Tuesday, September 20, 2011

Sebatang Lilin



Sebatang lilin-tak peduli panjang atau pendek- punya batas usia. Tetapi, dalam keterbatasannya itu tadi, tidak mengurangi niatannya untuk tetap menjadi terang. Selagi dia ‘hidup’ dengan api yang menyala, dia menerangi sekitarnya. Mungkin sekitarnya itu hanya sebuah kamar yang sempit dan butuh cahaya ketika mati lampu. Atau dia adalah bagian dari banyak lilin yang dinyalakan di sebuah kamar yang lebih luas, tetapi tak henti dia tetap bersinar.

Filosofi lilin apabila diterapkan dalam kehidupan kita yang singkat ini, saya kira amat cocok juga. Hidup kita punya batasan waktu. Entah 10,20,30, atau 80 tahun. Mungkin juga sampai 100 tahun-beberapa manusia yang hidupnya berumur panjang bahkan melewati angka ini. Tidaklah terlalu masalah, yang penting selama hidup, mampukah kita memberi arti? Bak sebatang lilin yang terus menerangi sekitarnya. Mungkin angin berhembus dan membuat lilin itu berhenti bersinar, tetapi apabila dia dinyalakan, dia akan berseri dan berpijar lagi.

Kemarin, saya baru menemukan lilin yang menurut saya amat terang dalam diri seorang Rheza Christian. Blognya http://gayot.posterous.com/ yang berisi hanya lima tulisan, telah membuahkan efek yang sangat dahsyat bagi diri saya pribadi. Memang kuantitas tulisan tidak selalu menjamin bahwa tulisan itu akan jadi baik, tetapi tulisan yang ditulis dengan hati, iman, ketabahan, dan ketegaran, memiliki cikal-bakal yang kuat untuk menyentuh para pembacanya. Rheza, yang meninggal 13 September 2011 lalu adalah seorang pemuda usia 28 tahun yang dalam masa-masa terakhir hidupnya berjuang dengan kanker yang menggerogoti tubuhnya.

Tulisannya dibuka dengan bersahaja:

About Me

Hi! Nama saya Rheza Christian. Umur saya 28 tahun. Masih muda tp udah hrs married, kl kata orang sih. #alah

Saya penderita kanker yang sangat langka yang disebut ASPS (Alveolar Soft Part Sarcoma). ASPS adalah Sarcoma yg bisa tumbuh dimana saja. ASPS juga bersifat memakan tulang.

ASPS sudah menghancurkan tulang lutut kaki kanan, tulang humerus tangan kiri, tulang humerus tangan kanan, dan tulang kerangka kepala. Hancurnya tulang tersebut membuat saya ngga bisa berjalan, dan ngga bisa angkat tangan.

Kondisi saya sekarang sih sangat baik semenjak amputasi kaki kanan (28 Maret 2011). Badan lebih segar, dan ga pucet. Kalo dulu saya harus selalu pakai jaket karena selalu kedinginan, sekarang udah normal ga kedinginan lg. Udah bisa nyanyi juga loh.. (terakhir nyanyi di Glosis pas ada live band, sangking semangatnya gigi sampe nabrak mic.. :p).

Di blog-nya, Rheza bercerita tentang pergumulannya dalam menghadapi kanker ASPS tersebut. Dan betapa dia tetap mensyukuri hidupnya, bahkan tidak berhenti menyebarkan rasa syukur itu sampai akhir hidupnya. Suatu perjuangan yang luar biasa bagi saya dan membuat saya tak tahan untuk meneteskan air mata. Dari Rheza, saya kembali belajar bersyukur dan merasa malu karena saya sering kali mengeluh atau ‘complain’ mengenai banyak hal. Padahal, betapa anugerah kesehatan itu saja sudah begitu berharga. Saya malu, Rheza! Dan Tuhan, maafkan saya untuk itu…

Bak sebatang lilin yang memberi arti, Rheza sudah memberikan arti bagi kehidupan sekitarnya. Saya tidak pernah kenal Rheza, blog-nya pun saya dapatkan dari fanpage di Facebook yang berisi kisah-kisah inspiratif yaitu Setitik Embun Inspirasi, tetapi Rheza sudah menyentuh banyak hati dengan kesaksian hidupnya, termasuk menyentuh relung hati terdalam saya.

Sesekali menulis dengan Bahasa Inggris yang prima, karena rasanya Rheza mengenyam pendidikan di luar negeri juga. Ada bagian yang betul-betul membuat saya merasa harus mensyukuri keluarga, orang-orang terkasih yang terkadang menyebalkan, tetapi memang adalah bagian dari hidup kita. Mereka ada, bukan kita yang memilih, tetapi Tuhan sendiri sudah menempatkan mereka dalam hidup kita. Catatannya yang berjudul ‘What Cancer Has Taught Me’, membuat saya kembali meneteskan air mata. Saya copy paste di sini juga buat mengingatkan kita semua, betapa kita harus menghargai kehidupan itu sendiri.

Lesson 1 : Cancer taught me to RESPECT my family

When I need to go for check up, radiotherapy, or ANYTHING else, my dad would drive me. When I was unable to use my hand to eat, my sister helps me eat, drink, and consume medicine. When I was going to face my big surgery, my brother flew thousands kilos to support me, we spent hours talking about our favorite games and it helped me to pass those painful days. What about my mom? she practically does everything! Helps me bath, helps me wear my clothes, massage my arms when it's in pain, pray for me, and the list goes on.

So.. please, don't ever hate your family member because of stupid things like "my dad won't buy me car", "my sister is so noisy", "my brother is selfish", or "my mom is so strict". RESPECT them, because they do so much in your life. How do I know that? Well Cancer taught me.

Lesson 2 : Cancer taught me to TREASURE my friends and relatives

They pray for me, they cry for me, they visit me, they treat me food that I like, they pick me up, they take me into the movie, they send me home, they scream "Yot, get well soon!", they find me best medicine alternatives, they make me strong, they helps their best financially, they walk beside me afraid I might collapse, they make me laugh, they make me forget that I'm in pain, THEY ARE MY TREASURE. How do I know that? Well Cancer taught me.

Lesson 3 : Cancer taught me to VALUE my life

How I miss dancing, how I miss partying, how I miss having casual drink, how I miss breathing easily, how I miss hanging at the games centre, how I miss driving, how I miss working, how I miss lifting my hands, how I miss walking around the mall, how I miss running around, how I miss to eat anything I like, how I miss playing guitar...

I'm saying this not because that I'm upset of my current condition. I'm saying this to let you know... HOW VALUABLE you current life is. So STOP frowning, STOP complaining, STOP sighing. Give thanks you can dance, you can breath, you can party, you can walk around the mall, you can study or work and so and so. Value your life! How do I know that? Well Cancer taught me.

Lesson 4 : Cancer taught me to be STRONG and NEVER GIVE UP

When I was first diagnosed as an ASPS patient, the world seems to collapse, it was so rare that so far no Indonesian doctor knows the disease, I couldn't help wondering about my future. Can I have a family? How long will I live? Am i going to suffer this pain endlessly? It seems that I can't make it, it seems that I'm not strong enough.. Well I had experience PAIN, being HOPELESS, and being WEAK.. I've been through them, it make me STRONGER. Now I'm not afraid of my disease, I will not give up, I've been through hell and I keep walking. Now that my condition is getting better, being strong and never give up had really paid off! How do I know that? Well Cancer taught me.

Lesson 5 : Cancer taught me to STRENGTHEN others

If you ask me, what helps me cope with this disease? My answer would be people surrounds me. My family, my friends, my relatives. They never stop strengthen me, they are the reason I keep smiling, they are the reason I keep fighting, they are the reason I keep enjoying this live. I'm so thankful having them to strengthen me. Those are the reason why I'm writing this note.. to share and strengthen You guys.

Enjoy life, don't frown, don't complain, living life to the fullest, living life as large as you can, BECAUSE LIFE IS BEAUTIFUL. How do I know that? Well Cancer taught me..

Selamat jalan, Rheza. Terima kasih buat catatan yang sungguh berarti bagi kami. Saya bahagia karena kamu telah memenangkan pertandingan kehidupanmu bersama-Nya. Dan kini kamu bahagia di sisi-Nya. Catatan penuh arti ini, semoga bisa kami manfaatkan dengan maksimal. Agar kami menghargai apa yang selalu kami anggap ‘biasa’. Nafas kehidupan, jalan-jalan ke mal, anak-anak yang memusingkan kepala, orangtua yang cerewet dan keras kepala, kakak atau adik yang menyebalkan, hanya untuk menemukan bahwa tidak ada yang kebetulan ketika Tuhan menempatkan mereka di sekitar kami sebagai keluarga kami.

God bless you, bro! Perjuangan yang luar biasa yang dihadapi dengan iman, menjadikan engkau layak jadi pemenang. Terima kasih sudah menjadi contoh sebatang lilin yang tegar menghadapi kehidupan bersama-Nya.

HCMC, 21 September 2011

-fonnyjodikin-

* dedicated to Rheza Christian-someone I’ve never known, but has touched my heart with his writings. RIP, bro. GBU.

*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya.

No comments:

Post a Comment