Wednesday, January 5, 2011

Ruin is a Gift.



Ruin is a gift. Ruin is the road to transformation.

(Eat Pray Love – Julia Roberts as Liz Gilbert)

Saya sempat tercenung sejenak ketika mendengar perkataan Julia Roberts di Film Eat Pray Love tersebut. Terjemahan bebasnya mungkin sebagai berikut:

Kejatuhan/ keruntuhan adalah suatu anugerah. Keruntuhan adalah jalan menuju transformasi/perubahan.

Benarkah demikian? Saat kejatuhan tiba, kita melihatnya sebagai berkat yang terselubung dalam bungkusan anugerah? Atau malah sebaliknya? Kita melihatnya sebagai malapetaka tanpa akhir yang menghancur-leburkan kehidupan kita? Sekali lagi, penting bagi kita untuk memilih perspektif yang mana ketika berhadapan dengan kegagalan, kejatuhan, ataupun keruntuhan. Akan ke mana kita bawa puing-puing reruntuhan kehidupan kita tersebut, memang agaknya merupakan pilihan kita.

Anggaplah kita adalah orang-orang positif, sebagaimana layaknya Liz (Elizabeth) Gilbert- Sang Penulis yang mampu melihatnya sebagai berkat. Tentunya, dari kejatuhan kita belajar untuk bangkit kembali. Menganalisa setiap kesalahan yang terjadi dan mencoba meminimasinya untuk kemudian tidak mengulanginya lagi di kemudian hari. Tidak tertutup kemungkinan walaupun mencoba melihatnya secara positif, tetap saja perasaan hancur-kecewa- putus asa itu pernah singgah. Lagi-lagi, orang-orang positif- para pemenang kehidupan itu memilih untuk tidak menyerah kalah terhadap perasaan yang timbul ataupun kenyataan yang ada. Malahan mereka berjuang lagi, mencoba memunguti sebagian puing terpenting yang tersisa untuk kemudian bangkit lagi sebagai manusia baru.

Pernah juga kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, keruntuhan itu malah menjadikan orang yang bersangkutan terpuruk. Malah cenderung menyesali hidup. Tak jarang, kejatuhan itu membawa orang-orang ke arah putus asa untuk kemudian memilih jalan pintas seperti bunuh diri. Tentunya, bukan hal yang terpuji dan tidak didukung oleh ajaran agama mana pun… Tetapi, seolah kejatuhan itu adalah akhir segalanya bagi dirinya dan memilih untuk mengakhiri dengan caranya. Sayang sekali sebetulnya… Kalau saja dia bertahan satu, dua hari lagi… Kalau saja dia bertahan satu, dua, tiga tahun lagi…Keadaan pasti berubah, asalkan ada usaha juga dari diri sendiri untuk menggapai perubahan itu pula.

Kita pun pernah menyaksikan saat orang-orang yang terpuruk dan merasa kalah itu memenuhi dirinya dengan amarah karena terluka. Dendam, lalu melakukan tindakan kejahatan. Tentunya, amatlah disayangkan perbuatan-perbuatan semacam ini. Walaupun kita sadari, adalah sulit juga untuk tetap berpikir jernih, ketika kepala terlalu ditimbuni masalah. Kalau saja mereka masih punya harapan, kalau saja mereka punya iman… Percaya bahwa masih ada kebaikan di tengah seluruh reruntuhan, mungkin keadaan tidak jadi begini…

Di saat-saat seperti ini, sebagaimana yang dialami Liz, dia mencoba mencarinya melalui makanan di Italia. Untuk menemukan kembali cita rasa sedapnya makanan yang sempat dikecapnya, lalu hilang meluap begitu saja. Lalu, dia pun mencarinya lewat doa. Hubungan yang lebih dekat dengan Sang Pencipta. Adalah hal yang wajar ketika berbeban berat, seseorang akan lari menuju penciptanya. Tetapi, tentu saja kita mengharapkan bahwa kita ingat Tuhan bukan melulu di saat hancur, namun juga di saat senang. Walaupun harus diakui, di saat-saat hati jadi berkeping-keping itulah, hubungan yang amat dekat bisa dirasakan oleh orang yang sungguh-sungguh menyadari keterbatasannya walaupun sudah melakukan yang maksimal. Dan sadar bahwa tanpa Tuhan, dia bukan siapa-siapa.

Ruin is a gift. Ruin is the road to transformation.

Inilah yang sikap yang kita harapkan dalam menghadapi kehidupan ini. Dalam kaca mata iman, kita bisa berkata: kehancuran adalah anugerah. Ini adalah saatnya untuk perubahan. Dan kita percaya, apa pun yang terjadi dalam hidup ini, Tuhan tak pernah lepas tangan. Dia punya rencana yang indah buat kita. Hancur di mata kita, belum tentu sebetulnya hancur secara keseluruhan. Tak jarang, kehancuran itu malahan membuahkan kebaikan dalam kehidupan kita di masa yang akan datang.

Apa pun yang terjadi, kita percaya bahwa Tuhan selalu serta kita. Itu yang terpenting. Persembahkan semua suka-duka kehidupan kita kepada-Nya tanpa menjadi terlalu berputus asa, karena kita punya iman…Kita punya Tuhan.

Ho Chi Minh City, 5 Januari 2011

-fon-

* copas, forward, share? Harap sertakan sumbernya. Trims.

4 comments:

  1. IBU JODIKIN = maha Lembut
    ibu Jodikin = BUKAN MELANKOLIS = BUKAN ANAK CENGENG
    IBU JODIKIN = maha lembut

    terminologi
    MAHA LEMBUT = BAPA DI SURGA MAHA MULIA
    melankolis = anak cengeng.

    ReplyDelete
  2. COPY PASTE from posting Ibu Jodikin

    Saya sempat tercenung sejenak ketika mendengar perkataan Julia Roberts di Film Eat Pray Love tersebut.

    Terjemahan bebasnya mungkin sebagai berikut:

    Kejatuhan/ keruntuhan adalah suatu anugerah. Keruntuhan adalah jalan menuju transformasi/perubahan.


    Komentar jabang roso:

    Bila Terminologi Transfromasi (perubahan) or Tafsir CHANGE (Dao De Jing) itu TAFSIR BEBAS = PERTOBATAN KATHOLIK

    MAKA

    JALAN KEBENARAN HIDUP = YESUS KRISTUS YANG MAHA RAHIM


    Julia Robert= Apakah BERTOBAT????


    Salam
    mpu jabang roso

    ReplyDelete
  3. @ Silih: terima kasih. Maha lembut, wah masih harus banyak belajar nih hehe... Kalau Melankolis adalah tes kepribadian ala Personality Plus/Florence Littauer yang saya maksudkan... Tentunya, pribadi melankolis punya kekuatan dan kelemahan. Bukan melulu kecengengan...:)

    ReplyDelete
  4. @ Silih aka Mpu Jabang Roso...
    Julia Roberts bertobat atau tidak? Jujurnya saya tidak tahu. Yang saya maksudkan adalah perkataannya di film tersebut yang membuat saya termenung. Juga, Julia Roberts memerankan Liz Gilbert di film itu, seharusnya perkataan itu adalah perkataan Liz... Tapi bagi saya yang penting adalah esensi dari perkataan itu sendiri. Bisa membawa kita ke arah permenungan yang mendalam dan bisa memperbaiki diri untuk makin dekat dengan Tuhan. Trims. GBU.

    ReplyDelete