Thursday, July 7, 2011

On Our Silver Anniversary…



*** suatu saat nanti ketika Perayaan Perak Perkawinan kita…

Ketika menikah, kuingat sekali kata-katamu:

“ Aku tak punya banyak harta, juga tak miliki emas permata. Yang kupunya hanya cinta, ketulusan dan kemauan untuk bekerja keras untuk masa depan kita.”

Aku terdiam. Membisu. Dalam hati kurasakan kesungguhan niatmu. Bahwa memang kau sungguh serius dalam menjalin cinta denganku.

Ketika aku bercerita pada kawan-kawanku yang agak borju, mereka lantas menertawakanku.

“ Makan tuh CINTA!” Begitu kata mereka. Aku lagi-lagi memilih diam. Percuma juga untuk melawan mereka dengan argumentasi apabila mereka sudah punya pikirannya sendiri. Yang pasti, bahagiaku tidak tergantung apa perkataan orang sekitarku, itu yang selalu kuyakini.

Kini, setelah dua puluh lima tahun kita bersama…

Harus kukatakan bahwa aku sungguh merasa beruntung memilikimu sebagai suamiku. Yang sungguh memang tak punya banyak harta, uang, ataupun posisi yang menjanjikan di awal kita berjumpa. Tetapi, aku tak pernah menyesali sedikit pun keputusanku menerima engkau sebagai suamiku. Terlebih, apa yang kauucapkan dulu memang selalu jadi prioritasmu nomor satu. Kerja kerasmu, tulusnya dirimu, dan cintamu, memang tak pernah lekang oleh waktu, walaupun cinta itu tak lagi membuat kita berdebar-debar ketika bertemu. Tetapi, aku tahu, bahwa cintamu pada anak-anak kita yang beranjak dewasa selalu memenuhi setiap sudut ruang keluarga kita. Terlebih lagi memenuhi setiap lekuk-liku hati kita yang paling dalam.

Aku tak menampik bahwa memang uang adalah faktor yang penting. Uang bisa membuat hidup lebih mudah, lebih nyaman, lebih enak kata banyak orang. Apalagi di zaman sekarang ini, tak punya uang seolah adalah kartu mati. Tetapi, apakah tindakan mendewa-dewakan uang semata adalah hal yang paling tepat? Berapa banyak keluarga yang morat-marit justru juga karena orangtuanya terlalu banyak uang? Sehingga memungkinkan mereka membeli cinta dari banyak orang, seolah selingkuh begitu mudahnya.

Setia? Ah, perkataan itu seolah hal yang basi. Karena cinta pun ternyata bisa dibeli.

Tulus dan jujurmu, membuat aku semakin yakin bahwa memang kaulah yang terbaik yang Tuhan kirimkan dalam hidupku. Kau bukan yang paling tampan di seluruh dunia, tetapi di mataku, memang engkau yang paling cocok bagiku. Prinsip hidup yang teguh juga tanggung jawabmu adalah juga faktor yang menjadikan kita seperti hari ini. Apa yang kita nikmati, keberhasilan setelah jatuh-bangun dalam kehidupan, terasa manis untuk kita reguk bersama. Kesuksesan ini adalah anugerah terbaik bagi kita yang dikaruniakan-Nya.

Anak-anak satu per satu mulai besar. Bahkan sudah ada yang menikah. Juga tak lama lagi, kita akan menimang cucu. Aku bahagia, Pa. Karena kita sudah lewati banyak tantangan selama dua puluh lima tahun ini. Perjuangan panjang yang tidak mudah, tetapi kita tak pernah henti saling bergandeng tangan. Bersatu sebagai keluarga, menghadapi permasalahan maupun persoalan yang silih berganti sebagai suatu pembelajaran. Serta tak henti berdoa untuk mohon kekuatan dari Tuhan. Karena Dialah kita akan dimampukan untuk selalu menimba ketegaran karena pertolongan-Nya semata.

Happy 25th Anniversary, Pa…

Semoga cinta kita tak lekang oleh waktu, sampai maut pisahkan kita. Aku menantikan tahun-tahun yang masih akan kita jalani bersama seizin-Nya. Dalam untung dan malang, sehat dan sakit, sehidup semati bersama.

Ho Chi Minh City, 7 Juli 2011

-fonnyjodikin-

*perkawinan saya pribadi masih jauh dari angka 25, tiap harinya merupakan pembelajaran tersendiri bagi saya sekeluarga.

* Semoga kita terus memperjuangkan serta terus mendoakan pernikahan kita. Dan dengan campur tangan-Nya, semoga semakin banyak perkawinan yang langgeng. Amin.

*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.

sumber gambar:

beautyandthegroom.com


No comments:

Post a Comment