Sunday, April 13, 2008

Gereja St. Ignatius





Church of St. Ignatius, Singapore. Minggu pagi, pkl. 06.50

Pagi ini kuputuskan untuk pergi ke misa pagi. Karena akan ada acara pergi di siang harinya, jadi kupikir akan lebih baik jika aku menyelesaikan tugas yang satu ini, misa minggu.
Kulihat web veritas yang menginformasikan tempat dan jam misa. Misa Bahasa Inggris yang terpagi adalah jam 7, dan salah satu tempat yang cukup dekat dengan rumahku adalah Church of St. Ignatius yang terletak di Kings Road.
Kulangkahkan kaki menuju ke gereja yang tertata rapi dengan gaya minimalis. Cukup indah dan rapi gereja ini. Dan di saat kumasuki gereja, ada rasa yang timbul dan menyelinap dalam hatiku, karena nama St. Ignatius.
Gereja yang juga membawaku kepada pelayanan di PDKKnya di Jakarta, bernama sama. St. Ignatius. Dan bagiku, pengalaman itu membuatku mengingat kembali orang-orang yang kujumpai, teman-teman terkasih di PDKK Ignatius di Jakarta…



Gereja Katolik St. Ignatius Loyola, Jl. Malang, Jakarta

Gereja di kawasan Manggarai ini, berarti sekali untukku. Ini tempat aku dan suamiku menerima Sakramen Perkawinan kami. Tetapi, jauh sebelum ini, gereja ini sudah memiliki makna tersendiri karena bagiku dia memang spesial.

Dulu, sebelum aku baptis, di akhir tahun 2000, seorang teman kostku, Patricia Bing, mengajakku untuk datang ke latihan PD (Persekutuan Doa) katanya. Dan aku yang tengah katekumen, juga mencari suatu kegiatan yang positif. Aku tidak tahu, kegiatan macam apa yang bakal cocok denganku, tetapi yang pasti, aku mau melihat terlebih dahulu. Dan menyanyi adalah salah satu kesukaanku. Jadi, kenapa tidak?
Dari kunjungan pertama ke rumah Pak Suryadi yang menjadi posko kami, rasanya aku biasa-biasa saja. Tidak menolak, juga tidak memberikan komitmen apa pun. Karena pada prinsipnya, ketika aku memberikan komitmen untuk mau aktif, tentunya aku mau sungguh-sungguh aktif. Daripada memberikan janji yang tak pasti, aku mau melihat terlebih dahulu, begitu rencananya. Dan hari itu, aku menikmatinya. Tetapi, tiba di saat doa penutup sekaligus doa syafaat, Ririn, salah satu anggota PD, berdoa begini:
“ Terima kasih, Tuhan, sudah kautambahkan lagi satu orang di antara kami. Terima kasih karena Kau sudah mengirimkan Fonny kepada kami.”

Dalam hatiku, aku merasa agak terbeban, karena aku belum memutuskan akan aktif atau tidak, tetapi Ririn sudah mendoakan seperti itu. (Tetapi akhirnya kutahu bahwa mungkin itu juga adalah tuntunan Roh Kudus sendiri yang mendorongnya untuk berdoa seperti itu…).

Tetapi sejak hari itu, aku juga berusaha datang ke PD. Dan siapa sangka, akhirnya aku menjadi salah satu anggota di sana. Aku menjadi singer ataupun tim pujian. Dan kebersamaan kami berlanjut sampai kini, ketika mereka datang ke Singapore, mereka mengunjungi atau setidaknya kontak denganku. Dan aku pun demikian, ketika ada di Indonesia, aku juga mengontak mereka. Silaturahmi terjalin dan persaudaraan dalam kasih Kristus, sungguh nyata kurasakan.

Yang sulit kutemukan di tempat lain…
Puji Tuhan untuk semua pelayanan yang Dia percayakan bagiku. Mengawali karyaku lewat PDKK Ignatius Jkt sebagai singer, Tuhan percayakan pelayanan lewat band rohani juga sebagai singer. Aku sangat menikmatinya! Lalu, pelan-pelan, rasa ingin tahuku akan Tuhan, membawaku kepada kursus kitab suci selama 3 tahun. Dan yang pasti, yang masih kulakukan sampai hari ini adalah membagikan karisma menulis yang Tuhan percayakan kepadaku, lewat semua yang kualami, lewat semua yang sempat kupelajari, lewat apa yang kulihat dan Tuhan izinkan untuk kutuangkan dalam bentuk tulisan sampai saat ini.

Namun, di antara semua pelayanan, entah besar ataupun kecil, aku menemukan suatu kedamaian di komunitas kami. (Yang tentunya juga bisa dirasakan di mana pun Tuhan tempatkan kita semua, bukan??).

Kurasakan kasih sesungguhnya dari pembimbing PD kami, Pak Suryadi, lewat keterbukaannya kepada kami. Tuhan sungguh bertahtah dalam kehidupannya, ketika semakin hari semakin kulihat bahwa beliau sungguh tulus dan hanya menginginkan yang terbaik bagi kami semua anak-anak PDnya.
Dia selalu memberikan yang terbaik bagi kami. Tidak pernah dia memberikan yang no. 2, tetapi selalu diberikannya nothing but THE BEST.
Untuk semua hal yang sudah kualami bersama Pak Suryadi, aku mengucapkan terima kasih. Karena dia, aku juga bertahan dalam pelayanan. Di awal, di mana aku kurang mengerti akan banyak hal dan mungkin akan sangat mudah terpengaruh apabila kondisi pelayanan kurang baik, sebagaimana bisa kujumpai di banyak tempat, mungkin aku sudah menyerah kalau tidak melihat ketulusan lewat contoh kehidupan Pak Suryadi yang akrab kami panggil Apek.
Apek membuatku bertahan karena aku mau seperti dia, memperlihatkan ketulusan dan kasih Tuhan dalam kehidupannya.
Bukan pelayanan basa-basi atau asal. Bukan pelayanan yang juga berbau politik dan penuh strategi yang pernah kujumpai, bukan yang mau meninggikan diri, bukan yang mau mencari popularitas. Bukan!
Dan itu sungguh kuhargai, dan kusyukuri.

Setelah aku mulai mengerti esensi yang lebih mendalam, bahwa melayani Tuhan bukan hanya untuk kesenanganku sendiri, namun terutama untuk memberikan diri agar Dia pakai untuk kemuliaanNya dalam kondisi apa pun, membuatku juga semakin mengerti, pentingnya teladan hidup karena kita semua tahu, iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:26).

PDKK Ignatius adalah PD umum walaupun para pelayan pujiannya adalah kebanyakan anak-anak muda. Umat yang datang juga tidak banyak. PD yang dulu diadakan sebulan sekali kemudian menjadi sebulan 2x ini, dikunjungi oleh hanya sekitar 15-20 umat saja. Namun, aku bahagia di sana.
Di kesempatan ini, aku mengucapkan terima kasih kepada Tuhan untuk mempertemukanku dengan Apek dan istri (yang biasa kami panggil A’em), untuk setiap kebaikan hati yang tidak pernah bisa aku balas. Biar Tuhan sendiri yang menambahkan hari-hari penuh kesukacitaan dan ketulusan dalam hidup mereka. Dan juga untuk anak-anak mereka, Ko Alip dan Ci Shinta (Ci Uung). GBU and family!

Juga untuk para senior di PD, Tante Marcella, Pak Frans (alm.) dan ibu, Ko Fajar dan Ci Anne, Oom Hendra dan istri.
Untuk teman-teman dalam Kristus yang menghiasi hampir seluruh hari-hariku selama 6 tahun di Jakarta lewat PDKK Ignatius (dari saat aku hampir baptis tahun 2000, sampai Nov 2006 saat aku pindah ke Singapore):
Efra, Melan + hubby-Christian, Nona, Sylvi (Ipi), Bing-bing, Ami, Ririn, Ani, Jenny+ hubby-Ferdi, Imel, Christian (Efra’s Brother).
Juga untuk Maria dan Patricia Bing yang karena kesibukannya dengan pekerjaan dan rumah tangga plus anak, jarang datang ke PD, namun, terima kasih juga untuk waktu-waktu kita dulu bersama-sama.
Dan mungkin untuk beberapa nama yang tak sempat disebutkan mungkin karena aku kelupaan, namun pernah bersama-sama di PDKK Ignatius, aku mengucapkan terima kasih.

Terima kasih untuk semua perhatian, waktu sharing bersama, waktu pelayanan bersama. Dan waktu hang-out bersama. Itu semua menjadi kenangan yang sangat manis, memori yang sangat berarti bagi diri seorang Fonny.
Kenangan itu menjadikan aku mampu bertahan dalam kondisi yang sangat berbeda di negeri orang, dengan peran yang berubah drastis saat ini. Namun, persahabatan dan perhatian kalian semua, mengingatkanku kalau aku tidak sendirian. Tuhan mengirimkan sahabat dalam hidup kita, dan anggaplah aku beruntung memiliki sejumlah sahabat seperti kalian semua.
I’m just so blessed! 

Hari ini, kunjunganku ke St.Ignatius Church Singapore membawaku kembali ke masa-masa indah bersama teman-teman PDKK Ignatius di Jakarta.
Jarak tidaklah menjadi masalah. Apalagi kalau hanya Jakarta-Singapura. Dan jarak lebih tidak menjadi masalah karena sekarang sudah ada email, telepon, dan sms.
Dan jarak semakin tidak jadi masalah, karena kenangan itu terpatri dalam hati di mana pun kalian sekarang berada, atau ke mana pun kalian nanti akan diutusNya.
Thank God for all of you…

Singapore, April 13, 2008
-fon-

NB: satu hal yang kuharapkan agar teman-teman PD bersatu selalu dalam kasihNya. Dan semoga tetap kompak dalam Kristus. Dan… mudah-mudahan PDKK Ignatius semakin berkembang dan umatnya semakin banyak. Amiennnn…

No comments:

Post a Comment