Keripik
Keripik…
Kurasa makin pedas makin asyik…
Bikin lidah tergelitik dengan rasanya yang menukik…
Buatku keripik, makin pedas makin asyik. Walaupun tak jarang, banyak pula keripik yang tidak pedas tapi tetap menarik.
Ngomong-ngomong soal keripik, jadi teringat kritik… Gak nyambung? Mungkin iya, tapi kalau soal rima yang senada atau kata guru Bahasa Inggrisku dulu it rhymes: keripik-kritik? Bolehlah ya…
Pengalaman sebagai tukang ketik… Maksudnya tukang ketik perasaan dan inspirasi yang singgah di kepala dengan cantik, membawaku kepada pengalaman dikritik.
Ketika yang mengeritik seolah baru makan keripik dengan cabai rawit satu kilo dan terasa amat pedas… Moga-moga aku menanggapi dengan tenang, tak perlu panik… Yah, tetap asyik… Karena aku sadar, sampai hari ini aku masih belajar. Untuk menulis terus dengan konsisten, syukur-syukur lebih baik… Untuk tetap setia pada tujuan utamaku menulis yaitu untuk menyalurkan apa yang sudah diberikan-Nya kepadaku melalui talenta menulis ini… Tak berhenti… Semoga tetap semangat sampai nanti…
Ketika kritik-kritik membangun dan input yang baik itu masuk ke inboxku.. Ah, aku senang.. Diperhatikan dengan cara indah itu oleh sobat-sobatku. Diingatkan, bahwa di luar semua pujian yang seolah melenakanku, aku harus tetap rendah hati. Berjuang buat menulis lebih baik lagi… Dan terus belajar sambil terus menulis tentu saja…
Ngalor ngidul tentang kritik, walaupun tak sambil makan kripik, tetap ok tuhhh…
Terima kasih buat setiap kritik yang kuterima. Juga setiap penghargaan tulus yang kudapatkan dari email/inbox teman-teman semua. Itu semua membuatku terus bersemangat untuk tetap berkarya dan syukur-syukur semakin baik dan apik…
Tiba-tiba aku pengin makan kripik…
Selamat malam.
Ho Chi Minh, 15 Desember 2010
-fon-
* copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.
sumber gambar:
pondok-riwana.blogspot.com
No comments:
Post a Comment