Kalau diingat-ingat, empat tahun empat bulan yang lalu…
Ketika saya meninggalkan karier, sahabat, serta pelayanan saya di Jakarta, saya merasa sedih sekaligus juga ‘excited’ karena saya pindah ke negara yang sudah menjadi impian saya sejak kecil untuk bersekolah di
Pagi ini, ketika mengantar anak kami ke sekolah, saya menjumpai seorang tetangga yang juga mengantar anaknya ke sekolah. Dia orang Colombia nan cantik, tak kalah dengan peserta ratu-ratu sejagad dalam ‘beauty contest’ semacam Miss Universe atau Miss World. Dia nampaknya berat meninggalkan anaknya yang baru berusia setahun lebih pagi ini, dikarenakan sudah memasuki hari ke-3, Si Anak yang lucu itu tengah demam. Hari pertama bahkan demamnya mencapai 39 derajad Celcius. Dia harus pergi ke kantor dan meninggalkan anaknya yang sakit bersama ‘nanny’ atau ‘baby sitter’-nya. Wajah kecewanya masih terekam di kepala saya. Saya prihatin dan bersimpati untuk sahabat saya itu, sekaligus mensyukuri keadaan saya saat ini. Hal itu adalah hal yang belum pernah saya rasakan selama ini, karena saya mengasuh anak saya sendiri. Jadi, saya punya cukup waktu untuk membawanya ke dokter sendiri, melihat setiap perkembangannya secara pribadi, hal yang tak bisa ditukar dengan uang berapa pun bagi saya. Ini adalah satu ‘privilege’ yang indah yang Tuhan berikan buat saya. Memang karier adalah penting, tetapi bagi saya sekarang ini, waktu yang berharga bersama keluarga ternyata menjadi hal yang membahagiakan walaupun tidak melibatkan uang yang banyak di dalamnya. Banyak hal yang tidak selalu bisa diukur dengan uang, walaupun saya sadar: uang pun adalah hal yang penting juga, tetapi uang bukanlah segalanya. Bahagia, tak melulu melibatkan uang. Tetap bahagia walaupun belum punya cukup uang bisa terjadi, karena kebahagiaan itu adalah suatu pilihan sekaligus suatu keputusan.
Buku sahabat saya, Bhudi Tjahja, seorang penulis di ‘Facebook’ yang belum lama ini menerbitkan bukunya: BAHAGIAlah, Sekarang Juga! Sudah habis saya lahap sekitar dua minggu yang lalu tak lama setelah buku itu sampai ke tangan saya di
Saya bahagia dengan apa yang saya miliki saat ini, karena saya sadar itu semua semata-mata hanyalah anugerah Yang Kuasa. Yang begitu baik memberikan segala perubahan ini kepada saya, hanya untuk menyadari bahwa itulah yang terbaik dalam rencana-Nya bagi saya.
Pagi ini (dan semoga di setiap harinya) saya akan berusaha untuk memutuskan dan memilih untuk bahagia…
Tak perlu tunggu waktu, tak perlu tunggu nanti….
Tak perlu tunggu sampai punya ini, punya itu…
Tak perlu tunggu anak lebih besar, kondisi lebih mapan, dan sebagainya… Tetapi, saat ini jadikan hidup kita sebagai nyanyian syukur tanpa henti atas penyelengaraan-Nya yang luar biasa dan penuh cinta dalam hidup ini.
-fon-
* Special thanks buat Bhudi dan virus Bahagianya yang menyebar sampai ke
* copas, forward, atau share? Mohon sertakan sumbernya.
kereeenn....
ReplyDeletemembuat orang lain jadi terkena virusssnya juga kak...
@ Lily: tengkyu:) Moga2 virus yang baik itu menyebar ke lebih banyak orang... Selamat berbahagia hehe...
ReplyDelete