(BERBICARA TENTANG BUNGA MAWAR DAN DURI)
“You
can complain because roses have thorns, or you can rejoice because thorns have
roses.”
Kalimat bijak ini konon berasal dari Abraham Lincoln. Namun, ada beberapa yang mengatakan bahwa ini ditulis oleh orang lain.
Kalimat bijak ini konon berasal dari Abraham Lincoln. Namun, ada beberapa yang mengatakan bahwa ini ditulis oleh orang lain.
But
no matter what, intinya yang saya lihat bagus dan
mengingatkan saya pribadi…
Kita bisa mengeluhkan bahwa bunga mawar
punya duri atau kita bisa bersukacita karena duri-duri itu
memiliki bunga mawar.
Ini menjadi semacam pegangan bagi saya dalam
menjalani kehidupan.
Tak peduli betapa indahnya suatu
kehidupan, pasti ada kejadian-kejadian yang seolah menjadi ‘duri’ di tengah
kelopak mawar yang mekar dengan warna-warninya.
Atau bagi mereka yang cenderung mellow
sangat, memandangi kehidupan selalu dari sisi durinya, namun sebetulnya: ada
kelopak-kelopak mawar juga di sana….
Pilihannya ada di tangan kita, mau lihat
mawarnya atau terus-terusan berkubang dalam ‘duri’ duka?
Bagi saya ini kemudian penting, karena
ini berkenaan dengan apa yang melandasi pilihan-pilihan di kehidupan ini.
Termasuk dalam pergaulan, entah itu dunia maya ataupun dunia nyata.
Termasuk dalam pergaulan, entah itu dunia maya ataupun dunia nyata.
Karena berada di rantau selama 10 tahun
terakhir ini, sebetulnya medsos sangat bermanfaat dan informatif bagi kami. Penyebaran informasi terasa lebih cepat ketika
hanya membaca ‘timeline’ di Facebook.
Namun memang saya pun menyadari, bahwa tujuan awalnya baik semisal menjalin tali silaturahmi yang sempat lama terputus, kemudian menjadi semakin kabur.
Namun memang saya pun menyadari, bahwa tujuan awalnya baik semisal menjalin tali silaturahmi yang sempat lama terputus, kemudian menjadi semakin kabur.
Facebook menjadi semacam tembok ratapan,
untuk curhat habis-habisan permasalahan pribadi yang dihadapi.
Bagi saya, ini tentunya kurang
bijaksana. Karena teman di Facebook, banyak yang saya tidak kenal. Juga teman
di Facebook, beberapa tidak begitu dekat di dunia nyata…
Jika sampai curhatan itu menyebar,
bukankah itu agaknya bakal jadi ‘gosip’ yang empuk buat disebarkan?
Lalu urusan politik…
Sebetulnya, saya paling tidak mau tahu
pilihan Anda.
Masing-masing sajalah…
Tetapi seolah sosmed menjadi ajang untuk
membanggakan pilihanku dan menjelekkan pilihanmu.
Sempat pusing kepala, lalu jadi cuek
saja…
Asal masih dalam taraf normal, pasti
masih saya biarkan.
Kalau sudah keterlaluan ya unfollow
saja. Unfriend tetap menjadi pilihan terakhir, senjata pamungkas yang akan saya
pakai meskipun jarang-jarang…
Lalu agama….
Hadehhh gak ada habisnya!
Jujur, saya berasal dari keluarga yang
agamanya berbeda-beda.
Namun kami saling menghormati dan itu
tidak perlu kami umbar.
Saya meyakini, di dalam agama apa pun
pasti mengajarkan kebaikan…
Dan bila kebaikan itu bertemu, alangkah
indahnya!
Memperdebatkan perbedaan itu tidak ada
habisnya.
Kehidupan di rantau selama 10 tahun ini
setidaknya mengajarkan saya banyak hal untuk semakin menghargai perbedaan.
Melihat kembali keunikan setiap individu
tanpa harus menjadi terancam karenanya, perbedaan itu indah!
Kembali ke ‘roses’ and ‘thorns’ dan
hubungannya dengan dunia maya.
Sosial media ini bisa menjadi mawar atau
duri bagi kita…
Pilihannya ada di tangan kita…
Mau menjadikan dunia ini lebih baik atau
setidaknya duniaku dan sekitarku lebih baik?
Atau sebaliknya: menjadikannya porak-poranda…
Atau sebaliknya: menjadikannya porak-poranda…
Di Facebook sejujurnya saya tetap
menemukan komunitas penulis yang sehat…
Sahabat-sahabat yang menguatkan…
Juga bertemu dengan beberapa sastrawan
dan belajar menulis di sini.
Saya pun berkesempatan menerbitkan buku,
itu semua diawali dari perkenalan di Facebook…
Sampai hari ini saya tetap menjaga atmosfer
di Facebook saya, biar tidak dipenuhi oleh hal-hal negatif.
Saya berusaha semaksimal mungkin
menampilkan mawar di kehidupan, meskipun saya tengah terjerat duri, karena saya
meyakini: keindahan itu takkan hilang karena pelajaran kehidupan pastinya ada
di tiap episode kehidupan ini.
Saya tetap berharap suatu saat nanti
Facebook dan sosmed lainnya dipenuhi kebaikan.
Tetapi harapan tinggallah harapan, jika
tanpa tindakan nyata.
Saya akan memulainya dan semoga ini
menjadi inspirasi bagi kita masing-masing untuk memulai dari diri kita sendiri.
Siap ‘action’ dan memberikan aura
positif di media sosial kita…
Yuk mareee!
Singapore, 10 Januari 2017
Fonny Jodikin
#bijakdisosmed
No comments:
Post a Comment