Monday, June 16, 2008

Retak

Retak

Beberapa minggu yang lalu…
Kupandangi gelas yang baru saja akan kucuci. Retak. Ada bagian pinggirnya yang retak sampai kira-kira setengah bagian gelas tersebut.
Retaknya gelas, kejadian biasa. Hal yang sangat sering terjadi. Tidak ada yang spesial. Setiap hari mungkin ratusan, ribuan, bahkan, jutaan piring, gelas, mangkok retak di seluruh dunia.
Namun, dari kejadian sederhana itu, berhasil membawaku masuk ke penyelaman yang lebih dalam akan kata ‘retak’ itu sendiri…

Retak dalam diri manusia…
Tetapi tiba-tiba saja, terbayang dalam pikiranku bahwa banyak manusia juga mengalami keretakan. Keretakan dalam hidup, keretakan dalam jiwanya. Adanya ketidakutuhan dalam jiwa yang disebabkan oleh banyak hal. Pertama mungkin dikarenakan tertolak. Tertolak dari lahir, saat masih dalam kandungan, mungkin sang Ibu tidak menginginkannya. Dan pengalaman-pengalaman tertolak, ditolak. Terluka dan dilukai. Dibenci dan disakiti.
Ah, banyak hal yang membuat jiwa seseorang mengalami keretakan. Dan itu tak terhindarkan.

Retak-retak yang menghentak…
Tanpa disadari keretakan satu membawa keretakan yang lain. Dan apabila terkumpul sedemikian banyaknya, retak-retak itu bisa menghentak. Ya! Menghentakkan kehidupan sang manusia yang menjalaninya.
Retak karena keluarga yang tidak utuh, dibesarkan oleh single parent misalnya, apabila tidak diatasi, akan membawa si anak terus mencari dan mencari cinta yang tidak pernah didapatkan dari sang ayah atau ibu. Sehingga, begitu rindunya dia sampai frustrasi dan melakukan banyak hal yang keliru.
Walaupun datang dari keluarga yang utuh, banyak dari kita mengalami hal yang tidak menyenangkan juga seperti dibandingkan dengan kakak atau adik (si kakak lebih pintar, si adik lebih cantik), tidak disayang seperti saudara kita yang lain, tidak diasuh sebagaimana yang kita harapkan karena perhatian orang tua tersita kesibukan mencari uang, dan sebagainya.
Retak membawa hentakan dalam hidup pribadi kita. Tidak jarang karena keretakan itu membuat kita kehilangan percaya diri, atau memiliki kepercayaan diri yang amat rendah (low-self esteem).

Penyambung Keretakan…
Sesungguhnya, dalam perjalanan hidup manusia, selalu merindukan suatu kasih yang sejati, kasih yang sempurna.
Di mana pun dicari, di seluruh pelosok ataupun penjuru dunia, agaknya sulit mendapatkannya. Apabila dicari dari seseorang, anggaplah kekasih hati yang begitu mencintai kita, dia pun tidak bisa memenuhi kebutuhan kasih yang sempurna ini.
Apabila dicari dari suatu kesenangan, suatu hobby misalnya, juga akan mengalami suatu kebosanan atau setidaknya suatu titik jenuh.
Penyambung keretakan yang sejati hanya dapat ditemukan dalam kasih dari Sang Pencipta. Ada kekosongan yang tak pernah bakal bisa terisi secara penuh dalam diri kita, dalam batin kita, dalam jiwa kita, kecuali oleh Dia sang empunya hidup kita.

Di dunia, semakin banyak keretakan membawa manusia semakin tak tentu arah. Tujuan untuk mencari kesenangan, untuk menghindar atau lari dari keretakan jiwa yang dialaminya, bisa berakibat fatal. Orang mencoba mencari kesenangan lewat pil ekstasi-narkoba dan sejenisnya, atau lewat hal-hal terlarang lainnya, dengan harapan keretakan itu akan tersambung. Bagian yang kosong, akan terisi. Dan upaya ini agaknya berakhir sia-sia. Selalu ada bagian yang kosong. Selalu ada luka yang masih menganga dan memperlihatkan retaknya pada dunia.

Hari ini, aku bisa berkata dengan bangga, kalau aku adalah manusia yang retak. Manusia yang begitu rapuhnya, tak bisa menghindari keretakan itu. Lalu, apabila tidak terhindarkan, apa yang harus dilakukan?
Hadapi dia- keretakan itu- hadapi dengan berani dan tegar.
Dan cari DIA- Tuhan Sang Pencipta- dengan sepenuh hati. Dialah yang bisa membasuh semua luka, merekatkan kembali setiap hati yang luka-hati yang retak- dengan perekat kasihNya.

Sepanjang hidup ini, aku mengalami keretakan yang tak terhitung jumlahnya. Dan kabar baiknya, Tuhan selalu menyambungkan kembali seberapa banyak keretakan yang kualami asal kupersembahkan semua keretakan itu ke dalam tangan kasihNya.
Dia adalah lem-ku, dia adalah selotip-ku. Dia adalah perekat sejati yang membuat aku pulih dari keretakan dalam jiwaku.
Dan dari keretakan yang kualami, aku mampu melihat bahwa Dia yang punya kuasa. Dia yang luar biasa. Sementara aku? Manusia biasa yang dalam keretakan jiwaku mampu ditolongNya dan membagikan pengalaman retakku pada dunia.

Hari ini, anggaplah hari retak sedunia. Di mana semua orang memiliki luka, memiliki keretakan dalam jiwa mereka.
Kalau begitu, hari ini juga adalah hari perekat keretakan sedunia. Hari di mana kasih Tuhan akan mengalir dan membasuh setiap hati yang terluka.
Mari rayakan hari ini dengan suka cita!
Walaupun kita tengah berada dalam keretakan, dalam kesedihan, ataupun mungkin dalam tangisan ketidakberdayaan, kita tetap percaya bahwa Tuhan akan sediakan perekat untuk setiap keretakan hidup kita.

Singapore, 17 June 2008
Tengah malam lewat sebelas menit,
-fon-

No comments:

Post a Comment