Tuesday, July 16, 2019

Take Things For Granted



Sulit mencari padanan kata dalam Bahasa Indonesia bagi istilah ‘Take Things for Granted’ ini. Namun setidaknya, saya mendapatinya di website English First (EF Indonesia), terjemahan yang lumayan oke menurutku:

Take for granted' memiliki makna tidak menganggap atau tidak menghargai nilai dari suatu hal karena sudah sangat biasa terjadi. Berbeda sekali arti sesungguhnya dengan arti yang diterjemahkan kata perkata. Contoh: She takes for granted all the work her mother does to pay her school fees.

Beberapa waktu yang lalu, saya ke Misa Siang.
Pastor Jason Richard, OFM dari Paroki Saint Mary of The Angels di belahan Barat Singapura mengungkapkan bahwa dini harinya hujan deras. Jadi, sempat mati lampu di Gereja. Microphone dan sound system sempat bermasalah. Jadi, Misa Pagi dia pimpin tanpa alat-alat ini. Dia merasa agak capek karena harus berteriak-teriak selama homili. Dan beliau pikir, memang ini adalah hal-hal yang sering kita kurang hargai karena selalu ada. Sekali gak ada, kita baru kelabakan, seperti kebakaran jenggot…

Lalu, saya berpikir…
Banyak kali kita kurang menghargai sesuatu…
Sampai sesuatu itu kemudian ditarik atau hilang dari peredaran hidup kita…
Lalu kita pun menyesalinya…

Pagi ini saya menerima kabar seorang teman yang kesehatannya makin menurun di usia yang 40-an.
Kesehatan, adalah salah satu hal yang sering kita lupakan.
Kurang kita hargai…
Sampai ketika sakit bertamu, barulah banyak orang sadar (lagi).
Betapa kesehatan itu berharga…
Bahkan sangat berharga!

Ada hal-hal tertentu yang kurang kita hargai…
Mungkin istri/suami/anak di rumah…
Mungkin itu orangtua kita…
Mungkin itu sahabat atau teman kita…
Mungkin pekerjaan kita…
Mungkin itu keadaan finansial kita saat ini…
Daftar ini bisa bertambah, sesuai dengan pribadi masing-masing…

Saya pernah di-PHK dan merasakan sulitnya keuangan tanpa penghasilan dulu semasa bekerja…
Juga ketika Papa saya sakit dari saya SMP dan harus berpulang untuk selamanya saat saya masih kuliah tingkat 1…
Saya belajar untuk mencukupi kebutuhan saya sendiri dengan bekerja paruh waktu…
Terbayang bahwa dulu saya pernah diberi Tuhan kesempatan menjadi Guru TK pada sebuah kursus Bahasa Inggris di bilangan Jakarta Barat…
Juga pernah bertemu dengan Wakil Kepala Sekolah sebuah SD di Jakarta Barat yang mencari Guru Bahasa Inggris, kemudian menawarkan saya sebuah lowongan menjadi Guru Bahasa Inggris di SD-nya dari kelas 1 sampai 6.
Saya juga pernah bekerja paruh waktu di perusahaan Tour dan Travel  milik pacar seorang teman.
Belajar jadi Tour Guide, Ticketing, dan juga di bagian Akuntansi sesuai latar belakang Pendidikan saya.
Juga pernah aktif di salah satu MLM – Multi Level Marketing di zaman itu, tetapi kemudian saya sadari: MLM tidak terlalu cocok dengan jiwa saya.
Saya tidak anti, tapi saya juga tidak lagi mau aktif seperti dulu…
Saya menyadari keadaan saya berbeda dengan orang lain…
Dan ketika melakukan kilas balik, saya bersyukur: itu semua memperkaya saya dalam sekolah kehidupan ini…
Ah, pagi ini  membawa saya jauh ke belakang…
Menelusuri kembali lembaran memori yang pernah terjadi…

Banyak hal yang kita kurang hargai, yang sebetulnya adalah doa dari sebagian orang lain yang belum memilikinya…
Sementara kita yang sudah mendapatkannya???
Malahan menjadi cepat bosan dan ingin hal lainnya…

Mungkin kita harus lebih banyak belajar bersyukur.
Mungkin bersyukur itu harus kita jadikan kebiasaan hidup kita.
Semoga kita bisa lebih bijaksana untuk mengharga setiap hal di hidup kita.
Sebagai karunia-Nya yang patut kita syukuri.
Sebelum terlalu terlambat, saat itu semua ditarik dari kita satu saat nanti.
Semoga.

Singapura 17 Juli 2019
Fonny Jodikin

No comments:

Post a Comment