Halo sahabat? Apa kabar?
Semoga semuanya dalam
keadaan baik dan sehat, yaJ
Kali ini saya akan
mengangkat kasus yang terkadang juga jadi bahan pembicaraan di sekitar kami di
sini.
Mengenai ‘reserved seats’
di MRT (Mass Rapid Transit). Mungkin
jika Anda berkunjung ke Singapura, Anda bisa melihat di MRT ada tempat khusus
yang disediakan untuk mereka yang ‘spesial’ yaitu mereka yang berusia lanjut,
mereka yang membawa anak-anak atau tengah hamil dan mereka yang fisiknya tidak
sempurna (cacat).
Namun ada kalanya, di MRT
yang penuh sesak, banyak orang muda atau mereka yang tanpa kekhususan itu yang
duduk di ‘reserved seats’ dan seolah cuek dengan sekitar. Mereka sibuk main game atau nonton via handphone canggih yang mereka miliki,
mungkin juga tidur (atau banyak orang tua yang tidak dapat tempat duduk menduga
bahwa mereka pura-pura tidur), mungkin juga sibuk dengan iPad atau Galaxy Tab-nya…
Jika keadaan MRT tengah
kosong pada jam-jam tidak sibuk, tentunya tidak banyak yang akan
mempermasalahkan ‘reserved seats’ atau tidak. Wong kosong koq, yah bebas sajalah, duduk di mana juga oke. Masalahnya jika penuh sesak, tetapi
yang duduk itu bukan yang butuh tetapi yang cuek. Nah, ini yang bisa jadi
masalah.
Beberapa orang tua yang
berdiri di sekitar saya di MRT menjadi marah dan berang, pernah ada yang bilang
bahwa pendidikan seolah tak berarti, karena mengajarkan anak-anak muda ini
menjadi mereka yang pintar tapi tak punya hati (baca: perasaan). Mereka
menganggap bahwa wong sama-sama
bayar, koq, kenapa saya harus
merelakan tempat duduk saya walaupun buat mereka yang butuh?
Kenyataan ini agaknya juga
bisa dicermati di kehidupan keseharian kita.
Di Singapura yang
segalanya serba cepat, di eskalator pun kita harus berdiri di sisi kiri jika
kita hendak pelan. Kalau sebelah kanan itu adalah jalur cepatnya, yang
diberikan kepada mereka yang masih juga berjalan cepat meski berada di tangga
berjalan.
Segala yang harus cepat,
efektif dan efisien ini membuat saya pun berpikir, jika ada seseorang yang
butuh bantuan, entah pingsan, entah sakit mendadak, masih adakah
pribadi-pribadi yang mau berhenti sejenak dan memberikan pertolongan?
Sama halnya di setiap
tempat… Bukan hanya di sini saja…
Jika Anda berkendaraan di Jakarta , tengah mengejar
sebuah ‘deadline’ yang penting bagi pekerjaan Anda…
Mendadak di tengah jalan
ada kejadian yang butuh bantuan Anda…
Maukah Anda merelakan
‘deadline’ itu lalu memberikan pertolongan?
Jika Anda sedang
tergesa-gesa dan ada seseorang membutuhkan bantuan, maukah Anda berhenti
sejenak? Tentunya, setiap pilihan
mengandung konsekuensi dan setiap pribadi bebas menentukan pilihannya… Tetapi,
akankah kasih masih menempati posisi prioritas tinimbang egoisme dan
mementingkan diri sendiri?
Kasus ‘reserved seats’
membuat saya juga diingatkan…
Untuk tidak selalu
terburu-buru, untuk tidak selalu merasa saya yang paling perlu atau paling
penting, masih banyak orang yang butuh bantuan…
Butuh pertolongan…
Apalagi mereka yang
benar-benar kesusahan…
Maukah kita membuka hati
ketika mereka mengetuk pintu?
Tuhan, tanamkan kasih dan
kepedulian itu di hati kami.
Amin.
19 Maret 2013
fon@sg
No comments:
Post a Comment