Bebasss
Hari kemerdekaan Singapura baru saja lewat, 9 Agustus yang lalu. Dan sebentar lagi, gantian, hari kemerdekaan Indonesia juga bakal datang, 17 Agustus nanti.
Merdeka, selalu punya arti bebas dalam hatiku. Merdeka berarti punya banyak kesempatan untuk melakukan apa yang diinginkan, untuk kebaikan tentunya. Negara yang berada dalam jajahan, sulit berkembang dan tidak bisa menentukan nasibnya sendiri. Dan bila si negara sudah merdeka, setidaknya dia punya suara untuk menentukan langkah apa yang harus dijalankan untuk meraih kemajuan bagi dirinya.
Bebas bagiku…
Setelah menjalani hidup sebagai anak kos lebih dari 10 tahun, aku betul-betul merasakan apa yang namanya bebas. Bebas yang terbatas tentunya, karena dalam norma dan dalam iman, aku juga punya batasan kebebasan semacam apa yang boleh aku lakoni. Yang pasti, masa-masa di awal pindah ke Jakarta, tinggal di tempat saudara, berubah menjadi suatu ajang kebebasan luar biasa setelah menjadi anak kos. Merdeka! Ya, aku tau rasanya menghirup udara kemerdekaan. Bukan berarti tinggal di rumah saudara berasa bak di penjara, tetapi tentunya tinggal di rumah orang, sebebas-bebasnya tentunya harus ikut aturan juga.
Dan itu tidak terjadi ketika aku kos. Istilahnya mau jungkir balik di ranjang dalam kamar keq, mau tidur di lantai keq, mau apa juga, tidak ada yang pusing… Paling tante kos saja yang pusing kalau ranjangnya rusak akibat terlalu sering dijungkir-balikkan hehe…
Masa-masa single yang cukup panjang menjadi masa berharga yang kulalui dengan kebebasan. Bebas memilih apa yang ingin aku lakukan. Bebas berteman dengan banyak orang. Bebas meraih impian, mengejar karier, melakukan pelayanan yang Tuhan percayakan. Bebas! Bebas mau liburan ke mana dan sama siapa. Bebas.
Enak sekali kebebasan itu. Aku meraup sebanyak-banyaknya kebebasan itu. Terus dan terus. Dan ketika aku memasuki kepala 3, setelah cukup puas menjalani itu semua, ada keinginan baru yang muncul. Aku ingin punya pacar dan menikah.
Lho…? Apa yang terjadi? Ngapain juga sudah sibuk-sibuk memperjuangkan kebebasan, kalau nanti neh…akhirnya terikat lagi. Bukankah punya pacar, punya suami, dan menikah itu bikin terikat? Bukankah pernikahan itu mengikat? Dan bukan itu saja, mengikat aku dengan keluarga si dia? Are you sure you want to settle down, Fon?
Entahlah… Waktu itu rasanya kebebasan itu memang enak. Tetapi bila terlalu lama berada dalam masa-masa itu, namanya manusia, juga bisa bosan. Antara bimbang dan tetap memaksimalkan kebebasan dalam masa lajang, aku tetap berjalan.
Btw, mau married sama siapa, wong pacar juga belum punya…? :)
Singkat cerita, akhirnya kutemukan dia. Seseorang yang disediakanNya bagiku. Dan setelah bertemu, tidak lama, rasanya ingin menghabiskan the rest of my life with him. Ciaileee… Tapi beneran deh, ketika orang yang tepat datang, you can’t say No. Only Yes, and Yes, and Yes… Trust me…
Segala sesuatu berlangsung cepat. Termasuk pernikahan, kehamilan, kepindahan ke negeri orang. Perubahan peran dari wanita karier jadi ibu RT, wah… banyak perubahan sekaligus. Adanya pihak keluarga suami, mertua dan ipar… Banyak adaptasi dan tidak mudah.
Satu sisi, aku merasa kehilangan kebebasan yang dulu. Jelas saja, karena ketika menikah, aku masuk ke keluarga suami dan itu berarti banyak adaptasi, tidak bisa jungkir balik seperti di tempat kos dulu…Kangen dengan kebebasan seperti itu? Kuakui kadang-kadang IYA. Namun, satu sisi aku juga tahu bahwa dalam hidup ada banyak tahapan. Tahapan single sudah kulalui dengan penuh suka cita, banyak kebebasan yang kuraih, banyak kesempatan yang tercipta yang sudah dipercayakan Tuhan kepadaku. Aku mensyukurinya, mengenangnya sebagai masa-masa pembentukan diri yang berharga, sampai akhirnya aku masuk ke masa berumah tangga. Masa di mana kebebasan seenak anak kos sudah hilang. Namun, aku tahu bahwa dalam keluarga, dalam kondisi yang dikelilingi suami dan anak tercinta, aku mendapatkan kebebasan yang baru. Kebebasan mencintai dan dicintai sepenuh-penuhnya.
Tentunya dengan problematika tersendiri. Jujur, adaptasi terhadap banyak perubahan, tidak mudah. Namun, aku mensyukuri kebebasan dalam ikatan pernikahan ini. Bebas mencintai dan dicintai sepenuh-penuhnya itu tadi membuatku menjadi lebih mengerti arti kehidupan. Mengerti bahwa tidak ada yang lebih indah selain menjalani panggilan yang dipercayakanNya kepada kita dengan sebaik-baiknya. Karena itu adalah persembahan yang bisa kita berikan kepada Dia.
Bebassss?? Ya, bebas. Bebas menjadi yang terbaik bagi diriku untuk Dia dengan setia menjalani panggilan hidup ini. Tidak mudah, kadang juga ngos-ngosan menjalaninya. Tapi dengan iman percaya bahwa Tuhan beri kekuatan. Amen.
Singapore, August 13, 2008
-fon-
No comments:
Post a Comment