Wednesday, March 9, 2011

Being Mom: Baby Sitter


Being Mom: Baby Sitter

Setelah sekian tahun mengurus anak sendiri tanpa pengasuh anak atau yang biasa dikenal sebagai ‘baby sitter’ atau ‘nanny’, akhirnya dalam kehamilan yang kedua ini kami memutuskan untuk mencari seseorang yang bisa membantu kami.

Perburuan ‘nanny’ itu sendiri sudah saya lakukan jauh-jauh hari ketika kami berada di Indonesia di awal kehamilan saya. Saya sudah mengontak beberapa agen ‘baby sitter’ (untuk selanjutnya disingkat BS) dan menitipkan nama saya kalau-kalau mereka punya seseorang yang cocok buat kami bawa ke Vietnam. Beberapa langsung menyatakan tidak berani, sementara beberapa lagi mengemukakan alasan karena baru saja lebaran jadi stok belum ada… Akhirnya saya merasa beruntung ketika tahu, BS yang pernah bekerja pada kakak saya menyatakan kesediaannya untuk ikut. Tetapi dia belum memiliki paspor dan karena dia sudah bekerja belasan bahkan dua puluh tahun lamanya, gajinya di Jakarta sudah cukup tinggi. Sementara kondisi orangtuanya juga sakit-sakitan, akhirnya dia hanya mengirimi saya sebuah SMS yang berbunyi: “ Maaf ya, Non. Saya tidak jadi bekerja pada Non, saya sudah terima pekerjaan di Jakarta dengan gaji sekian sekian. Non boleh marah sama saya. Maaf ya, Non.”

Saya hanya menghela nafas, menjawab singkat: “ Gak pa-pa, mungkin kita gak jodoh.” Agak kesal sebetulnya, tetapi memutuskan untuk berpikir positif. Kalau dibawa ke Vietnam lalu minta pulang dan bikin pusing kepala, juga repot. Lagian paspor belum siap, sementara kami harus berangkat ke Vietnam. So, biarkan saja. Mungkin ada yang lainnya? Kami memutuskan untuk mencari di Vietnam.

Sesampainya di Vietnam, saya lalu mencari-cari adakah yang cocok buat kami. Kendala bahasa yang selalu jadi problem, karena tak banyak yang bisa Bahasa Inggris. Sementara Bahasa Vietnam saya masih lumayan. Lumayan parah maksudnya haha… Setelah 3 bulan belajar, lalu pulang Indo dan hamil, saya tidak lagi kursus Bahasa Vietnam. Alhasil, hanya bisa buat belanja, nawar barang, dan naik taksi. Apa boleh buat memang sebegitulah kemampuan Bahasa Vietnam saya :) Jadi, kalau disuruh menjelaskan panjang lebar pakai Bahasa Vietnam kepada BS atau pembantu, pastinya problem. Atau terpaksa pakai bahasa tarzan plus google translator.

Sudah interview beberapa orang di HCMC, yang pada menit-menit terakhir kemudian mengundurkan diri. Apa pun alasannya. Dua minggu lalu, dia bilang masih bekerja pada majikannya lalu bilang majikannya tidak memberi izin pindah. Yang Senin lalu saya ‘interview’ juga bilang tidak sanggup di hari ini (hari di mana dia janji akan mulai bekerja) karena takut dia tidak mengerti bahasanya (karena dia hanya bicara dalam Bahasa Vietnam). Ada pula kejadian-kejadian di mana sudah ada calon, tetapi batal lagi. Apa pun alasannya.

Saya sedikit bingung, garuk-garuk kepala.

Hmmm, mengapa begini sulitnya? Apa memang saya tidak boleh punya pembantu, Tuhan? Dari sempat kesal, marah, lalu nyengir saja. Mau bilang apa? Sebetulnya saya masih beruntung ada orangtua yang membantu saya dan anak pertama saya sudah sekolah. Jadi, memang tidak begitu parah. Tetapi kendalanya ya koq adaaaa saja…

Memutuskan memakai BS atau pembantu setelah sekian tahun tanpa mereka, jujurnya juga merupakan keputusan besar. Karena kami kehilangan ‘privacy’ dan juga harus lebih hati-hati tentunya. Tak bisa lagi sebebas-bebas yang kami mau. Dan proses adaptasi yang kami perlukan juga tidaklah gampang. Tetapi, tanpa bantuan mereka, agaknya kami akan kerepotan juga.

Jadilan suatu dilema.

Sampai hari ini, ketika saya tengah menghitung hari kelahiran anak kami yang ke-2. Saya masih belum menemukan seorang BS ataupun ‘maid’ yang bisa membantu kami. Siang ini akan ada satu ‘interview’ lagi. Saya hanya bisa tertawa dalam hati, berdoa, semoga cocok ya, Tuhan! Kalau tidak? Ya, siap-siap urus sendiri, tokh di banyak negara maju seperti Jepang, Australia, Amerika Serikat, atau Eropa, di mana harga pembantu atau ‘nanny’ selangit… Para ibu mengurus anaknya sendiri dan sanggup-sanggup aja, tuhhh… Jadi, satu sisi harus siap-siap ‘mode on’ juga…

Ya, Tuhan, kuatkanlah hamba-Mu. Terjadilah padaku seturut kehendak-Mu. Aku berdoa memang jika seseorang yang Kaukirimkan kepada kami itu memang hendaknya membantu kami, bukan menambah runyam keluarga kami. Karena tak jarang pula, pembantu yang harusnya membantu itu malah membuat masalah dan bikin kepala serasa mau pecah…

So, still wanted: A NannyJ

Ho Chi Minh City, 10 Maret 2011

-fonny jodikin-

*curhat seorang mami dalam mencari seorang ‘nanny’ J Tetap percaya, God will give the bestJ

4 comments:

  1. aku jugo belom dapet ce hihihi...

    ReplyDelete
  2. @ Femi: aku mungkin udah dapet, Fem. Tapi krn belum mulai, jadi ragu hahaha... We'll c... Smoga dapet yang lumayan yoo:) Femi jg...mogo2 dpt yang bantuin...

    ReplyDelete
  3. Pembantu banyak Fon....cuman yang sayang sama anak itu yg syusyah.....akupun hrs siap2 hunting lagi krn pembantuku Mei mau ikut suaminya kerja di Malaysia. Yo weslah...kalau perlu ya resign....and ngurus anak...eng ing eng....! Tp yang penting moga2 lairannya berjalan baik ya Fon....I'll pray for you....:)

    ReplyDelete
  4. @ Mbak Tina: Amin, Mbak:) Ma kasih ya buat banyak cinta dan doanya:) Moga2 dapet yang baik, Mbak... Kalo gak emang mungkin jatahnya ngasuh sendiri:) Aku juga ngasuh sendiri gak pa2, cuma awalnya mungkin kerepotan krn kan udah 2:)
    GBU yaa....pray for u too:)

    ReplyDelete