Sunday, December 12, 2010

Dulu Ingin, Sekarang Tidak



“ Pa, Vivi minta buku dongeng Cinderella ya, buat ulang tahunku nanti,” kata Vivi, anak kami satu-satunya.

“ Ok, nanti Papa dan Mama belikan buat Vivi,” jawabku singkat.

“ Yang Bahasa Inggris ya, Pa. ‘Kan Vivi sedang disuruh sama guru Vivi belajar dua bahasa.” Katanya lagi.

“ Ok, nanti Papa carikan. “ Aku melihat kepolosan tatapan wajahnya yang seminggu lagi akan berusia enam tahun.

“ Terus yang gambarnya bagus, Pa… Vivi gak suka kalau gambarnya jelek. Dan sampulnya yang keras ya, Pa… Jangan yang lembek dan tipis. “ Vivi terus mengungkapkan secara detail apa yang diinginkannya. Terus dan terus ocehan keluar dari bibirnya yang mungil. Dia sudah tahu lebih spesifik apa yang dia inginkan.

“ Iya, iya… Papa carikan. Vivi tenang aja…”

***

Seminggu berlalu.

Ini hari ultah Vivi. Kami tidak rayakan besar-besaran. Cukuplah antara keluarga kami plus kakek dan neneknya. Vivi mengenakan baju warna kuning bergambar kupu-kupu ‘pink’ dan rambutnya dikuncir dua. Dia tampak manis sekali.

Setelah meniup lilin dan memotong kue bergambar ‘Hello Kitty’, dia bergegas menghampiri kado-kadonya. Kertas kado merah itu dirobeknya perlahan, buku Cinderella yang seminggu lalu dia minta begitu spesifik. Pastinya dia akan bahagia, begitu pikir kami… Karena dia mendapatkan apa yang dia inginkan…

Tetapi tak lama, diletakkannya begitu saja buku Cinderella berbahasa Inggris yang kavernya tebal itu. Dia kembali menangis tersedu.

Dengan setengah bingung, istriku bertanya padanya:

Ada apa, Nak? Bukankah itu yang Vivi mau? Kenapa masih nangis?”

“ Ma, memang Vivi mau buku ini seminggu yang lalu. Tapi sekarang Vivi gak mau lagi. Vivi maunya buku Princess dan Barbie seperti punya Clara di sekolah. Vivi gak mau lagi Cinderella… Kata Clara udah gak musimmm…” Tangisnya makin kencang. Menyisakan kebingungan di wajah kami lalu mengelus dada:

“ Namanya juga anak-anak….”

***

Sering kali, kita seperti Vivi. Dalam hubungan kita dengan Allah Bapa, tak jarang kita meminta dalam doa. Kita pintakan dengan begitu spesifik, begitu detail apa yang kita inginkan… Namun, segera sesudah mendapatkannya kita kehilangan semangat… Karena mungkin waktu tunggu yang terlalu lama, karena doa yang seolah tak kunjung terjawab, karena Tuhan seolah menunda-nunda… Sehingga pada akhirnya, ketika Dia anugerahkan kepada kita, kekecewaanlah yang timbul. Bukannya rasa syukur. Karena kita merasa permintaan itu mungkin sudah ‘basi’ sementara kita sudah memiliki banyak antrian keinginan baru yang lainnya.

Saat Tuhan anugerahkan itu bukan di waktu yang kita inginkan, kita merasa kurang bisa menghargainya bahkan terkesan dingin menyambutnya. Tak jarang, setelah diberikan-Nya … Malah keluhan dan amarah kepada-Nya yang keluar dari mulut kita… Hal ini sangat mungkin terjadi, bahkan terasa wajar dalam hidup ini. Ah, aku ‘kan ikut trend Tuhan. Dulu inginnya kamera A yang canggih, sekarang kamera D yang lebih canggih jadi ketika diberikan kamera A tak lagi ada rasa syukur ketika menerimanya…

Sering kali kita berharap Tuhan menghadirkan apa yang kita inginkan pada saat itu juga. Padahal tak jarang kita dengar bahwa Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan dan bukan melulu apa yang kita inginkan. Seharusnya kita pun sadar bahwa keinginan kita begitu banyaknya, terkadang seolah tak ada habisnya…. Tak pernah berhenti daftar keinginan yang kita sampaikan kepada-Nya seolah St. Claus yang kebanjiran permintaan di setiap Natalnya…Mungkin, seperti itulah rasa ingin kita terhadap banyak hal di dunia ini…

Ketika Tuhan menganugerahkan sesuatu yang kita inginkan di masa lalu dan sekarang sudah tidak begitu kita inginkan lagi, mungkin kita malah menangis dan bersedih seperti Vivi yang kecewa dengan buku Cinderellanya… Karena yang dia inginkan adalah buku Barbie atau Princess untuk saat ini. Tak tertutup kemungkinan jika Papa memberikannya buku Barbie dan Princess sebulan kemudian, malahan dia melengos pergi. Karena yang dia inginkan di saat itu adalah buku dan DVD ‘ High School Musical’ yang sebenarnya dia tak tahu persis seperti apa- hanya ikut-ikutan temannya saja.

Tetapi sebagai anak-anak Tuhan, kita hendaknya terus ingat…Mungkin dulu tidak diberikan kepada kita karena belum waktu-Nya… Belum masuk perencanaan-Nya… Tugas kita hanyalah percaya bahwa Dia akan berikan tepat waktu dan Dia mengerti kebutuhan kita…

Tidak mudah pula untuk terus berucap: syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas segala hal. Tetapi biarlah saat ini, kita belajar lebih baik lagi… Persembahkan semua kecewa yang pernah ada, termasuk kecewa karena keinginan yang terkabul bukan di saat yang kita inginkan. Yang dalam kerangka pikir kita sudah ‘expired’- sudah kadaluarsa…. Karena di mata-Nya, inilah saat yang tepat untuk Dia berikan kepada kita…. Dan hendaknya kita yakini, pastilah itu yang terbaik bagi kita…

Ho Chi Minh City, 13 December 2010

-fon-

* copas, forward, share? Harap sertakan sumbernya. Trims.

sumber gambar:

ibiza-majorca.perfecttravelblog.com

No comments:

Post a Comment