Thursday, January 27, 2011

(Feels like) Stranger in My Own House Part 2


(Feels like) Stranger in My Own House Part 2

*** with translation

Arrr, Errrrr…

I begin the prayer awkwardly. I’ve never been in such a holy condition. So, I think, I’ll start with telling Him my problems. I don’t know how to begin a prayer anyway, so maybe I’ll try my best during this uncertain period of time.

“ Dear God,

I have a family that seemed so distant. Even in this house, I don’t feel the homey feeling anymore. I feel so lonely here. I wanted to go far away, but I know that something’s telling me to stay. I don’t know what that is, but maybe you can help me to figure it out.”

I stop praying. I don’t have enough words to express my feelings. Maybe I’m not good at it or maybe I haven’t getting used to it. I just sit there, not really sit still-sometimes moving my legs and arms while closing my eyes and try to listen.

Nothing happens. Only one or two mosquitoes pass by and say hi. They bite me a little here and there. More distractions come when I pray. But still, I have the courage and patient to sit still this time while I’m hitting the mosquitoes.

Then, after all is calm. I finished my prayer. Nothing has happened. I go back to sleep (or actually try to get a sleep).

If prayer could change a thing, it’s supposed to be done now or at least let me show somehow. But it didn’t.

So, I stop waiting. I go sleeping.

In the middle of the night, I wake up with such a thirsty feeling. I go the kitchen, take a glass of water and drink it directly.

Suddenly, when I got back to my room and try to get some more sleep. There’s a gentle voice inside of me whispering:

“ My child, I hear your prayer. Please listen to what I’ll say. Starting tomorrow, never bring your mobile phone during your dinner time and ask your family members to do so. Then you’ll see their reaction.”

I don’t know whether it’s God or not. But, somehow I know that it’s not a bad idea though. So I follow the instruction.

I ask my parents to leave their gadgets when we have dinner. And my siblings too. Of course I start it first. Then, awkwardly we try to do some conversation about our daily activities on that day. So hard to start it, but yet our effort seemed paid off.

At the end of the dinner, we go back to our room happily. With smile on our face, feel the bonding once again... Thing that has been lack in our family for the last 2 years, or 5 years? I don’t know. I just want to get the ‘home sweet home’ feeling. The longing to go back to my house. Not facing the strangers face, even though we’re family…

One day, two days…

One month, two months..

One year, two years…

We’ve been doing more conversations during dinner. Oh yes, we also have more on breakfast and weekends! Because we’re going out as family quite often. Not to mention the holiday together.
Finally, I’m getting what I want: not feeling like a stranger in my own house anymore.

And about the prayer?

Oh, I’m doing it more intense. My family does the same. We go to the church together and will have some meal afterwards.

Amazing, huh? :)

Well, it’s actually a grateful note to God-the One who has finally make my family reunited.

So, I feel at home. This is my home sweet home.

If you have the same problem and struggle hard about it now, don’t lose hope. Keep praying. Maybe the answer won’t come so quickly or instantly. But for whoever prays, they’ll see from different perspective and I’m sure God’s help will come in your way.

Ho Chi Minh City, 28.01.2011

-fon-

* not-really my personal experience, but I think it’s good to be reminded that we all long for a house that we can called our home. The beauty of the bonding of our family and presenting God in the middle of it.

* copy paste, forward, or share? Please attach the link or the author’s name. Thanks!

(Merasa Seperti) Orang Asing di Rumahku Sendiri Bagian Kedua

*** dengan terjemahan

Arrr, Errr….

Aku mulai berdoa diiringi perasaan aneh. Aku tak pernah berada dalam kondisi yang begitu kudusnya. Jadi, kupikir… Aku akan mulai dengan memberitahukan-Nya masalah-masalahku. Aku tak tahu bagaimana harus mulai berdoa, maka aku berusaha aku akan berusaha yang terbaik dalam situasi yang tak menentu semacam ini.

“ Tuhan…

Aku memiliki keluarga tetapi rasanya jarak itu begitu jauh di antara kami. Walaupun di dalam rumah, aku tak merasa punya keluarga. Aku merasa amat kesepian di sini. Aku ingin pergi jauh, tetapi aku sadar bahwa ada sesuatu di dalam diriku yang menyuruhku tetap tinggal. Aku tak tahu apa itu, mungkin Kau bisa membantuku menemukannya?”

Aku berhenti berdoa. Aku tak punya cukup kata-kata untuk menggambarkan perasaanku. Mungkin aku tak pintar berkata-kata atau juga mungkin aku belum terbiasa. Aku hanya duduk di situ, tak terlalu duduk diam sebetulnya--- sesekali kugerakkan kaki dan tanganku saat menutup mataku dan berusaha untuk mendengarkan.

Tak ada yang terjadi. Hanya satu-dua ekor nyamuk yang lewat dan menyalamiku. Mereka menggigitku sedikit di sana-sini. Lebih banyak gangguan lagi ketika aku berdoa. Tetapi, aku masih punya keberanian dan kesabaran untuk tetap duduk diam kali ini sambil juga berusaha menggeplak nyamuk-nyamuk itu…

Lalu, semuanya tenang. Aku selesai berdoa. Tak ada yang terjadi. Aku kembali tidur (atau tepatnya berusaha untuk tidur lagi).

Ketika doa bisa mengubah sesuatu, seharusnya itu terjadi saat ini atau setidaknya buatku melihat sesuatu. Tetapi, semua itu tak terjadi.

Jadi, aku berhenti menunggu. Aku tidur.

Di tengah malam, aku terbangun dengan rasa haus yang begitu besar. Aku pergi ke dapur, mengambil segelas air dan meminumnya segera.

Tiba-tiba, ketika aku kembali ke kamarku dan berusaha tidur lagi. Ada sebuah suara lembut di dalam diriku berbisik:

“ Anak-Ku, Aku mendengar doamu. Dengarkan apa yang akan Kukatakan. Mulai besok, jangan pernah lagi membawa ‘handphone’ saat makan malam dan mintalah juga kepada anggota keluargamu untuk melakukan hal yang sama. Kemudian, kau akan melihat reaksi mereka.”

Aku tak tahu apakah itu suara Tuhan atau bukan. Tetapi, aku merasa bahwa itu ide yang cukup baik. Jadi, kulakukan saja instruksi itu.

Kuminta kepada orang tuaku untuk meninggalkan peralatan komunikasi mereka ketika makan malam. Begitu juga dengan kakak-kakakku. Tentu saja, aku memulainya terlebih dahulu. Kemudian dengan perasaan aneh yang menyergap, kami mulai melakukan percapakan tentang aktivitas kami hari itu. Begitu sulit untuk memulainya, tetapi sepertinya usaha kami terbayar…

Di akhir makan malam, kami kembali ke kamar kami masing-masing dengan gembira. Diiringi senyum di wajah kami, merasakan kedekatan itu sekali lagi… Hal yang kurang di dalam keluarga kami selama dua tahun terakhir, atau lima tahun terakhir? Entahlah. Aku hanya ingin merasakan betah di rumah. Rumah yang manis. Keinginan untuk kembali di rumahku. Bukannya menghadapi wajah-wajah asing, padahal mereka adalah keluargaku…

Satu hari, dua hari…

Satu bulan, dua bulan…

Satu tahu, dua tahun…

Kami melakukan lebih banyak percakapan selama makan malam. Oh ya, banyak kali percakapan itu bahkan terjadi di makan pagi kami dan akhir pekan! Karena kami sering keluar bersama sebagai satu keluarga. Juga yang tak kalah mengasyikkannya: liburan bersama.

Akhirnya, kudapatkan yang kuinginkan: tidak lagi merasa asing di rumahku sendiri.

Dan mengenai doa?

Oh, aku melakukannya lebih sering lagi. Keluargaku juga. Kami ke gereja bersama dan biasanya makan bersama sesudahnya.

Menakjubkan, bukan? :)

Sebetulnya ini adalah catatan terima kasih buat Tuhan --- Dia yang menyatukan keluargaku kembali.

Jadi, aku kerasan di rumah. Ini adalah rumah yang manis.

Kalau kamu juga punya masalah yang sama dan sedang berjuang keras mengatasinya sekarang, jangan putus harapan. Teruslah berdoa. Mungkin jawabannya takkan hadir sebegitu cepatnya atau sebegitu instannya. Tetapi, bagi siapa pun yang berdoa akan melihat dari perspektif yang berbeda dan aku yakin pertolongan Tuhan akan datang menyapamu.

Ho Chi Minh City, 28.01.2011

-fon-

*bukan pengalaman pribadi, tetapi aku merasa perlu untuk diingatkan bahwa kita semua merindukan rumah yang membuat kita betah, selalu membuat kita ingin pulang lagi. Keindahan akan hubungan yang erat di keluarga dengan menghadirkan Tuhan di tengah-tengahnya.

*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya…

sumber gambar:

4interior-design.com



No comments:

Post a Comment