Sunday, May 18, 2014

Being Mom: Kali Pertama Kau Menyebutku Bunda...

Di Sebuah Hospital di pusat kota Singapura. 
Kamis, 15 Mei 2014

Seorang sahabat di Indonesia kehabisan obat dan belum sempat ke Singapura, lalu dia minta tolong saya untuk membelikan obatnya. 
Di sinilah saya, hendak membelikan obat di salah satu klinik yang terdapat di 'Medical Center'-nya.
Memasuki Rumah Sakit (RS) ini, ada sebuah rasa yang berbeda.
Sebentuk rasa yang melengkapi panggilan saya sebagai seorang ibu. 
Di sinilah, anak pertama kami lahir. 
Di kota ini, di RS ini.
Perasaan itu muncul lagi. Nostalgia.
Mengenang saat-saat saya periksa kehamilan juga di 'medical center' di RS ini, karena dokter kandungan saya praktik di sini.
Lalu, pada puncaknya, saat kelahiran anak kami.
Dan, perjalanan itu dimulai...
Perjalanan berliku, penuh senyuman sekaligus tetesan air mata...
Suatu perjalanan yang mulia...
Kali pertama kau menyebutku Bunda...

Flash back ke beberapa hari sebelumnya, 11 Mei 2014. Mother's Day.
Gema perayaan International Mother's Day yang juga dirayakan di Singapura sudah mulai dari awal bulan Mei.
Seperti biasa, banyak promosi 'cake', paket makan siang atau malam (lunch/dinner), hadiah-hadiah cantik mulai dari perawatan tubuh semisal body lotion atau body shower sampai berlian (kalung, gelang, anting, cincin), buat menunjukkan cinta kepada Sang Bunda.
Pentingkah semua itu?
Relatif.
Bagi saya pribadi, lebih kepada juga bagaimana sikap kita sehari-hari terhadap orangtua kita.
Dan tergantung kondisi keuangan juga.
Tidak perlu harus begini atau begitu.
Yang penting dengan keihklasan dan ketulusan hati.
Itu lebih dari cukup.

Seperti yang saya temui pada seorang pengemudi taksi di siang itu.
Selepas kami makan siang, kami naik taksi.
Dan pengemudi itu berkata, mal hari ini sungguh ramai dan dia menduga karena peringatan Mother's Day.
Dia juga berkisah bahwa dia sudah membawa ibunya pagi-pagi untuk 'breakfast' bersama.
Bukan sesuatu yang mewah, karena dia tidak membawa ibunya ke tempat mewah melainkan ke tempat sederhana semacam food court tanpa pendingin ruangan (AC).
Saya tersenyum dan meneguhkan dia.
Tindakannya sudah amat baik, yang penting adalah ketulusan hati.

19 Mei 2014
Hari ini anak kedua kami, Stella, mulai pilek lagi.
Pernah dia pilek cukup lama, diiringi batuk dan terakhir demam.
Dia sempat tidak masuk sekolah 4 hari lamanya.
Waktu anak pertama kami, Audrey berusia 3.5 tahun, dia sempat terkena infeksi kemih dan panasnya juga begitu tinggi. Saat itu, saya tengah mengandung Stella dan kondisi saya pun tidak begitu baik. Di tengah semua kondisi itu, saya harus bertahan untuk menjaga anak yang tengah sakit panas, juga menjaga kandungan saya.
Ini adalah salah satu dari begitu banyak perjuangan seorang ibu.
Dan jujurnya, perjuangan saya tidak ada apa-apanya dibandingkan perjuangan ibu-ibu lain yang mungkin harus menghadapi permasalahan kesehatan anaknya yang lebih pelik.
Di sini, barulah kita mulai lebih mengerti, bahwa jadi Ibu bukan peranan mudah.
Namun, begitu penting dan begitu nikmat juga.

Sepanjang perjalanan menjadi seorang Ibu, saya pun menyadari keterbatasan saya.
Begitu mudah saat kelelahan karena harus mengasuh anak sendiri tanpa asisten rumah tangga, saya cenderung mudah marah.
Namun, itu bukanlah alasan untuk lepas kendali.
Saya tidak pernah sanggup jalan sendirian...
Setiap kali saya lakukan kilas-balik, masih terus saya syukuri penyelenggaraan Tuhan.
Kasih-Nya dan kelembutan-Nya mampu mengangkat saya tiap kali saya tengah terjatuh atau begitu kelelahan.

Saya pun bersyukur, kalau sampai hari ini, peranan menjadi seorang Ibu sepenuhnya bisa saya jalani.
Jujur, pernah ada keinginan untuk kembali kerja, apalagi jika mengingat dulu sempat berada di posisi yang cukup menjanjikan di bidang sekuritas di Jakarta.
Namun, keadaan dan kenyataan berkata lain...
Dan seiring berjalannya waktu, saat Si  Sulung kami Audrey masuk SD, saya pun bersyukur bahwa masih bisa mendampinginya mengerjakan PR dan belajar bersama di pagi hari, karena sekolahnya siang.
Betapa beruntungnya saya, karena ada beberapa Ibu dari teman Audrey yang harus kerja dan harus mempersiapkan semuanya di malam hari.
Perjuangan mereka tentu lebih luar biasa lagi.
Belum lagi berita-berita tentang pelecehan seksual anak-anak yang seolah semakin menjamur belakangan ini.  Mulai dari kasus JIS dan sekolah lainnya yang mencuat belakangan. Juga, tipuan untuk memperdaya anak-anak kecil, mulai dari penculikan untuk minta tebusan atau mungkin trafficking, kembali membuat saya bersyukur untuk 'privilege' mengurusi anak kami sendiri. Walaupun tidak ada jaminan 100%, namun setidaknya mengurangi resiko cukup banyak dibanding dengan menyerahkan pengasuhan anak kepada orang-orang lain.

Jalan masih panjang.
Anak-anak kami masih kecil-kecil.
Namun, dalam hatiku tak henti bersyukur dan berharap...
Agar suatu hari nanti...
Di masa tua nanti...
Aku dan suamiku masih bisa menghabiskan waktu bersama putri-putri kami terkasih...
Jika Tuhan izinkan, semoga masih bisa menyaksikan satu demi satu episode kehidupan mereka...
Mulai dari tamat sekolah, satu jenjang ke jenjang berikutnya...
Satu demi satu kursus yang mereka tekuni...
Apa pun itu, yang mereka sukai dan yang baik bagi perkembangan mereka...
Tuhan, mohonkan kekuatan bagi kami untuk mengasuh anak-anak titipan-Mu di dunia ini....
Sebaik yang kami mampu...
Bukan dengan kelimpahan dan kemudahan senantiasa...
Namun, lebih kepada pembinaan karakter yang baik...

Saya ingat, suatu hari Audrey pernah bertanya pada saya, 
" Mom, is it okay if I don't get 100 on my Chinese Spelling?"
" Oh, that's okay, Audrey. As long as you've done your best, Mommy will be very happy and proud of you." Begitu jawab saya.

Tentunya kalau dia bisa dapat 100, saya akan bangga dan bahagia. Namun, jika tidak, tidaklah mengapa.
Saya lebih memilih dia dapat 60-70 asalkan jujur daripada dapat 100 dari mencontek misalnya.
Saya lebih memilih dia mendapat nilai 70 dan berkarakter baik, daripada nilai 100 namun tingkah lakunya kurang ajar...

Mendidik anak di zaman sekarang bukan perkara gampang.
Tetapi, saya tak mau menyerah apalagi putus asa...
Dengan iman dan doa, saya serahkan anak-anak kami kepada bimbingan Yang Kuasa...

Semoga Tuhan pun memberikan kekuatan bagi setiap kita, setiap orangtua-Ibu dan Bapak...
Untuk membimbing anak-anak kita dengan sebaik yang kita bisa...
Semoga dengan didikan yang benar-yang disempurnakan nantinya oleh Tuhan sendiri-membuat anak-anak kita mampu bersinar dengan karakter yang baik di tengah dunia yang semakin menarik-narik penghuninya untuk melenceng dari kebenaran...

God, help us...

19.05.2014
fon@sg







No comments:

Post a Comment