Hari ini baru melihat di Facebook, ada feature yang ngasih tau, apa sih biggest moments di tahun 2013.
Well, kalo dikilas balik, pastinya ada yang big, not so big, or small.
Mungkin juga flat. Lho, koq?
'Kan gak setiap tahun dipenuhi gegap gempita.
Ada tahun-tahun juga yang seolah berjalan di tempat. Atau berjalan di treadmill.
Tetapi, percayalah, bak 'puzzle' kehidupan, ini semua akan ada maksudnya.
Sukses yang sudah atau akan dicapai nantinya, adalah kumpulan dari proses yang sudah terlewati.
Mungkin menguras tenaga dan air mata.
Mungkin juga membuat begitu sakit kepala.
Mungkin makan waktu bertahun-tahun.
Dan mungkin juga kita sudah kehabisan kesabaran menunggu waktu sukses itu tiba.
Ukuran sukses pun beda-beda.
Yang dunia ukurkan sebagai kesuksesan adalah jabatan, kekayaan, rumah, mobil mewah, jalan-jalan ke luar negeri, hidup mapan, enak, dan nyaman.
Jarang, orang dianggap sukses, jika hanya jadi orang biasa dan baik-baik saja.
Itu terkadang dianggap tidak cukup.
Padahal, bagi saya pribadi, justru nilai kesuksesan yang hakiki, bukan hanya melulu yang berbau materi.
Walaupun tidak memungkiri bahwa uang adalah hal yang penting, tetapi, saya ogah diperintah olehnya. Apalagi mendewakannya, sampai mau melakukan apa saja demi dirinya.
OGAH.
Bukan munafik.
Tetapi, sekali lagi agaknya kita perlu menarik garis yang jelas akan materialisme dan diri kita ini.
IMHO (In My Humble Opinion), seiring berjalannya waktu dan pendewasaan yang terjadi pada diri saya (psssttt, jangan dibaca tua, yah, karena maunya 'forever young' -setidaknya berjiwa muda- hahaha)...
Kesuksesan sebagai anak-anak-Nya berarti kita hidup selaras dengan rencana-Nya.
Mengasihi Tuhan, sesama, dan juga diri kita.
Care pada keluarga kita, walaupun mungkin banyak bentrokan dalam keluarga.
Sejelek-jeleknya, mereka adalah bagian dari hidup kita.
Mampu setidaknya peduli pada orang yang berkesusahan.
Juga bergembira melihat mereka yang bahagia.
Jauhkan diri dari rasa iri, penuhi hati dengan rasa syukur.
Mau memberi, berbagi.
Mau bekerja keras mengejar apa yang menjadi impian terdalam di hati kita, sementara hasilnya kita percayakan kepada Yang Kuasa.
Hidup berdamai dengan orang lain, terutama berusaha terus berdamai dengan diri sendiri.
Dengan demikian, kita bisa membagikan damai itu kepada sekitar kita,syukur-syukur pada dunia.
Dimulai dari hal kecil.
Selangkah demi selangkah.
Lalu, mulai menyebar ke sekitar kita...
Lalu, apa sih yang sudah dipercayakan-Nya pada saya di tahun ini?
Keluarga yang baik dan sehat. Juga saya pun dikaruniai kesehatan. Thank God!
Terima kasih, Tuhan untuk suami dan anak-anakku yang Kaukirimkan kepadaku.
Juga untuk orangtua, mertua, adik-kakak dan iparku.
Juga sahabat-sahabatku-baik di dunia maya ataupun di dunia nyata.
Terima kasih juga untuk kepercayaan-Mu menjadi Editor di tahun ini.
Hal yang tak terbayangkan bisa kulakukan.
Ada rasa ragu: apa bisa, Tuhan?
Perlahan, keraguan itu bergeser, setelah kepercayaaan diri itu datang karena kesempatan yang Kauberikan.
Jadi Juri di lomba novelet yang diadakan oleh Peri Pernulis, memberikan komentar bagi tulisan-tulisan yang indah, menghibur, dan cukup bermutu.
Lalu, melangkah ke editing renungan harian tahunan Treasuring Womanhood 2014 yang ditulis oleh para perempuan dan dipersembahkan untuk para perempuan.
Terima kasih juga untuk dua buku keroyokan yang mana aku bisa ikut serta.
Kutemukan Kasih Tanpa Syarat (KKTS) terbitan OBOR bersama teman-teman perantau Katolik dari milis Komunitas Perantau Katolik.
Di akhir tahun, ada ajakan dari Peri Penulis untuk bersama-sama bergabung di Project Natal mereka, Noel D'Amour. Di buku ini, aku menyumbangkan satu cerpen.
Royalti dari kedua buku ini untuk tujuan sosial, KKTS untuk pendidikan, sementara Noel untuk panti asuhan.
Really, I couldn't ask for more.
I'm so happy, God that I've come this far.
It's only by Your Grace I can experience this.
Kupercaya itu semua karena-Mu.
Selanjutnya, kupercayakan masa depanku kepada-Mu.
Apapun yang bisa terwujud, kuyakin itu karena campur tangan-Mu.
Izinkan aku melangkah di jalan-Mu.
Tetap setia, walaupun mungkin aku pernah kecewa.
Karena kusadar, aku tidak selalu mengerti rencana-Mu.
Namun, Kau selalu tahu yang terbagik bagiku (bagi kami, anak-anak-Mu).
17.12.2013
fon@sg
No comments:
Post a Comment