Ketika Harus Kalah
Sebagai penggemar American Idol, rasanya ada yang kurang ketika saya belum menuliskan komentar saya mengenai Season 10 yang lalu. Walaupun tidak semua episodenya saya ikuti, tetapi saya punya idola sendiri. Pia Toscano yang cantik dan bersuara emas, terpaksa harus gugur tereliminasi. Mungkin bagi banyak orang, penampilannya jadi membosankan karena pilihan lagunya. Begitu juga dengan Si Jenius yang nyentrik tetapi sangat original, Casey Abrams yang kemudian menjadi idola saya karena menjunjung tinggi originalitas yang dimilikinya juga keberaniannya untuk selalu tampil beda. Walaupun akhirnya lomba ini dimenangkan oleh Scotty McCreery, tetapi saya tetap menaruh simpati pada mereka yang memang berbakat namun sudah dieliminasi.
Kita selalu terpaku pada pemenang-pemenang lomba. Termasuk American Idol ini. Mudah untuk mengingat siapa saja pemenang pertama dan kedua karena mereka masuk final dan bertanding berdua saja di episode-episode terakhir acara tersebut. Tetapi, bagaimana nasib mereka yang kalah?
Yang harus kalah karena tereliminasi, bukan berarti akhir dari segalanya. Ada yang memang kembali ke pekerjaan mereka semula. Ada yang malah mencuat jadi lebih ternama, siapa juga yang menyangka? Chris Daughtry yang memang keren dan original itu punya seabrek fans dan kemampuan menyanyinya tak perlu lagi diragukan. Albumnya pun meledak di mana-mana. Belum lagi Jennifer Hudson yang malah juga terkenal setelah dieliminasi tetapi lolos audisi untuk berperan di film ‘Dream Girls’. Ketenarannya tidak kalah, bahkan boleh dikatakan melebihi beberapa pemenang American Idol sebelumnya yang sudah tak sepopuler dulu lagi.
Dalam hidup, ketika harus ‘kalah’ dalam suatu kompetisi. Entah tidak mendapatkan posisi yang diidamkan di kantor, ketika tidak menjadi juara pertama dalam suatu lomba, ketika bukan lagi pemegang ranking satu di sekolah/kuliah/ S1-S3, mungkin banyak orang akan cenderung frustrasi. Sedih, kecewa, ketika harus berhadapan dengan kenyataan bahwa mereka kalah dengan orang lain. Belum lagi jika kita merasa terus saja ‘kalah’ dibandingkan teman selevel kita dulu (teman SD, SMP, SMA yang bertemu saat reunian misalnya). Baik dari prestasi maupun prestise, rasanya ingin menutup muka dengan cadar agar tak lagi dikenali.
Kalah dan menang adalah hal biasa dalam hidup ini. Malah, boleh dibilang, pengalaman ‘kalah’ memberikan banyak pelajaran penting dalam hidup. Bahwa tak perlu bersombong diri, karena diriku ini bukan yang terhebat. Masih ada, bahkan banyak yang lebih hebat. Terutama yang Maha Hebat yaitu Sang Pencipta, Tuhan sendiri. Tak perlu merasa minder dengan kekalahan, kalau mungkin ambillah pelajaran di baliknya. Kalah, tak harus berarti akhir dari segalanya. Tak jarang, kekalahan itu malah merupakan awal dari sesuatu yang baru-yang sama sekali berbeda dengan apa yang pernah kita pikirkan dan rencanakan sebelumnya. Terkadang Tuhan seolah bisa begitu saja membelokkan hidup kita. Tentu saja itu merupakan upaya-Nya untuk masuk rencana-Nya yang lebih indah ketimbang apa yang pernah kita pikirkan dengan keterbatasan otak kita sebagai manusia.
Bukan berarti kita tidak perlu memupuk mental pejuang untuk menang. Tetapi, kita pun bersiap juga, ketika kalah kita hadapi dengan lapang dada. Kalah, bukan berarti kiamat. Kalah, bisa jadi suatu cara untuk membuka suatu kesempatan lain yang tak pernah tersentuh sebelumnya. Asalkan kita percaya, asalkan kita berjuang dengan sekuat tenaga dan tak bermalas-malasan, suatu hari nanti kita akan melihat keindahan rencana-Nya… Yang mampu membuat kita mengerti, mengapa kita harus ‘kalah’ ketika itu untuk melihat suatu kemenangan baru bersama-Nya di masa depan nanti.
Semoga kita miliki mentalitas yang kuat menghadapi apa pun dalam hidup ini. Menang bukanlah segala-galanya. Kalah juga bukan berarti akhir dunia. Kekalahan dan kelemahan manusia, tak jarang dijadikan-Nya suatu celah untuk masuk dan menyatakan kebesaran-Nya. Bahwa Dia memang yang utama. Semoga kita bisa memenangkan pertandingan kehidupan ini dan selalu mengharumkan nama-Nya. Termasuk menghadapi kekalahan dengan lapang dada tetapi tetap berusaha memetik suatu pelajaran berharga di dalamnya.
Selamat sore. Salam dari Ho Chi Minh City .
22 Juni 2011
-fonnyjodikin-
* copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.
waktu Casey Abrams sudah dieliminasi, jadi muaaaalessss nonton :)) kiamat tak selalu berarti dunia berlalu... hihihi... (komentar tidak nyambung di sela-sela pilek)
ReplyDeletehidup sportifitas,
ReplyDeleteudah lama nih saya gak main ke blognya mbak fonny, btw, ada award nih buat mbak, silahkan diambil..
http://insideyudie.blogspot.com/2011/06/1st-anniversary-chronologist_21.html