Tuesday, March 19, 2013

Reserved Seats di MRT – Kepedulian yang Makin Menipis?




Halo sahabat? Apa kabar?
Semoga semuanya dalam keadaan baik dan sehat, yaJ

Kali ini saya akan mengangkat kasus yang terkadang juga jadi bahan pembicaraan di sekitar kami di sini.
Mengenai ‘reserved seats’ di MRT (Mass Rapid Transit). Mungkin jika Anda berkunjung ke Singapura, Anda bisa melihat di MRT ada tempat khusus yang disediakan untuk mereka yang ‘spesial’ yaitu mereka yang berusia lanjut, mereka yang membawa anak-anak atau tengah hamil dan mereka yang fisiknya tidak sempurna (cacat).

Namun ada kalanya, di MRT yang penuh sesak, banyak orang muda atau mereka yang tanpa kekhususan itu yang duduk di ‘reserved seats’ dan seolah cuek dengan sekitar. Mereka sibuk main game atau nonton via handphone canggih yang mereka miliki, mungkin juga tidur (atau banyak orang tua yang tidak dapat tempat duduk menduga bahwa mereka pura-pura tidur), mungkin juga sibuk dengan iPad atau Galaxy Tab-nya…

Jika keadaan MRT tengah kosong pada jam-jam tidak sibuk, tentunya tidak banyak yang akan mempermasalahkan ‘reserved seats’ atau tidak. Wong kosong koq, yah bebas sajalah, duduk di mana juga oke. Masalahnya jika penuh sesak, tetapi yang duduk itu bukan yang butuh tetapi yang cuek. Nah, ini yang bisa jadi masalah.
Beberapa orang tua yang berdiri di sekitar saya di MRT menjadi marah dan berang, pernah ada yang bilang bahwa pendidikan seolah tak berarti, karena mengajarkan anak-anak muda ini menjadi mereka yang pintar tapi tak punya hati (baca: perasaan). Mereka menganggap bahwa wong sama-sama bayar, koq, kenapa saya harus merelakan tempat duduk saya walaupun buat mereka yang butuh?

Kenyataan ini agaknya juga bisa dicermati di kehidupan keseharian kita.
Di Singapura yang segalanya serba cepat, di eskalator pun kita harus berdiri di sisi kiri jika kita hendak pelan. Kalau sebelah kanan itu adalah jalur cepatnya, yang diberikan kepada mereka yang masih juga berjalan cepat meski berada di tangga berjalan.
Segala yang harus cepat, efektif dan efisien ini membuat saya pun berpikir, jika ada seseorang yang butuh bantuan, entah pingsan, entah sakit mendadak, masih adakah pribadi-pribadi yang mau berhenti sejenak dan memberikan pertolongan?

Sama halnya di setiap tempat… Bukan hanya di sini saja…
Jika Anda berkendaraan di Jakarta, tengah mengejar sebuah ‘deadline’ yang penting bagi pekerjaan Anda…
Mendadak di tengah jalan ada kejadian yang butuh bantuan Anda…
Ada seorang anak yang pingsan di jalan dan butuh bantuan….
Maukah Anda merelakan ‘deadline’ itu lalu memberikan pertolongan?

Jika Anda sedang tergesa-gesa dan ada seseorang membutuhkan bantuan, maukah Anda berhenti sejenak?  Tentunya, setiap pilihan mengandung konsekuensi dan setiap pribadi bebas menentukan pilihannya… Tetapi, akankah kasih masih menempati posisi prioritas tinimbang egoisme dan mementingkan diri sendiri?

Kasus ‘reserved seats’ membuat saya juga diingatkan…
Untuk tidak selalu terburu-buru, untuk tidak selalu merasa saya yang paling perlu atau paling penting, masih banyak orang yang butuh bantuan…
Butuh pertolongan…
Apalagi mereka yang benar-benar kesusahan…
Maukah kita membuka hati ketika mereka mengetuk pintu?
Tuhan, tanamkan kasih dan kepedulian itu di hati kami.
Amin.

19 Maret 2013
fon@sg


No comments:

Post a Comment