Monday, July 11, 2011

Being Mom: Arti Sebuah Pengorbanan


Hari ini, ketika menunggui anak pertama kami kursus Kumon di Ho Chi Minh ini, saya bertemu dengan seorang ibu lainnya. Dia orang Vietnam, tinggal 100 km dari Ho Chi Minh City (HCMC) katanya. Dia menunggui anak satu-satunya yang berumur 3 tahun untuk memulai kursus Kumon pertama kalinya. Percakapan sederhana yang terjalin, setidaknya kembali membuka mata saya akan arti sebuah pengorbanan.

Ms. Gia (bukan nama sebenarnya), harus mengemudi mobilnya sendiri. Bersama anaknya yang berusia 3 tahun itu, dia menembusi jalan-jalan dan kemacetan antarkota dari propinsi Dong Nai bagian paling ujung, tempat dia tinggal, menuju HCMC. Dia merasa perlu melakukan hal ini, karena belum ada kursus Kumon di tempat tinggalnya. Jarak tempuh yang harus dia ambil setiap Selasa dan Jumat adalah setidaknya 6 jam bolak-balik untuk kursus Kumon yang hanya maksimal 45 menit untuk anak seumur anaknya. Tiga jam berangkat dan tiga jam pulangnya, belum tambah kemacetan dan kacaunya lalu lintas di HCMC. Mungkin banyak dari kita (termasuk saya) yang akan menyerah.

Saya lalu terpikir bahwa begitu besar pengorbanan Ms. Gia dalam perjalanannya mencari ilmu bagi anaknya. Saya yakin, cerita Ms. Gia hanyalah sebagian kecil dari pengorbanan para orangtua dalam membesarkan anaknya. Ketika Si Anak masih bayi, tentunya yang diperhatikan adalah makanan, asupan ASI, imunisasi, suhu tubuh, dsb. Dan semakin besar anak tersebut, perhatian harus lebih dipusatkan ke hal-hal lainnya: pendidikan, pengajaran akhlak yang baik, karena membina seorang anak untuk jadi baik di tengah dunia yang bobrok ini terkadang terasa begitu sulitnya.

Terngiang dalam telinga saya, kisah para orangtua yang rela tinggal jauh dari anak-anaknya. Mereka harus terpisah, karena Si Anak bersekolah di luar kota bahkan di luar negeri, walaupun umur masih amat muda- mungkin masih sekolah dasar-hanya demi masa depan mereka. Belum lagi perjuangan para orangtua dengan anak-anak yang memiliki kondisi khusus. Misalnya penyakit tertentu atau kekhususan tertentu yang menjadikan Si Anak berbeda dari teman-teman sebayanya.

Belum lagi kondisi keuangan keluarga yang belum tentu menunjang untuk membesarkan dan membiayai anak-anak tersebut, menjadi kekuatiran tersendiri juga bagi yang menjalaninya…

Jadi orangtua yang baik, memang selalu membutuhkan pengorbanan. Karena setelah mendapatkan anugerah dalam bentuk buah hati yang dititipkan-Nya pada kita, setelah itu adalah waktu-waktu penuh perjuangan untuk mendidik mereka dengan baik. Banyak kali, para orangtua muda yang belum berpengalaman memang harus belajar dari pengalaman jatuh-bangun mengurus anak itu sendiri. Belajar dan mau mengampuni diri sendiri. Karena dulu mungkin punya pemikiran bahwa orangtuanya bukanlah orangtua ideal. Dan kalau ia jadi orangtua, dia takkan pernah lakukan hal tersebut. Namun, berhadapan dengan kenyataan, tidaklah semudah apa yang selalu dibayangkan.

Bukan berarti harus putus asa juga dengan seluruh kondisi di zaman ini maupun masa depan. Menjadi orangtua yang baik, memang penuh pengorbanan. Tetapi, itu semua hendaknya jangan dijadikan beban. Karena tetap mengusahakan yang terbaik, melakukan yang terbaik, serta mendoakan itu semua… Agar Tuhan melengkapi sepanjang perjalanan kehidupan kita dengan kasih dan kesabaran serta pengampunan… Berpegang tangan dengan Tuhan, merangkul anak-anak kita dengan kasih. Untuk kemudian melangkah dalam iman di kehidupan ini.

Ho Chi Minh City, 5-6 Juli 2011

-fon-

*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya.

No comments:

Post a Comment