Minggu, 13 April 2008 | 15:06 WIB
OLEH : Sawitri Supardi Sadarjoen, psikolog
TEKANAN kehidupan akhir-akhir ini tidak dapat diabaikan karena terasa semakin menekan kehidupan manusia dan langsung berpengaruh terhadap keseimbangan faktor biopsikososial individu. Tekanan kehidupan tersebut lebih populer disebut dengan istilah stres.
Stres adalah situasi yang sangat tidak menyenangkan karena tidak sesuai dengan harapan, kebutuhan, dan tujuan individu atau justru yang sangat menyenangkan dan datang tiba-tiba sebagai kejutan dan biasanya menyertakan reaksi psikofisik spesifik.
Jenis stres
Stres terbagi dalam:
1. Eustres: kejadian yang menyenangkan dan sering tidak terduga, tetapi tetap membuat manusia memberi respons spesifik, seperti hilang nafsu makan, semangat berlebihan, tidak bisa tidur, tetapi setelah waktu relatif singkat kembali pada kondisi awal.
2. Distres: kejadian/situasi tidak menyenangkan karena situasi yang dihadapi jauh dari harapan, keinginan, dan kebutuhan.
Stres kehidupan dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar:
1. Stres katastrofik, bencana alam, seperti banjir bandang, tsunami, gempa bumi yang mengakibatkan trauma psikologik yang mendalam.
2. Stres perkembangan jiwa dihadapi saat seseorang berada dalam masa transisi perkembangan jiwa, seperti masa transisi menuju masa pensiun, yang sering membuka peluang munculnya gejala penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi atau rendah, dan stroke.
3. Stres berlanjut dihadapi setiap waktu, seperti menghadapi bos yang kaku, dominan dan otoriter, serta kemacetan lalu lintas.
Reaksi terhadap stres
Stres kehidupan yang tidak mampu diatasi dengan baik akan memengaruhi keseimbangan fungsi mental individu.
Individu mengalami ketegangan emosional, merasa tidak aman, tidak nyaman, terganggu keseimbangan psikofisik yang muncul pada berbagai keluhan fisik tanpa dasar gangguan organis yang relevan atau bahkan sulit menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial.
Gangguan keseimbangan fungsi mental itu akan memengaruhi kehidupan intrapsikis dan sosial individu.
Reaksi terhadap kondisi stres yang menyebabkan seseorang berada dalam keadaan frustrasi adalah:
- Agresi: marah, mengamuk, dendam kesumat, jengkel berlanjut, menyerang orang lain (ekstra agresi), atau melukai diri (intra-agresi).
- Depresi: sedih, murung, menarik diri dari pergaulan, mengurung diri, tiba-tiba menjadi pendiam.
- Apatis: acuh tak acuh, tidak peduli lingkungan, tidak mandi, tidak mengikuti aturan yang berlaku.
- Regresi: bertingkah seperti anak kecil lagi, merengek-rengek dalam artian seolah mundur dalam taraf perkembangan terdahulu.
Menyiasati stres
Cara menyiasati stres ketika kita ingin meraih suatu tujuan dalam kehidupan kita adalah dengan mengintegrasikan aspek emosi dengan rasio secara optimal dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan di bawah ini kepada diri sendiri.
1. Perlukah kita bereaksi emosi tanpa kendali seperti itu?
2. Nilailah kembali apakah harapan kita itu realistis?
3. Bisakah kita mencari upaya lain agar akhirnya bisa mendapat apa yang sebenarnya kita harapkan?
4. Perlukah kita tunda beberapa saat agar akhirnya kita memperoleh apa yang kita harapkan?
5. Bisakah kita kompensasikan dengan hal lain?
Untuk itu, agaknya kita perlu juga menilai kembali tujuan kita dengan mengajukan beberapa pertanyaan apakah kita tidak terlampau ambisius? Sejauh mana potensi pribadi, intelektual, dan sosial yang kita miliki membuka peluang tercapainya harapan itu?
Sejauh mana semangat juang, komitmen, dan ketekunan kita meraih harapan tersebut? Sejauh mana kita merencanakan penggunaan waktu dan menggunakan waktu dengan baik untuk meraih apa yang kita inginkan?
Bila ambisi lebih dari potensi, turunkan tujuan dan sesuaikan dengan potensi kita. Juga akomodasikan potensi dan optimalkan pemanfaatan potensi.
Kalau ambisi berimbang dengan potensi, maka kita harus meningkatkan daya juang dengan cara lebih gigih berupaya mencapai tujuan, seperti bangun lebih pagi dan mulai bekerja lebih awal dan selesai bekerja lebih larut sesuai kekuatan fisik yang dimiliki.
Kita juga harus berkomitmen untuk konsentrasi dengan apa yang kita lakukan dan tidak berhenti sebelum maksud tercapai.
Kita juga harus disiplin memanfaatkan waktu dengan tidak membuang waktu dan terencana dalam pemanfaatan sisa waktu, tekun dan konsentrasi pada tujuan yang akan dicapai, dan tidak mudah teralihkan.
Sekarang tinggal kita bertanya kepada diri sendiri, sampai berapa jauh kita sudah menjalani saran-saran di atas. Selamat berjuang.
No comments:
Post a Comment