Sebelum lelap tidurku...
Izinkan aku mengucap syukur atas hadirmu di hidupku...
Terima kasih, Tuhan...
Karunia-Mu dalam bentuk anak-anak yang Kaupercayakan kepadaku.
Melihat wajah mereka yang polos saat tidur...
Aku bahagia...
Walaupun terkadang perjuangan untuk jadi Ibu dan terus membimbing mereka bukanlah perkara gampang...
Tapi, aku syukuri peranan ini...
Kelelahan bercampur keceriaan...
Derai tawa bercampur isak tangisan...
Adalah hal-hal yang semuanya menjadikanku dewasa...
Menyadari tanggung jawab dan panggilan sebagai seorang Ibu yang sungguh mulia...
Sebelum lelap tidurku...
Izinkan aku berdoa, Tuhanku...
Jagai selalu anak-anakku...
Biarkan mereka tumbuh selalu dalam bimbingan-Mu...
Jadi tegar dan berjalan dalam kebenaran-Mu...
23.12.2013. Dini hari.
fon@sg
* hari Ibu sudah usai, namun perjuangan Ibu terus memenuhi setiap hari, setiap hati yang bersungguh dengan panggilan yang indah ini.
Chapters of Life, begitu saya senang menyebutnya. Karena bagi saya, hidup adalah babak demi babak, bab demi bab, yang menjadikan buku kehidupan saya sempurna.
Sunday, December 22, 2013
Tuesday, December 17, 2013
Year 2013 in Review
Hari ini baru melihat di Facebook, ada feature yang ngasih tau, apa sih biggest moments di tahun 2013.
Well, kalo dikilas balik, pastinya ada yang big, not so big, or small.
Mungkin juga flat. Lho, koq?
'Kan gak setiap tahun dipenuhi gegap gempita.
Ada tahun-tahun juga yang seolah berjalan di tempat. Atau berjalan di treadmill.
Tetapi, percayalah, bak 'puzzle' kehidupan, ini semua akan ada maksudnya.
Sukses yang sudah atau akan dicapai nantinya, adalah kumpulan dari proses yang sudah terlewati.
Mungkin menguras tenaga dan air mata.
Mungkin juga membuat begitu sakit kepala.
Mungkin makan waktu bertahun-tahun.
Dan mungkin juga kita sudah kehabisan kesabaran menunggu waktu sukses itu tiba.
Ukuran sukses pun beda-beda.
Yang dunia ukurkan sebagai kesuksesan adalah jabatan, kekayaan, rumah, mobil mewah, jalan-jalan ke luar negeri, hidup mapan, enak, dan nyaman.
Jarang, orang dianggap sukses, jika hanya jadi orang biasa dan baik-baik saja.
Itu terkadang dianggap tidak cukup.
Padahal, bagi saya pribadi, justru nilai kesuksesan yang hakiki, bukan hanya melulu yang berbau materi.
Walaupun tidak memungkiri bahwa uang adalah hal yang penting, tetapi, saya ogah diperintah olehnya. Apalagi mendewakannya, sampai mau melakukan apa saja demi dirinya.
OGAH.
Bukan munafik.
Tetapi, sekali lagi agaknya kita perlu menarik garis yang jelas akan materialisme dan diri kita ini.
IMHO (In My Humble Opinion), seiring berjalannya waktu dan pendewasaan yang terjadi pada diri saya (psssttt, jangan dibaca tua, yah, karena maunya 'forever young' -setidaknya berjiwa muda- hahaha)...
Kesuksesan sebagai anak-anak-Nya berarti kita hidup selaras dengan rencana-Nya.
Mengasihi Tuhan, sesama, dan juga diri kita.
Care pada keluarga kita, walaupun mungkin banyak bentrokan dalam keluarga.
Sejelek-jeleknya, mereka adalah bagian dari hidup kita.
Mampu setidaknya peduli pada orang yang berkesusahan.
Juga bergembira melihat mereka yang bahagia.
Jauhkan diri dari rasa iri, penuhi hati dengan rasa syukur.
Mau memberi, berbagi.
Mau bekerja keras mengejar apa yang menjadi impian terdalam di hati kita, sementara hasilnya kita percayakan kepada Yang Kuasa.
Hidup berdamai dengan orang lain, terutama berusaha terus berdamai dengan diri sendiri.
Dengan demikian, kita bisa membagikan damai itu kepada sekitar kita,syukur-syukur pada dunia.
Dimulai dari hal kecil.
Selangkah demi selangkah.
Lalu, mulai menyebar ke sekitar kita...
Lalu, apa sih yang sudah dipercayakan-Nya pada saya di tahun ini?
Keluarga yang baik dan sehat. Juga saya pun dikaruniai kesehatan. Thank God!
Terima kasih, Tuhan untuk suami dan anak-anakku yang Kaukirimkan kepadaku.
Juga untuk orangtua, mertua, adik-kakak dan iparku.
Juga sahabat-sahabatku-baik di dunia maya ataupun di dunia nyata.
Terima kasih juga untuk kepercayaan-Mu menjadi Editor di tahun ini.
Hal yang tak terbayangkan bisa kulakukan.
Ada rasa ragu: apa bisa, Tuhan?
Perlahan, keraguan itu bergeser, setelah kepercayaaan diri itu datang karena kesempatan yang Kauberikan.
Jadi Juri di lomba novelet yang diadakan oleh Peri Pernulis, memberikan komentar bagi tulisan-tulisan yang indah, menghibur, dan cukup bermutu.
Lalu, melangkah ke editing renungan harian tahunan Treasuring Womanhood 2014 yang ditulis oleh para perempuan dan dipersembahkan untuk para perempuan.
Terima kasih juga untuk dua buku keroyokan yang mana aku bisa ikut serta.
Kutemukan Kasih Tanpa Syarat (KKTS) terbitan OBOR bersama teman-teman perantau Katolik dari milis Komunitas Perantau Katolik.
Di akhir tahun, ada ajakan dari Peri Penulis untuk bersama-sama bergabung di Project Natal mereka, Noel D'Amour. Di buku ini, aku menyumbangkan satu cerpen.
Royalti dari kedua buku ini untuk tujuan sosial, KKTS untuk pendidikan, sementara Noel untuk panti asuhan.
Really, I couldn't ask for more.
I'm so happy, God that I've come this far.
It's only by Your Grace I can experience this.
Kupercaya itu semua karena-Mu.
Selanjutnya, kupercayakan masa depanku kepada-Mu.
Apapun yang bisa terwujud, kuyakin itu karena campur tangan-Mu.
Izinkan aku melangkah di jalan-Mu.
Tetap setia, walaupun mungkin aku pernah kecewa.
Karena kusadar, aku tidak selalu mengerti rencana-Mu.
Namun, Kau selalu tahu yang terbagik bagiku (bagi kami, anak-anak-Mu).
17.12.2013
fon@sg
Well, kalo dikilas balik, pastinya ada yang big, not so big, or small.
Mungkin juga flat. Lho, koq?
'Kan gak setiap tahun dipenuhi gegap gempita.
Ada tahun-tahun juga yang seolah berjalan di tempat. Atau berjalan di treadmill.
Tetapi, percayalah, bak 'puzzle' kehidupan, ini semua akan ada maksudnya.
Sukses yang sudah atau akan dicapai nantinya, adalah kumpulan dari proses yang sudah terlewati.
Mungkin menguras tenaga dan air mata.
Mungkin juga membuat begitu sakit kepala.
Mungkin makan waktu bertahun-tahun.
Dan mungkin juga kita sudah kehabisan kesabaran menunggu waktu sukses itu tiba.
Ukuran sukses pun beda-beda.
Yang dunia ukurkan sebagai kesuksesan adalah jabatan, kekayaan, rumah, mobil mewah, jalan-jalan ke luar negeri, hidup mapan, enak, dan nyaman.
Jarang, orang dianggap sukses, jika hanya jadi orang biasa dan baik-baik saja.
Itu terkadang dianggap tidak cukup.
Padahal, bagi saya pribadi, justru nilai kesuksesan yang hakiki, bukan hanya melulu yang berbau materi.
Walaupun tidak memungkiri bahwa uang adalah hal yang penting, tetapi, saya ogah diperintah olehnya. Apalagi mendewakannya, sampai mau melakukan apa saja demi dirinya.
OGAH.
Bukan munafik.
Tetapi, sekali lagi agaknya kita perlu menarik garis yang jelas akan materialisme dan diri kita ini.
IMHO (In My Humble Opinion), seiring berjalannya waktu dan pendewasaan yang terjadi pada diri saya (psssttt, jangan dibaca tua, yah, karena maunya 'forever young' -setidaknya berjiwa muda- hahaha)...
Kesuksesan sebagai anak-anak-Nya berarti kita hidup selaras dengan rencana-Nya.
Mengasihi Tuhan, sesama, dan juga diri kita.
Care pada keluarga kita, walaupun mungkin banyak bentrokan dalam keluarga.
Sejelek-jeleknya, mereka adalah bagian dari hidup kita.
Mampu setidaknya peduli pada orang yang berkesusahan.
Juga bergembira melihat mereka yang bahagia.
Jauhkan diri dari rasa iri, penuhi hati dengan rasa syukur.
Mau memberi, berbagi.
Mau bekerja keras mengejar apa yang menjadi impian terdalam di hati kita, sementara hasilnya kita percayakan kepada Yang Kuasa.
Hidup berdamai dengan orang lain, terutama berusaha terus berdamai dengan diri sendiri.
Dengan demikian, kita bisa membagikan damai itu kepada sekitar kita,syukur-syukur pada dunia.
Dimulai dari hal kecil.
Selangkah demi selangkah.
Lalu, mulai menyebar ke sekitar kita...
Lalu, apa sih yang sudah dipercayakan-Nya pada saya di tahun ini?
Keluarga yang baik dan sehat. Juga saya pun dikaruniai kesehatan. Thank God!
Terima kasih, Tuhan untuk suami dan anak-anakku yang Kaukirimkan kepadaku.
Juga untuk orangtua, mertua, adik-kakak dan iparku.
Juga sahabat-sahabatku-baik di dunia maya ataupun di dunia nyata.
Terima kasih juga untuk kepercayaan-Mu menjadi Editor di tahun ini.
Hal yang tak terbayangkan bisa kulakukan.
Ada rasa ragu: apa bisa, Tuhan?
Perlahan, keraguan itu bergeser, setelah kepercayaaan diri itu datang karena kesempatan yang Kauberikan.
Jadi Juri di lomba novelet yang diadakan oleh Peri Pernulis, memberikan komentar bagi tulisan-tulisan yang indah, menghibur, dan cukup bermutu.
Lalu, melangkah ke editing renungan harian tahunan Treasuring Womanhood 2014 yang ditulis oleh para perempuan dan dipersembahkan untuk para perempuan.
Terima kasih juga untuk dua buku keroyokan yang mana aku bisa ikut serta.
Kutemukan Kasih Tanpa Syarat (KKTS) terbitan OBOR bersama teman-teman perantau Katolik dari milis Komunitas Perantau Katolik.
Di akhir tahun, ada ajakan dari Peri Penulis untuk bersama-sama bergabung di Project Natal mereka, Noel D'Amour. Di buku ini, aku menyumbangkan satu cerpen.
Royalti dari kedua buku ini untuk tujuan sosial, KKTS untuk pendidikan, sementara Noel untuk panti asuhan.
Really, I couldn't ask for more.
I'm so happy, God that I've come this far.
It's only by Your Grace I can experience this.
Kupercaya itu semua karena-Mu.
Selanjutnya, kupercayakan masa depanku kepada-Mu.
Apapun yang bisa terwujud, kuyakin itu karena campur tangan-Mu.
Izinkan aku melangkah di jalan-Mu.
Tetap setia, walaupun mungkin aku pernah kecewa.
Karena kusadar, aku tidak selalu mengerti rencana-Mu.
Namun, Kau selalu tahu yang terbagik bagiku (bagi kami, anak-anak-Mu).
17.12.2013
fon@sg
Wednesday, December 11, 2013
Welcoming New Chapters
December 2013.
Sudah akhir tahun lagi.
Rasanya, begitu cepat waktu bergulir.
Di awal tahun, rasanya baru saja saya mengantar anak kedua kami, Lala masuk sekolah pertama kalinya.
Sekarang sudah selesai kelas playgroup-nya dan tahun depan, siap-siap melangkah ke sekolah baru.
Demikian juga, tanpa terasa, sudah setahun setengah kami kembali lagi di Singapura.
Dan tahun depan, agaknya menjadi babakan baru pula bagi anak pertama kami Odri, sekaligus kami sebagai orangtua, karena Odri akan melangkahkan kakinya menuju 'Primary School' alias Sekolah Dasar.
Akhir tahun. Senantiasa dipenuhi harapan dan syukur untuk tahun depan.
Juga apa yang sudah dialami di dalam kehidupan ini.
Senang, sedih, suka dan duka kita persembahkan kepada Yang Kuasa.
Minggu lalu di sebuah Misa di St. Ignatius Church, sebuah khotbah yang sangat inspiratif dari seorang Pastor muda cukup menggugah saya.
Beliau mengungkapkan bahwa akhir tahun adalah saat yang tepat untuk 'pause', berhenti sejenak dari seluruh kesibukan kita. Jam-jam 'rush hours' yang selalu saja kita jalani.
Setelah 'pause', lalu 'rewind'...
Saat untuk merenungkan tahun ini...
Kilas balik kejadian sepanjang tahun ini...
Apa yang sudah dialami...
Segala yang baik, kita persembahkan kepada Tuhan...
Yang kurang baik, kita benahi, dan kita pun belajar untuk rendah hati...
Bukan rencana kita yang selalu terjadi...
Namun, rencana-Nya yang pegang kendali.
Terlalu sering kita disibukkan ini dan itu.
Minta ini-itu kepada Tuhan.
Menjadi kecewa bahkan marah jika tidak dikabulkan...
Terlalu sering kita memandang Tuhan sebagai asisten yang harus memenuhi seluruh keinginan kita.
Ini pula yang menjadi renungan saya pribadi...
Bahwa ada beberapa rencana yang tidak terealisasi.
Saya pun kecewa.
Namun, di balik itu, mari berusaha sebaik-baiknya untuk percaya kepada Allah.
Bahwa semua itu ada maksudnya...
Bagian saya hanya sabar, tawakal, dan percaya...
Di akhir tahun ini, saya belajar menerima kegagalan ataupun kesedihan yang pernah dialami.
Belajar sabar menerima itu semua sebagai bagian rencana-Nya yang tak terselami pikiran manusiawi.
Saya pun belajar mengharga segala hal yang baik yang ada di kehidupan ini.
Keluarga, tempat berteduh, masih bisa makan tiga kali sehari, masih sehat, anak-anak bisa sekolah, semuanya menjadi bagian kebahagiaan yang patut disyukuri.
Jika terus melihat ke atas, kita akan lupa bahwa masih begitu banyak orang yang teriak kelaparan, tak bisa sekolah, atau saat ini terbaring di Rumah Sakit tanpa daya.
Kita sering menganggap remeh hal yang biasa, baru pada saat kita tak lagi bisa menikmatinya, penyesalan itu datang mendera.
Mari, kita syukuri segala yang ada.
Berjanji untuk lebih baik mengasihi semuanya.
Tetap fokus pada tujuan dan impian yang Tuhan tanamkan di hati kita.
Melakukan yang terbaik yang kita bisa.
Jangan menyerah pada keadaan.
Jangan pula putus asa seolah hidup berhenti pada titik ini saja.
Mari tetap beriman kepada Tuhan.
And welcoming new chapters of life in 2014 with great excitement.
For knowing that God will be there and guide us.
Through every moment of life.
12.12.2013
fon@sg
Sudah akhir tahun lagi.
Rasanya, begitu cepat waktu bergulir.
Di awal tahun, rasanya baru saja saya mengantar anak kedua kami, Lala masuk sekolah pertama kalinya.
Sekarang sudah selesai kelas playgroup-nya dan tahun depan, siap-siap melangkah ke sekolah baru.
Demikian juga, tanpa terasa, sudah setahun setengah kami kembali lagi di Singapura.
Dan tahun depan, agaknya menjadi babakan baru pula bagi anak pertama kami Odri, sekaligus kami sebagai orangtua, karena Odri akan melangkahkan kakinya menuju 'Primary School' alias Sekolah Dasar.
Akhir tahun. Senantiasa dipenuhi harapan dan syukur untuk tahun depan.
Juga apa yang sudah dialami di dalam kehidupan ini.
Senang, sedih, suka dan duka kita persembahkan kepada Yang Kuasa.
Minggu lalu di sebuah Misa di St. Ignatius Church, sebuah khotbah yang sangat inspiratif dari seorang Pastor muda cukup menggugah saya.
Beliau mengungkapkan bahwa akhir tahun adalah saat yang tepat untuk 'pause', berhenti sejenak dari seluruh kesibukan kita. Jam-jam 'rush hours' yang selalu saja kita jalani.
Setelah 'pause', lalu 'rewind'...
Saat untuk merenungkan tahun ini...
Kilas balik kejadian sepanjang tahun ini...
Apa yang sudah dialami...
Segala yang baik, kita persembahkan kepada Tuhan...
Yang kurang baik, kita benahi, dan kita pun belajar untuk rendah hati...
Bukan rencana kita yang selalu terjadi...
Namun, rencana-Nya yang pegang kendali.
Terlalu sering kita disibukkan ini dan itu.
Minta ini-itu kepada Tuhan.
Menjadi kecewa bahkan marah jika tidak dikabulkan...
Terlalu sering kita memandang Tuhan sebagai asisten yang harus memenuhi seluruh keinginan kita.
Ini pula yang menjadi renungan saya pribadi...
Bahwa ada beberapa rencana yang tidak terealisasi.
Saya pun kecewa.
Namun, di balik itu, mari berusaha sebaik-baiknya untuk percaya kepada Allah.
Bahwa semua itu ada maksudnya...
Bagian saya hanya sabar, tawakal, dan percaya...
Di akhir tahun ini, saya belajar menerima kegagalan ataupun kesedihan yang pernah dialami.
Belajar sabar menerima itu semua sebagai bagian rencana-Nya yang tak terselami pikiran manusiawi.
Saya pun belajar mengharga segala hal yang baik yang ada di kehidupan ini.
Keluarga, tempat berteduh, masih bisa makan tiga kali sehari, masih sehat, anak-anak bisa sekolah, semuanya menjadi bagian kebahagiaan yang patut disyukuri.
Jika terus melihat ke atas, kita akan lupa bahwa masih begitu banyak orang yang teriak kelaparan, tak bisa sekolah, atau saat ini terbaring di Rumah Sakit tanpa daya.
Kita sering menganggap remeh hal yang biasa, baru pada saat kita tak lagi bisa menikmatinya, penyesalan itu datang mendera.
Mari, kita syukuri segala yang ada.
Berjanji untuk lebih baik mengasihi semuanya.
Tetap fokus pada tujuan dan impian yang Tuhan tanamkan di hati kita.
Melakukan yang terbaik yang kita bisa.
Jangan menyerah pada keadaan.
Jangan pula putus asa seolah hidup berhenti pada titik ini saja.
Mari tetap beriman kepada Tuhan.
And welcoming new chapters of life in 2014 with great excitement.
For knowing that God will be there and guide us.
Through every moment of life.
12.12.2013
fon@sg
Subscribe to:
Posts (Atom)