Happy Birthday, Jesus!
*Catatan dari hari dan suasana Natal di Singapore 2007.
It’s Christmas again!
Suasana Natal sudah mulai terasa mulai di akhir bulan November, di mana pohon Natal dan hiasan Natal sudah memenuhi jalan, terutama Orchard Road dan mall-mall utama lainnya. Suasana menjadi indah dan mewah. Natal, bagi banyak orang adalah saat di mana membagikan kasih dalam bentuk hadiah Natal. Orang berlomba-lomba mencarikan kado untuk sang terkasih. Tak heran di mall-mall di Singapura terutama daerah Orchard dan Vivocity mengenal late night shopping, belanja sampai tengah malam yaitu sekitar sampai pukul 11-12 malam.
Orang ramai mengunjungi pusat perbelanjaan dan terus-menerus melakukan pembayaran dengan menggesek kartu kredit, nets (kartu debit), ataupun dengan cash. Dan koran Strait Times pun menuliskan kalau Singaporean adalah the most generous givers di tahun ini. Mereka paling murah hati dalam urusan kado natal, entah karena bonus dan ekonomi yang cemerlang, namun begitulah adanya. Buat banyak orang, terutama anak kecil, natal= hadiah. Atau untuk sebagian orang lagi, natal = liburan. Natal memberikan makna yang berbeda dalam diri setiap orang…
Arti Natal bagiku…
Natal bagiku sebetulnya amat sangat berbeda dengan apa yang mereka lakukan. Buatku, Natal berarti, aku ingin mengenang saat-saat di mana Yesus lahir ke dunia ini. Saat-saat di mana Tuhanku, Allahku, sekaligus sahabat terbaikku membuka matanya pertama kali di bumi ini.
Dan buatku, Natal tidak harus selalu berlimpah hadiah. Kalau memang ada, tidak mengapa. Tapi kalau memang sampai tidak ada, pun tidak jadi masalah. Karena esensi Natal melebihi dari sekedar hadiah semata.
St. Bernadette Church, 23rd of December, 2007( 2 hari sebelum Natal)…
Misa berbahasa Indonesia yang kudatangi membuatku ‘homesick’ alias kangen rumah. Aku kangen untuk berdoa dalam Bahasa Indonesia. Aku juga ingin menyanyikan lagu Indonesia. Dan aku ingin mengaku dosa. Ada sakramen pengakuan di St. Bernadette hari itu. Aku datang agak mepet karena selesai mengurus Audrey aku baru pergi ke sana, misa kurang 15 menit aku sampai di Zion Street, lokasi St. Bernadette Church itu. Dan kulihat barisan orang yang mengaku cukup panjang, jadi kukira aku tak sempat mengaku dosa (lagi). Karena tahun lalu, Desember, aku dalam kondisi hamil 7 bulan dan kondisi kehamilan itu sendiri tidak memungkinkanku untuk pergi terlalu jauh karena aku sempat pingsan. Dan Paskah tahun ini, Audrey baru lahir, maka kesibukan pun masih seputar bayi.
Dan pengakuan dosa di sini kebanyakan jadwalnya malam hari pukul 20.00, waktu Audrey tidur. Tapi puji Tuhan, akhirnya aku bisa mengaku dosa di St. Bernadette karena kebijaksanaan pastornya untuk memberikan kesempatan sekali lagi, setelah misa.
Perasaan lega setelah mengaku dosa, membuatku kembali merasakan persatuan yang erat dengan Tuhan. Karena selama setahun lebih ini, aku belum sempat mengaku dosa. Dan pengakuan dosa itu sendiri terasa manis dan sesudahnya kembali aku merasakan bahwa Tuhan sungguh mengasihiku dan aku menyesali dosa-dosaku… Sakramen pengakuan dosa tetap menakjubkan! Sakramen yang merupakan tanda dan sarana kehadiran Allah sendiri, betul-betul bekerja dengan luar biasa saat itu!
St. Bernadette Church, Singapore, 25th of December 2007- Misa Natal.
Selama mengikuti misa Natal dalam Bahasa Indonesia, kurasakan kehadiranNya kembali dalam hatiku. Bukan, bukan untuk pertama kalinya, karena itu sudah dilakukanNya sekitar 8-9 tahun yang lalu, ketika pelan-pelan Dia menyusup masuk ke dalam hatiku dan berbisik pelan bahwa Dia mengasihiku.
Namun, kehadiranNya kembali membuatku ingin memelukNya erat-erat dalam imajinasi imanku, dan berkata, “ Happy Birthday, Jesus! I love You, Lord!”
Dan tiba-tiba saja, air mata mengalir di kedua sudut mataku. Kuhapus pelan. Bukan karena aku sedih, melainkan aku sangat bersuka cita karena Dia kurasakan sungguh mengasihiku.
Hari Natal itu menjadi semacam hari yang mempersatukan aku kembali dengan Yesus. Setelah setahun belakangan, hubunganku denganNya mengalami penurunan. Di mana dalam doaku mungkin aku terlalu banyak mengeluh dan keluhan itu terkadang sampai menyalahkan DIA. Sejujurnya, aku tidak bermaksud demikian, namun di saat itu kurasakan frustrasi dan depresi, sehingga aku berbuat demikian.
Doa tetap kulakukan, namun rasanya damai sudah mulai menjauh dariku. Pikiran negatif sering menghinggapi dan terkadang mempengaruhiku.
Aku sempat merasa tak berdaya. Aku mencoba melawannya dengan terus berdoa, koronka, novena, membaca alkitab, dan juga tetap berusaha berdoa, namun itu semua tidak membuat hubunganku denganNya membaik.
Di saat Natal, setelah mengaku dosa, setelah membaca beberapa buku yang kupinjam dari National Library di Singapura ini, aku merasakan damai. Aku membaca sebuah buku yang sangat bagus, Dare to Forgive, karangan Edward M. Hallowell, M.D. Dan buku itu membuatku tersadar betapa aku sering berusaha menghindari kesedihanku dan menggantikannya dengan kemarahan. Padahal kalau diteliti lebih lanjut, perasaan sedih ataupun kehilanganlah yang mendominasi. Dan apabila fokus pada rasa sedih, rasa marah akan berangsur-angsur hilang. Dan beberapa tips menarik lainnya yang sangat membantuku. Bahwa mengampuni dan diampuni, tak mungkin lepas dari kehidupan kita di dunia ini.
Kulihat Yesus tersenyum penuh kearifan, dalam jubah putihnya dia melebarkan kedua tanganNya. Dengan cepat aku berlari, dalam imajinasi imanku, aku mencari Dia dan aku memelukNya. Kupeluk erat-erat, sambil kubisikkan, “ Happy Birthday, Jesus! I Love You, Lord!”
Aku mencoba menata kembali kehidupanku yang rasanya setahun terakhir sempat tak tentu arah, dikarenakan begitu banyak perubahan sekaligus penyesuaian yang kualami. Kali ini, kulakukan penataan itu tidak sendirian, karena aku tidak mungkin bisa. Aku melakukannya bersama Yesus. Dimulai di hari Natal, saat DIA lahir ke dunia ini. Tidak berlebihan rasanya bila kukatakan, Natal kali ini menjadi lebih berarti, karena aku mendapatkan hadiah terindah, bersatu kembali dengan Dia.
Singapore, 4 January 2008,
-fon-
No comments:
Post a Comment