Kita tengah melangkah di hari-hari terakhir 2012.
Tentunya, begitu banyak kenangan yang terjadi di tahun ini.
Beberapa manis, bahkan teramat manis.
Mungkin pula beberapa begitu pahit.
Mungkin di tahun ini kita harus berhadapan dengan kenyataan
bahwa perpisahan dengan orang yang dikasihi itu begitu menyakitkan.
Rongga-rongga kekosongan yang terjadi segera sesudah prosesi
pemakaman usai, tak mudah untuk diisi kembali.
Terlalu banyak memori dan walaupun sebagai umat beriman kita
percaya bahwa yang kita kasihi sudah berbahagia di sisi-Nya, tetap saja hari
demi hari tetap dilalui dengan tidak mudah.
Mungkin di tahun ini kita memulai sesuatu yang penting.
Pernikahan, punya anak, pekerjaan baru, yang semuanya indah
dan menjanjikan.
Mungkin pula beberapa dari kita mengalami hal-hal yang
menyedihkan.
Kegagalan, ditipu seseorang yang kita percayai, kemunduran
dalam bidang finansial atau beberapa hal lainnya yang menyedihkan…
Apa pun yang sudah terjadi, kita yakini adalah yang terbaik
dalam rancangan-Nya. Pahit di mata kita, belum tentu pahit selamanya. Tak
jarang, itu adalah pelajaran yang paling berharga di kemudian hari yang tak
pernah kita sangka-sangka.
Di Singapura, ada satu restoran yang cukup sering kami
kunjungi.
Namanya Eighteen Chefs
(di restorannya ditulis E18hTEEN CHEFS).
Cabangnya ada di tiga mal di sini. Salah satu outletnya sering saya datangi
karena bertepatan dengan menunggu anak kami kursus. Sesudahnya, bersama anak
saya, cukup sering saya menikmati makanan yang nikmat dan pelayanan yang baik.
Anak kami pun suka karena bisa mengambil air minum sepuasnya, menjadi satu
kesenangan tersendiri bagi dia untuk bolak-balik ke termos air dingin dan
membawa air ke meja makan.
Makanan yang disajikan kebanyakan tipe ‘western food’. Baked-rice with cheese, pasta, wafel with ice cream dan sebagainya.
Saya hanya menikmati makanannya yang lezat tanpa tahu kisah penting di
baliknya. Pemilik restoran ini, Benny Se Teo, baru saja mendapatkan
penghargaan dari pemerintah Singapura sebagai Social Enterprise of the Year
di tahun 2012 ini. Namun kisahnya yang inspirasional ingin saya bagikan kepada
sahabat-sahabat semua:
Benny
Se Teo is the founder of Eighteen Chefs, a three-chain restaurant staffed by
ex-convicts and young people with troubled pasts. Teo himself struggled with
heroin addiction from the age of 14, and was in and out of prison and rehab
until his last release in 1993. He trained at Fifteen – the London restaurant run by celebrity chef Jamie
Oliver – and started Eighteen Chefs in 2007.
Benny yang adalah pemilik Eighteen
Chefs ini dulunya adalah seorang pecandu heroin yang mulai dari umur 14
tahun sudah keluar-masuk penjara dan pusat rehabilitasi, sampai dirinya
betul-betul pulih di tahun 1993. Dia mendapatkan pelatihan di Fifteen, restoran di London yang
dimiliki oleh ‘celebrity chef’ Jamie
Oliver lalu kemudian memulai Eighteen
Chefs di tahun 2007. Dan bukan itu saja, dia berusaha menampung para mantan
narapidana dan orang muda yang masa lalunya bermasalah sebagai karyawan
restorannya.
Setiap kali saya membaca latar-belakang dan kisah seperti
ini, saya sering merinding. Terharu. Tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Setiap orang berhak atas kesempatan kedua, tak terkecuali siapa pun!
Walaupun mereka adalah mantan narapidana yang mungkin dijauhi oleh masyarakat
banyak.
Benny Se Teo dan Eighteen Chefs menyadarkan saya
sekali lagi…
Meskipun mungkin di sepanjang tahun ini begitu banyak
kejadian yang mungkin kurang mengenakkan, selalu ada harapan untuk jadi lebih
baik di masa depan.
Dan harapan kita di dalam Tuhan tidak akan mengecewakan….
Kita percaya itu…
Sekelam apa pun masa lalu kita, selalu ada harapan di dalam
Dia…
***
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat dikejutkan oleh
jatuhnya anak kedua kami dari tempat tidur setinggi 60 cm. Syukurlah, tidak
terjadi hal yang serius, hanya benjol sedikit di kepalanya. Sesudah itu, kami
sekeluarga jadi lebih hati-hati dan diliputi kecemasan.
Sedang apa yang terjadi pada anak kami?
Dia tak ragu kembali ke tempat dia terjatuh tanpa rasa takut.
Walaupun kami jadi ekstra hati-hati jika dia kembali ke
tempat itu…
Perasaan was-was masih mendominasi…
Apa yang saya pelajari?
Kita orang dewasa punya trauma, sehingga takut untuk memulai
kembali.
Tetapi, anak-anak TIDAK.
Mereka punya keberanian untuk selalu mencoba lagi. Sesuatu
yang patut ditiru dalam hidup untuk tidak mudah menyerah pada keadaan pahit
kehidupan. Coba dan coba lagi di dalam Tuhan.
Akhirnya, apa pun yang kita alami di tahun 2012 ini kita
percaya adalah baik di mata-Nya. Karena Dia punya gambaran yang sempurna akan
kehidupan kita. Bagian kita hanyalah terus berusaha dan memberikan yang terbaik
bagi-Nya.
Good
bye bitter-sweet 2012 and let’s welcome 2013 in hope!
Have a
very happy new year!
God
bless.
Salam dari Singapura,
-fon-
No comments:
Post a Comment