Nomor Satu
Dalam hidup, kebanyakan orang rasanya ingin menjadi nomor satu. Sehingga tidak heran, banyak cara dilakukan untuk mencapainya. Bagi orang yang ingin menduduki posisi puncak di suatu perusahaan, tidak jarang banyak cara dilakukannya dan tidak jarang pula orang menghalalkan segala cara, asalkan posisi itu direbutnya.
Banyak kali, persahabatan dirusak oleh keinginan dan ambisi pribadi yang berlebihan untuk menjadi si nomor satu.
Ada kalanya, orang sampai tidak peduli lagi akan teman, akan sahabat, yang penting tujuanku tercapai walaupun harus ‘back stabbing’ ataupun menusuk dari belakang si sahabat itu.
Sebegitu parahkah? Iya, penulis sempat melihat beberapa kejadian serupa yang rasanya amat tidak mencerminkan kehidupan yang penuh kasih. Dan dalam kejamnya dunia, itu terjadi.
Harta, jabatan, kekuasaan, uang, kepandaian, si cantik/si tampan…
Dunia ini memang kompetitif. Banyak orang mengejar harta, jabatan, kekuasaan, yang UUD, ujung-ujungnya duit. Uang memang memberikan banyak kemudahan. Namun, di sisi lain, apabila sudah terlalu ‘serakah’ akan uang sampai menghalalkan segala cara, keinginan untuk jadi nomor satu itu, rasanya sudah terlalu berlebihan.
Orang berlomba untuk menjadi nomor satu. Majalah ekonomi secara teratur menerbitkan profil orang-orang terkaya. Kancah politik menjadi ajang yang bagi banyak orang menggiurkan (tetapi buat beberapa orang, politik yang penuh basa-basi dan trik itu menjadi hal yang tidak disukai).
Namun, satu orang kaya, akan ada yang lebih kaya di suatu saat. Orang yang paling berkuasa sekali pun, suatu saat akan mundur juga entah karena tua, sakit, meninggal, ataupun dikudeta.
Orang yang paling pandai sekalipun akan mendapatkan saingan di suatu hari nanti, di mana orang tersebut lebih pandai dari dia.
Atau orang tercantik/ tertampan di kampung, di suatu daerah, di suatu negara, ataupun Miss/Mr. Universe? Bintang film atau artis penyanyi yang amat dikagumi parasnya? Suatu saat juga akan beranjak tua, tidak sesegar dan se-fit dulu, dan akan banyak pengganti-penggantinya yang jauh lebih muda dan lebih menawan.
TIDAK PERNAH KOMPETISI ITU BERAKHIR. Jadi, tindakan untuk selalu menjadi nomor satu di bumi ini, akan rasanya selalu sia-sia. Akan selalu mengecewakan.Karena, tidak bisa selamanya nomor satu dipegang. Ranking satu di sekolah, ada kalanya direbut juga oleh teman lain yang lebih rajin belajar atau dibekali macam-macam bimbingan belajar.
Jadi, langkah untuk menjadi nomor satu untuk selama-lamanya suatu saat pasti terhenti.
Jadi…???
Apakah itu membuat kita tidak mau lagi berusaha untuk menjadi yang terbaik? Tentu saja TIDAK.
Namun, upaya yang dilakukan untuk menjadi nomor satu, hendaknya dibarengi dengan pemahaman bahwa tidak ada cara yang lebih baik selain menjadi nomor satu bagi diri kita sendiri.
Maksudnya? Akan lebih baik apabila kita mengejar yang terbaik dalam diri kita. Sehingga, tiap hari, kita menjadi seorang yang lebih baik. The best of me.
Tentu saja, apabila dalam satu masa di kehidupan kita, kita menjadi yang terbaik di sekolah, di kelas, di RT kita, di dunia, tidak ada yang salah dengan itu. Nikmati dan hargai itu. Treasure those beautiful moments in our life.
Dan dengan kesadaran bahwa tidak ada yang abadi, kita juga patut mengembangkan kerendah-hatian untuk menerima kalau suatu saat posisi nomor satu itu bisa lepas dari diri kita.
Sepak bola, formula one, tennis, badminton, semua olahraga rasanya memiliki peringkat nomor satu. Namun, mereka, para atlit itu suatu saat juga akan berganti dengan yang ‘lebih’ dari mereka. Lebih muda, lebih hebat, dan sebagainya.
Tidak kecewa apabila momen itu pergi, menikmati ke-nomorsatu-an itu apabila dia hinggap di hidup kita, I think that’s the best thing to do! Dan apalah artinya jadi nomor satu dengan menghalalkan segala cara, tetapi kehilangan teman, keluarga, dan orang-orang yang dekat di hati? Nomor satu tetapi dihinggapi kesepian, sendirian, itukah yang dicari?
Setidaknya, kita tetap jadi nomor satu dalam kaca mata pencipta kita, yang rindu agar kita menjadi yang terbaik bagi diri kita, dalam rencanaNya.
Nomor satu bagiNya, memberikan yang terbaik dari diri kita, itu yang kita persembahkan bagi dunia. Agar kita tidak terkecoh persaingan yang mematikan persahabatan, namun kita bersaing secara sehat.
Kompetitif, tetapi tetap penuh kasih dan sportif menerima apabila waktu-keadaan-ataupun kondisi sedang tidak ramah pada kita dan membawa kita ke nomor dua, tiga, empat, sepuluh ataupun seribu dalam ranking dunia. Tetapi tetap mengingat bahwa di mata Tuhan, kita tetap nomor satu. Di hatiNya, kita tetap spesial!
Singapore, July 17, 2008
-fon-
* In memoriam, mengingat kepergian seorang teman yang meninggal 2 hari lalu dalam kecelakaan lalu lintas di Jakarta, trader dan dealer di satu securities house di Jakarta, Darma. Hidup memang singkat, tak pernah bisa ditebak. Selamat jalan, teman! Semoga persatuan kembali dengan sang Pencipta membawa kedamaian abadi bagimu.
No comments:
Post a Comment