Thursday, March 17, 2011

Memilih Untuk Tetap Bahagia



Kalau diingat-ingat, empat tahun empat bulan yang lalu…

Ketika saya meninggalkan karier, sahabat, serta pelayanan saya di Jakarta, saya merasa sedih sekaligus juga ‘excited’ karena saya pindah ke negara yang sudah menjadi impian saya sejak kecil untuk bersekolah di sana, yaitu Singapura. Tetapi, hari-hari sesudah kepindahan tersebut, ternyata menjadi hari-hari yang tidak mudah untuk dilalui. Adaptasi, kelahiran anak pertama kami, juga berusaha mengatasi perubahan dan kesepian selama di rantau, menjadi pelajaran berharga sekaligus membuka cakrawala yang baru di bidang yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya akan jadi seperti hari ini yaitu bidang penulisan.

Ada kalanya, ketika mendengar beberapa sahabat saya di Jakarta mengalami promosi, mendapat bonus, mendapat kenaikan gaji, hati saya ketika itu sempat tergelitik juga: itu bisa jadi bagian dari hidup saya kalau saja saya masih ada di lantai Bursa Efek Jakarta dengan karier yang sempat saya tekuni selama sepuluh tahun lamanya. Tetapi, kemudian saya menyadari bahwa apa yang saya miliki itu semua adalah milik Tuhan, dan bukan saya yang mengaturnya. Sekarang, harus saya akui: saya amat bersyukur dengan apa yang saya miliki: keluarga, waktu bersama anak, dan mengembangkan hobi sekaligus talenta yang Tuhan titipkan kepada saya sebagai penulis.

Pagi ini, ketika mengantar anak kami ke sekolah, saya menjumpai seorang tetangga yang juga mengantar anaknya ke sekolah. Dia orang Colombia nan cantik, tak kalah dengan peserta ratu-ratu sejagad dalam ‘beauty contest’ semacam Miss Universe atau Miss World. Dia nampaknya berat meninggalkan anaknya yang baru berusia setahun lebih pagi ini, dikarenakan sudah memasuki hari ke-3, Si Anak yang lucu itu tengah demam. Hari pertama bahkan demamnya mencapai 39 derajad Celcius. Dia harus pergi ke kantor dan meninggalkan anaknya yang sakit bersama ‘nanny’ atau ‘baby sitter’-nya. Wajah kecewanya masih terekam di kepala saya. Saya prihatin dan bersimpati untuk sahabat saya itu, sekaligus mensyukuri keadaan saya saat ini. Hal itu adalah hal yang belum pernah saya rasakan selama ini, karena saya mengasuh anak saya sendiri. Jadi, saya punya cukup waktu untuk membawanya ke dokter sendiri, melihat setiap perkembangannya secara pribadi, hal yang tak bisa ditukar dengan uang berapa pun bagi saya. Ini adalah satu ‘privilege’ yang indah yang Tuhan berikan buat saya. Memang karier adalah penting, tetapi bagi saya sekarang ini, waktu yang berharga bersama keluarga ternyata menjadi hal yang membahagiakan walaupun tidak melibatkan uang yang banyak di dalamnya. Banyak hal yang tidak selalu bisa diukur dengan uang, walaupun saya sadar: uang pun adalah hal yang penting juga, tetapi uang bukanlah segalanya. Bahagia, tak melulu melibatkan uang. Tetap bahagia walaupun belum punya cukup uang bisa terjadi, karena kebahagiaan itu adalah suatu pilihan sekaligus suatu keputusan.

Buku sahabat saya, Bhudi Tjahja, seorang penulis di ‘Facebook’ yang belum lama ini menerbitkan bukunya: BAHAGIAlah, Sekarang Juga! Sudah habis saya lahap sekitar dua minggu yang lalu tak lama setelah buku itu sampai ke tangan saya di Ho Chi Minh City ini. Buku ini menjadi inspirasi sekaligus sesuatu yang mengingatkan saya untuk memilih untuk kemudian memutuskan untuk bahagia. Bukan kemarin, bukan besok, tetapi SEKARANG juga!

Saya bahagia dengan apa yang saya miliki saat ini, karena saya sadar itu semua semata-mata hanyalah anugerah Yang Kuasa. Yang begitu baik memberikan segala perubahan ini kepada saya, hanya untuk menyadari bahwa itulah yang terbaik dalam rencana-Nya bagi saya.

Pagi ini (dan semoga di setiap harinya) saya akan berusaha untuk memutuskan dan memilih untuk bahagia…

Tak perlu tunggu waktu, tak perlu tunggu nanti….

Tak perlu tunggu sampai punya ini, punya itu…

Tak perlu tunggu anak lebih besar, kondisi lebih mapan, dan sebagainya… Tetapi, saat ini jadikan hidup kita sebagai nyanyian syukur tanpa henti atas penyelengaraan-Nya yang luar biasa dan penuh cinta dalam hidup ini.

Ho Chi Minh City, 18 Maret 2011

-fon-

* Special thanks buat Bhudi dan virus Bahagianya yang menyebar sampai ke Vietnam :)

* copas, forward, atau share? Mohon sertakan sumbernya.

2 comments:

  1. kereeenn....
    membuat orang lain jadi terkena virusssnya juga kak...

    ReplyDelete
  2. @ Lily: tengkyu:) Moga2 virus yang baik itu menyebar ke lebih banyak orang... Selamat berbahagia hehe...

    ReplyDelete