghormati dan itu tidak perlu kami umbar.
Saya meyakini, di dalam agama apa pun pasti mengajarkan kebaikan…
Dan bila kebaikan itu bertemu, alangkah indahnya!
Memperdebatkan perbedaan itu tidak ada habisnya.
Kehidupan di rantau selama 10 tahun ini setidaknya mengajarkan saya banyak hal untuk semakin menghargai perbedaan.
Melihat kembali keunikan setiap individu tanpa harus menjadi terancam karenanya, perbedaan itu indah!

Kembali ke ‘roses’ and ‘thorns’ dan hubungannya dengan dunia maya.
Sosial media ini bisa menjadi mawar atau duri bagi kita…
Pilihannya ada di tangan kita…
Mau menjadikan dunia ini lebih baik atau setidaknya duniaku dan sekitarku lebih baik?
Atau sebaliknya: menjadikannya porak-poranda…
Di Facebook sejujurnya saya tetap menemukan komunitas penulis yang sehat…
Sahabat-sahabat yang menguatkan…
Juga bertemu dengan beberapa sastrawan dan belajar menulis di sini.
Saya pun berkesempatan menerbitkan buku, itu semua diawali dari perkenalan di Facebook…
Sampai hari ini saya tetap menjaga atmosfer di Facebook saya, biar tidak dipenuhi oleh hal-hal negatif.
Saya berusaha semaksimal mungkin menampilkan mawar di kehidupan, meskipun saya tengah terjerat duri, karena saya meyakini: keindahan itu takkan hilang karena pelajaran kehidupan pastinya ada di tiap episode kehidupan ini.

Saya tetap berharap suatu saat nanti Facebook dan sosmed lainnya dipenuhi kebaikan.
Tetapi harapan tinggallah harapan, jika tanpa tindakan nyata.
Saya akan memulainya dan semoga ini menjadi inspirasi bagi kita masing-masing untuk memulai dari diri kita sendiri.
Siap ‘action’ dan memberikan aura positif di media sosial kita…
Yuk mareee!

Singapore, 10 Januari 2017
Fonny Jodikin

#bijakdisosmed



No comments:

Post a Comment