Omong-Omong Tentang Perasaan
Jauh…
Perasaan, akhir-akhir ini hubungan dengan Tuhan koq tambah jauh saja. Tuhan terasa tidak bisa dipahami. Tuhan terasa tidak peduli dengan membombardir dunia ini dengan krisis finansial, dengan permasalahan yang tak kunjung henti, dengan berita kematian seorang teman yang masih cukup muda dan berada di usia produktif. Dan perasaan itu terbawa dan terbawa sampai terpikir bahwa memang Tuhan tidak peduli dan tidak akan pernah mengerti. Kalau Dia peduli, mengapa Dia izinkan begitu banyak kepedihan dalam hidup ini? Kalau Dia peduli, mengapa Dia tidak menolong seketika ketika terjadi bencana? Dia kan Tuhan? Dan Tuhan itu Mahahadir dan Maha Kuasa. Jadi, kalau Dia mau, apa sih yang mustahil bagi Tuhan? Tetapi, kenapa Dia tidak lakukan? Kenapa Dia sepertinya diam seribu bahasa dalam menyikapi semua keluh kesah manusia yang tak kunjung henti? Adakah Dia peduli dan memahami semua ini??? Kecewa, sedih, sakit hati, semua bercampur jadi satu. Andai Tuhan tahu…
Dekat…
Perasaan yang pernah dirasakan beberapa waktu sebelumnya…
Tuhan sungguh baik, Tuhan sungguh peduli, Tuhan sungguh mengerti yang terbaik dalam hidup setiap insan manusia. Tuhan dengan ramah menyambut kehadiranku hari ini dengan sapaan alam: angin lembut bertiup, udara cerah ceria, langit biru sempurna. Ah, Dia memang baik. Dia memang dekat di hati. Dan Dia sungguh ada, peduli, mengerti, mengasihi, mencintai, menerima seluruh manusia apa adanya. Dia yang menciptakan semua makhluk di bumi ini dan Dia menginginkan kehadiran setiap dari kita untuk memberikan warna kepada dunia ini. Dia memberikan segala sesuatu tepat pada waktuNya. Tidak kurang tidak lebih. Pas! Seluruh kejadian yang terjadi dalam hidup adalah mata rantai yang sambung menyambung bak film seri Korea. Ada awal, ada akhir. Semua sudah di-plot dengan sempurna oleh sang sutradara kehidupan, siapa lagi kalau bukan Tuhan.
Percaya bahwa hari-hari ke depan, Tuhan akan berikan segala yang terbaik dalam perencanaanNya.
Heiiii…
Perasaan-perasaan lain berkecamuk. Hadir dan hilang. Ada dan tiada. Timbul dan tenggelam. Jauh-dekat. Peduli-tak peduli. Mengasihi-membenci. Mengampuni-mendendam. Aahhh.. semua campur aduk jadi satu.
Tetapi … Tetapi bukankah Tuhan bukan cuma sekedar perasaan???
Tuhan adalah Tuhan dan heiii… ini bukan relasi mikrolet yang jauh dekat tetap dibayar dengan harga sama. Ini relasi dengan Tuhan.
Tuhan selalu konstan. Tuhan selalu baik, mengasihi, mengampuni, peduli. Namun di kala perasaan kita tengah berkecamuk dan kacau, sepertinya Dia jauh dan tidak mendengarkan doa-doa kita.
Dalam kegelisahan malam-malam penuh tangisan dan isak air mata, seseorang mungkin bertanya akan kebenaran bahwa Tuhan senantiasa peduli. Senantiasa mengerti. Kalau Dia mengerti, do something donk, God…!
Tetapi… lagi-lagi tetapi… Dia bukanlah karyawan kita yang bisa langsung bertindak kalau kita suruh ini dan itu. Ingat, Dia adalah Tuhan, bukan budak kita. Dia berkuasa menentukan segala sesuatunya…Mungkin…mungkin kita yang keterlaluan apabila mendiktenya…
Tuhan, hari ini aku sadari sekali lagi bahwa Tuhan bukanlah sekedar perasaan. Memang kita punya perasaan yang harus diakui, tetapi bukan selalu harus dituruti. Dan dengan permainan segala perasaan ini, semoga akhirnya kita sadari bahwa Tuhan tetaplah Tuhan yang baik, peduli, dan mengasihi tanpa syarat. Hanya saja kita memperkenankan perasaan kita mendominasi untuk sementara waktu sampai akhirnya kita mengerti bahwa Tuhan memberikan yang terbaik pada kita.
Ending…
Perasaan ini dan itu yang dirasakan, kusampaikan kepada Tuhan. Tuhan mengerti dan peduli. Dan aku juga tidak mau dipermainkan perasaan. Relasi dengan Tuhan lebih dari sekedar perasaan. Kalau hanya berhenti pada perasaan, kedalaman relasi dengan Tuhan tidak tercapai. Karena perasaan kita terkadang membuat kita salah sangka terhadap Tuhan. Misunderstand Him. Dan itu rasanya tidak ‘ fair’ untuk Tuhan. Dia lebih dari sekedar perasaan. Dia Tuhan. Dia tidak moody. Coba kalau Tuhan moody, hari ini Tuhan baik, besok…? Entahlah… Untung kita bukan Tuhan. Kalau iya, apa jadinya seluruh alam raya, surga dan bumi???
Singapore, 24 Oktober 2008
-fon-
pssst…perasaanku lega setelah menuliskan tulisan ini :)
Chapters of Life, begitu saya senang menyebutnya. Karena bagi saya, hidup adalah babak demi babak, bab demi bab, yang menjadikan buku kehidupan saya sempurna.
Thursday, October 23, 2008
Friday, October 3, 2008
Pertemuan Dengan Anuar
Pertemuan Dengan Anuar
Beberapa bulan yang lalu…
Audrey yang tidak bisa tidur, mengajak aku dan suamiku jalan-jalan. Maunya keluar rumah. Alhasil, karena waktu sudah menunjukkan di atas pukul 9 malam, mau ke mana juga, akhirnya kami ke kolam renang dan club house. Di Club House apartemen ini, ada seorang penjaga (guard), dan di hari Jumat-Sabtu-Minggu, ada seorang Melayu Singaporean bernama Anuar yang bertugas. Kami bertegur sapa dan berkenalan.
Anuar, seorang Bapak dari 2 anak plus, yang satu lagi ceritnya bakal lahir sekitar beberapa bulan ke depan. Dia bersemangat dan kulihat dia tiap jaga membaca buku rohani Islam. Bagus sih untuk mengisi waktu luang.
Kami bercerita tentang banyak hal seputar anak, karena dia cukup mengerti soal susu formula, dokter anak, sampai dokter kandungan istrinya.
Hari ini, kami bertemu lagi…
Kembali karena Audrey masih mau berkeliaran, kami ke Club House. Bersama suami dan anakku, kami melihat Anuar kembali. Ini hari Jumat, jadi dia yang jaga.
Dia amat ramah, kami mengucapkan selamat Idul Fitri kepadanya. Sekaligus dia bercerita tentang bayi laki-lakinya yang baru lahir dan berusia 2 bulan.
Dan dari cerita ngalor-ngidul, aku baru tahu bahwa Anuar bekerja sebagai graphic designer di sebuah percetakan dari Senin-Jumat. Dan Jumat-Minggu dia menjadi security di sini. Dia sangat rajin karena katanya dia berteman dengan banyak orang Chinese Singaporean di sini yang bekerja keras dan mengutamakan pendidikan.
Tidur pun tak cukup, karena shift malamnya mengharuskan dia tidur siang hari. Dan hari Senin menjadi hari yang paling panjang, karena dia selesai kerja jam 6.30 pagi sebagai guard, sementara dia harus bekerja jam 7.30 di percetakan. Tapi dia menjalankan dengan tabah, semangat, dan sangat memotivasi aku…
Dan teringat, ada tertulis di alkitab…
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
--- Roma 12:11
I don’t know… I just got a feeling that akhir-akhir ini, entah karena ritme dan rutinitas sebagai seorang ibu RT, entah karena sempat mengalami beberapa puluh kegagalan dalam aplikasi pekerjaan, dan berbagai kesulitan adaptasi di negeri orang membuatku merasa agak kendor.
Tetap berusaha menelorkan tulisan, tetapi memang terkadang tidak maksimal. Aku masih bisa lebih rasanya…
Melihat Anuar, malam hari ini aku termotivasi. Untuk suatu saat kembali mendapatkan satu kegiatan yang pasti sudah Tuhan sediakan untukku.
Saat ini, biarlah aku tetap rajin menjadi mommy yang baik, menjadi istri yang baik…
Menjadi penulis yang setia di tengah sekecil apa pun kontribusi yang bisa aku sumbangkan bagi Dia.
Kembali ayat itu bergema dalam hatiku…
Layanilah Tuhan…Yah, melayani Tuhan dengan segala yang ada padaku sekaligus dengan segala keterbatasanku. Mungkin belum bisa terlalu banyak, tapi at least aku berusaha kembali mengkonsistenkan diri untuk tidak kendor. Tetap rajin. Melayani Tuhan di mana pun Dia tempatkan.
Pertemuan dengan Anuar, seorang hard working sekaligus low profile membuatku sadar bahwa hidup memang perjuangan. Dan perjuangan itu bukan sekedar kata-kata manis ataupun kalimat motivasi, namun perlu ‘action’ untuk keluar dari comfort zone, untuk keluar dari segala yang membuat kerajinan kendor.
Biarlah roh kita menyala-nyala untuk membakar dunia ini dengan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang fresh from God’s oven yang mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya.
Keep on fire!
Singapore, 4 October 2008
-fon-
*yang nulis sambil denger CD rohani
Beberapa bulan yang lalu…
Audrey yang tidak bisa tidur, mengajak aku dan suamiku jalan-jalan. Maunya keluar rumah. Alhasil, karena waktu sudah menunjukkan di atas pukul 9 malam, mau ke mana juga, akhirnya kami ke kolam renang dan club house. Di Club House apartemen ini, ada seorang penjaga (guard), dan di hari Jumat-Sabtu-Minggu, ada seorang Melayu Singaporean bernama Anuar yang bertugas. Kami bertegur sapa dan berkenalan.
Anuar, seorang Bapak dari 2 anak plus, yang satu lagi ceritnya bakal lahir sekitar beberapa bulan ke depan. Dia bersemangat dan kulihat dia tiap jaga membaca buku rohani Islam. Bagus sih untuk mengisi waktu luang.
Kami bercerita tentang banyak hal seputar anak, karena dia cukup mengerti soal susu formula, dokter anak, sampai dokter kandungan istrinya.
Hari ini, kami bertemu lagi…
Kembali karena Audrey masih mau berkeliaran, kami ke Club House. Bersama suami dan anakku, kami melihat Anuar kembali. Ini hari Jumat, jadi dia yang jaga.
Dia amat ramah, kami mengucapkan selamat Idul Fitri kepadanya. Sekaligus dia bercerita tentang bayi laki-lakinya yang baru lahir dan berusia 2 bulan.
Dan dari cerita ngalor-ngidul, aku baru tahu bahwa Anuar bekerja sebagai graphic designer di sebuah percetakan dari Senin-Jumat. Dan Jumat-Minggu dia menjadi security di sini. Dia sangat rajin karena katanya dia berteman dengan banyak orang Chinese Singaporean di sini yang bekerja keras dan mengutamakan pendidikan.
Tidur pun tak cukup, karena shift malamnya mengharuskan dia tidur siang hari. Dan hari Senin menjadi hari yang paling panjang, karena dia selesai kerja jam 6.30 pagi sebagai guard, sementara dia harus bekerja jam 7.30 di percetakan. Tapi dia menjalankan dengan tabah, semangat, dan sangat memotivasi aku…
Dan teringat, ada tertulis di alkitab…
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
--- Roma 12:11
I don’t know… I just got a feeling that akhir-akhir ini, entah karena ritme dan rutinitas sebagai seorang ibu RT, entah karena sempat mengalami beberapa puluh kegagalan dalam aplikasi pekerjaan, dan berbagai kesulitan adaptasi di negeri orang membuatku merasa agak kendor.
Tetap berusaha menelorkan tulisan, tetapi memang terkadang tidak maksimal. Aku masih bisa lebih rasanya…
Melihat Anuar, malam hari ini aku termotivasi. Untuk suatu saat kembali mendapatkan satu kegiatan yang pasti sudah Tuhan sediakan untukku.
Saat ini, biarlah aku tetap rajin menjadi mommy yang baik, menjadi istri yang baik…
Menjadi penulis yang setia di tengah sekecil apa pun kontribusi yang bisa aku sumbangkan bagi Dia.
Kembali ayat itu bergema dalam hatiku…
Layanilah Tuhan…Yah, melayani Tuhan dengan segala yang ada padaku sekaligus dengan segala keterbatasanku. Mungkin belum bisa terlalu banyak, tapi at least aku berusaha kembali mengkonsistenkan diri untuk tidak kendor. Tetap rajin. Melayani Tuhan di mana pun Dia tempatkan.
Pertemuan dengan Anuar, seorang hard working sekaligus low profile membuatku sadar bahwa hidup memang perjuangan. Dan perjuangan itu bukan sekedar kata-kata manis ataupun kalimat motivasi, namun perlu ‘action’ untuk keluar dari comfort zone, untuk keluar dari segala yang membuat kerajinan kendor.
Biarlah roh kita menyala-nyala untuk membakar dunia ini dengan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang fresh from God’s oven yang mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya.
Keep on fire!
Singapore, 4 October 2008
-fon-
*yang nulis sambil denger CD rohani
Subscribe to:
Posts (Atom)