Di Negeri Dar Der Dor
setiap orang boleh punya senjata tajam bahkan senapan.
Itu dikarenakan peraturan
di masa silam yang memperbolehkannya demi melindungi kepentingan manusianya.
Tetapi, ketika senjata
dipegang oleh tangan-tangan yang hatinya tergoda untuk membalas dendam, mereka
yang tertekan lalu mendadak seolah mendapatkan kekuatan dari pamer senjata atau
mereka yang menjadi lupa diri tujuan awal mula mengapa senjata diperbolehkan,
akhirnya begitu banyak korban berjatuhan.
Penembakan itu bisa terjadi
di mana saja dan kapan saja.
Bisa di sekolah, di pusat
perbelanjaan, di Universitas, bahkan di bioskop sekalipun.
Dan ketika dar der dor
yang jadi pilihan, seringkali banyak korban berjatuhan.
Anak kecil yang tak bersalah
bahkan tak tahu apa-apa, sering juga jadi korban.
Menyedihkan? Memang.
Menyesakkan? Banget!
Entah tindakan
berani-beranian karena sering dikatai pengecut dan pecundang.
Entah karena stres di
pelbagai bidang kehidupan…
Entah karena kebencian
yang mendadak merajai diri tanpa bisa dikendalikan…
Entah apa pun penyebab
keinginan yang mengundang…
Di Negeri Dar Der Dor,
korban-korban kembali berjatuhan.
***
Hari itu dia membawa
senjata untuk melakukan ‘dar der dor’ di sebuah pusat perbelanjaan.
Kekesalan sudah pada
puncaknya dan tak tahu lagi bagaimana harus dilampiaskan.
Awalnya hanya untuk sekadar
gagah-gagahan.
Akhirnya senjata jadi juga
ditembakkan.
Dia tertawa puas, tak lama
kemudian terkulai lemas lalu jatuh pingsan.
Istri dan anaknya yang
tengah liburan…
Juga ada di mal sedang
jalan-jalan.
Mereka pun jadi korban.
Dan…
Hari-hari selanjutnya
berisi tangisan.
Sekaligus penyesalan.
Dia harus meringkuk di
penjara sepanjang sisa kehidupan.
17 Desember 2012
fon@sg
* sebagai reaksi atas
berita ‘dar der dor’ di sebuah negeri yang kembali mendominasi akhir-akhir ini.
Kasihanilah anak-anak
kecil dan para korban, ya Tuhan.
Begitu banyak yang masih
menjadi pertanyaan,
tetapi biarlah waktu dan
Engkau yang memberikan jawaban.
No comments:
Post a Comment