Kutinggalkan
rumah di daerah ‘north-east’ (Timur Laut) Singapura itu dengan lega.
Hari
itu, aku memang menemui sepasang suami istri yang aku tak pernah kenal.
Mereka
minta waktu untuk jumpa karena mengunjungi anaknya di Singapura.
Sepasang
suami-istri yang sangat sukses dalam mendidik anak-anaknya.
Mereka
singgah di Singapura, lalu mau ke Indonesia…
Sementara
mereka memang tinggal di lain benua…
Panggil
saja mereka Pak X dan Bu X…
Pak
X bilang ingin kenal lebih jauh denganku karena sering membaca
tulisan-tulisanku…
Tanpa
punya prasangka apa-apa, karena beliau juga membawa serta istrinya…
Kuiyakan
ajakannya untuk jumpa…
Padahal
tempat tinggalku jauh dari dia, tapi tak apalah…
Untuk
pembaca tulisanku, oke sajalah…
Singapura
tokh tidak ada macet-macetnya…
Pertemuan
singkat itu menjadi episode yang mendebarkan…
Ketika
beliau bilang…
Saya
juga dulu Katolik, tetapi saya kemudian berubah...
Tidak
mau bilang agamanya yang sekarang…
Menimbulkan
tanya dan terus terang kecurigaan…
Lalu
Sang Istri yang auranya lebih ke menyeramkan daripada menenangkan…
Mulai
mengindoktrinasi dengan ayat-ayat Alkitab…
Menganggap
diri hebat…
Menganggap yang lainnya salah dan tak mengerti sebanyak dirinya…
Menganggap yang lainnya salah dan tak mengerti sebanyak dirinya…
“Saya
hanya khawatir, Fonny berada di Gereja yang salah.” Kata Si Bapak…
#PINGSANNN…
Andaikan
salah pun, so what?
Sejujurnya, saya sangat khawatir kalau-kalau saya ditawari masuk aliran sesat…
Sejujurnya, saya sangat khawatir kalau-kalau saya ditawari masuk aliran sesat…
Saya
dulunya Buddhist, sekarang Katolik, dan keluarga saya agamanya pun campur…
Ada
Buddha, Katolik, Kristen, Islam…
Emangnya
kenapa kalo beda?
Saya
pilih yang terbaik bagi saya, dan situ pilih yang terbaik bagi situ, ya udah
donk ah, Pak…
Masing-masing
aja…
Lagian,
keselamatan yang Bapak tawarkan juga saya koq ya nggak yakin-yakin amat…
Dengan
menjelek-jelekkan orang lain, agama yang sama-sama notabene pengikut Kristus
juga, apakah itu sesuatu yang dibanggakan?
Hati saya koq lebih banyak gusarnya daripada damainya ya?
Lagian, kita ini siapa tokh Pak, Bu?
Hati saya koq lebih banyak gusarnya daripada damainya ya?
Lagian, kita ini siapa tokh Pak, Bu?
Teman
dekat, keluarga jauh, sahabat? Semuanya bukan. Semuanya NGGAK.
Lalu,
Si Bapak terkadang suka forward message dan video macam-macam tentang Indonesia…
Terakhir,
saya block sesudah saya bilang, saya tidak tertarik untuk pindah agama…
Karena
saya hanya berpikir ini adalah pertemuan silaturahmi dan persahabatan…
Tanpa embel-embel tertentu…
Tanpa embel-embel tertentu…
Males
banget kalau ketemu pake embel-embel…
Sudah teman dekat aja males, apalagi yang cuma maafff…
Sudah teman dekat aja males, apalagi yang cuma maafff…
SKSD
Palapa – Sok Kenal Sok Dekat Padahal Gak Tau Apa-apa…
Susah
kalau sudah keracunan agama dan menganggap diri setara dengan Tuhan atau
caranya yang paling baik sedunia…
Ah,
sudahlah.
Tak
perlu kita berdiskusi sedemikian rupa…
Sesudah
itu saya makan siang bersama suami dan teman kantornya di Jakarta dulu.
Hati
terasa lebih tenang dan semua pada bilang, “Untung gak diapa-apainnnn… “
Saya
memang terlalu nekad datang ke rumahnya.
Pelajaran:
lain kali gak lagi-lagi dah, jumpa ‘stranger’ di rumahnya.
Dan
kalau aneh-aneh? Apalagi pake embel-embel???
Ga usah deh yaaa…
Ga usah deh yaaa…
Sekian
dan terima kasih…
Singapura,
10 November 2018
Fonny
Jodikin
·
Kejadian
di bulan September lalu. Buat self- reminder, jangan sampai keracunan agama.
Jadinya yaaa gitu dehhh…
No comments:
Post a Comment