Tuesday, May 17, 2011

Just The Way You Are



Just the Way You Are

Hari ini di tengah browsing beberapa website dan mulai menuliskan renungan harian rutin yang saya tulis tiap harinya-Thought of the Day, saya menemukan lagu Bruno Mars yang berjudul Just the Way you Are. Sebagian liriknya yang saya suka, saya sertakan di sini…

Just the Way You Are

Oh her eyes, her eyes
Make the stars look like they're not shining
Her hair, her hair
Falls perfectly without her trying

She's so beautiful
And I tell her every day

Yeah I know, I know
When I compliment her
She won’t believe me
And it’s so, It’s so
Sad to think she don't see what I see

But every time she asks me do I look okay
I say

When I see your face
There's not a thing that I would change
Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile,
The whole world stops and stares for awhile
Cause girl you're amazing
Just the way you are

Saya kira, banyak orang yang suka dengan lagu ini karena iramanya yang enak buat sedikit bergoyang kiri-kanan, juga suara Bruno Mars yang enak pula didengar. Tetapi, ketika saya melihat lirik lagunya, saya mendapati satu bagian yang mengungkapkan bahwa :

When I compliment her
She won’t believe me
And it’s so, it’s so
Sad to think she don't see what I see

Ketika Sang Penulis lagu berusaha memuji Sang Kekasih (karena ini lagu cinta dan ditujukan buat Si Pacar), Si Pacar tak lantas percaya. Dan sedih rasanya Sang Pemuji karena Yang Dipuji tidak melihat apa yang dilihatnya.

Sejenak saya tersentak.

Lagu cinta terkadang membuat saya terpikir cinta Tuhan pada kita. Ketika Tuhan menciptakan manusia, menciptakan kita semua, dia melihat kebaikan dan keindahan di dalam diri kita. Tuhan tidak melihat hidung yang pesek, mata yang sipit, muka yang lebar dan tidak ideal sebagai bentuk-bentuk yang harus disesali atau diperdebatkan. Dia pun tidak melihat bentuk ketidaksempurnaan fisik sebagai hal yang buruk. Entah itu kebutaan, bentuk kaki yang tidak sempurna/pincang, kurangnya pendengaran, ketidakmampuan untuk bicara/tuna wicara dan sebagainya… Itu semua bukanlah sesuatu yang ‘jelek’ di mata-Nya karena di mata-Nya kita adalah indah. We’re beautiful in His Eyes, no matter what condition we’re born with. He loves us just the way we are.

Masalahnya, ketika pribadi-pribadi itu berada di masyarakat, kemudian muncul nilai-nilai yang menjadi standar umum di masyarakat. Bahwa kulit harusnya putih dan tidak cokelat (walau nilai ini berbeda dengan di belahan dunia lain, yang berkulit putih malah sibuk buat terlihat lebih cokelat dengan menjemur diri di tengah terik matahari). Cantik itu berambut panjang dan lurus, bukan berambut pendek apalagi ikal. Model itu harus kutilang- kurus-tinggi-langsing, dan bukan perempuan bertubuh gempal apalagi kekar. Kefrustrasian yang timbul dalam diri karena tidak bisa menyamai kecantikan atau keindahan yang menjadi standar di masyarakat itulah yang terkadang membuat kita semua menjadi kurang menghargai diri sendiri.

Tentunya tulisan ini bukan dimaksudkan untuk membuat kita semua menjadi sombong. Saya hanya diingatkan oleh-Nya, untuk kemudian mencoba menuliskan ini sebagai hal yang untuk mengingatkan kita semua bahwa Dia menciptakan kita indah, baik adanya. Inilah saatnya untuk menerima diri kita, sadar bahwa kita dicintai secara khusus dan tanpa syarat oleh-Nya. Sadar pula bahwa setiap dari kita adalah unik-karena tak seorang pun sama persis biarpun saudara kembar sekali pun.

Bukan berarti pula kita bisa hidup seenaknya. Tanpa menjaga apa yang sudah diberikan-Nya. Kita makan sembarangan, tidak berolahraga, lalu minum minuman keras setiap hari misalnya. Tentu bukan itu juga yang diharapkan. Kita menjaga diri kita sebaik-baiknya dan terus berusaha menerima diri kita apa adanya. Terutama bagi mereka yang sulit menerima diri mereka, sulit mengampuni diri, dan merasa bersalah atas keberadaan mereka di dunia ini. Tak ada yang salah sedikitpun, kecuali sudut pandang kita yang keliru.

You’re beautiful, just the way you are.

You are amazing! God loves you, just the way you are. Be happy for His wonderful love in our life…:)

Ho Chi Minh City, 17 Mei 2011

-fonnyjodikin-

No comments:

Post a Comment