Tuesday, April 28, 2009

Bagaimana Jika?

Seorang pria muda.
Di usia dua puluh lima.
Dengan ijazah universitas terkemuka.
Plus tambahan kursus dan pelatihan di mana-mana.
Mencari kerja.

Sementara dia juga sudah harus menikah.
Karena kekasihnya
Sudah dijanjikannya untuk saling setia
Sesaat setelah dia mendapatkan kerja.
Tetapi dia harus menahan kecewa…
Karena?
Pekerjaan tak kunjung tiba
Dia masih menganggur saja
Setelah satu setengah tahun lamanya
Cari kerja, interview sini dan sana.
Gagal, gagal lagi, gagal pula…

Dan lantas dia berdoa
“ Tuhan, berilah hamba-Mu pekerjaan yang sepantasnya…”
Dengan ego dan arogansi di dada
Dia kembali mencari kerja
Mana mungkin dengan kualifikasi yang dimilikinya
Dia masih menganggur saja?

Dalam doa-doa malamnya.
Tiba-tiba ada suara yang berkata:
“ Bagaimana jika tidak ada satu pekerjaan pun yang tersedia?”
Hatinya marah bercampur luka
Bila itu suaraNya, mengapa Dia tega?
Apakah Dia sudah tak mau melindunginya?

Hari demi hari berlalu percuma
Dia tetap belum dapat kerja
Sang kekasih hati pun sudah dinikahi tetangga
Tambah tertusuk duri hatinya

Saat itu juga, dia marah luar biasa.
Namun sekaligus mendapatkan pencerahan dalam batinnya
Memang, dia harus berusaha
Agar tetap bisa makan setidaknya
Tabungan menipis dan hampir tak ada sisa
Dia mencoba berbisnis saja
Sebagian modal pun hutang dengan saudara

Dan dari bawah sana
Dia merangkak pelan-pelan saja
Dia berhasil memenuhi kebutuhan hidupnya
Satu bulan itu saja
Satu tahun itu saja
Satu dasawarsa saja
Dia tak perlu lagi kuatir soal ekonominya
Sepanjang hidupnya

Terkadang kita pun kecewa
Ketika segala rencana yang sudah rapi tertata
Jadi hancur lebur sehabis-habisnya
Namun hendaknya kita percaya kalau di balik itu semua
Ada jalan lain yang lebih indah dan luar biasa
Yang sudah direncanakanNya

Jalan yang kita pikir satu-satunya
Bukan harga mati sebetulnya
Karena Dia tau yang terbaik bagi kita

Tetaplah percaya
Apa pun keadaannya
Sehingga ketika Dia berkata,
“ Bagaimana jika rencanaKu berbeda dengan yang kau punya?
Kita tidak lagi kecewa apalagi membenciNya.

Dalam usia tua
Ketika si pemuda melihat kilas balik hidupnya
Dia tersenyum bahagia
Mohon ampun atas segala kesombongan dirinya
Dan ternyata…
Inilah jalan terbaik dalam hidupnya.

Singapore, 23 April 2009
-fon-

No comments:

Post a Comment