Chapters of Life, begitu saya senang menyebutnya. Karena bagi saya, hidup adalah babak demi babak, bab demi bab, yang menjadikan buku kehidupan saya sempurna.
Sunday, February 27, 2011
Benahi Lemari Hatiku
Monday, February 21, 2011
Sabar Menanti
Sabar Menanti
Berkendaraan umum beberapa jam lamanya tanpa tujuan, Mersi hanya putar-putar keliling
Diputuskannya naik omprengan semacam mobil ‘Colt’ warna merah dengan jarak terjauh. Sejauh yang dia bisa. Diam-diam dia mengamati mobil-mobil yang lalu lalang di sekitarnya. Sampai matanya tertuju pada tulisan di truk yang seringnya aneh, lucu, terkadang asal tulis… Tetapi hari itu, tulisan itu menyentaknya: “ Sabar Menanti.” Hanya dua kata itu…
Yah, Tuhan… Sabar? Benar, harus kulakukan. Tetapi, sampai kapan?
Mersi mendesah perlahan. Melanjutkan pengamatannya terhadap sekitar. Kelelahan karena cuaca di luar memang amat panas. Lalu memutuskan untuk berhenti di perhentian terdekat. Ingin minum dan mengisi perutnya yang lapar dengan sedikit makanan. Sudah jam satu siang dan sudah satu jam lebih dia berada di angkot berwarna merah itu.
Matanya kembali terhenti pada warung makan sederhana. Dengan plang: WARUNG NASI SABAR MENANTI.
Lho, lho, lho…. Engkau tidak sedang bercanda ‘
Rasanya sudah dilakukannya selama ini dan dia merasa cukup sudah penantiannya. Dan dia merasa amat lelah dengan semua tumpukan permasalahan yang mendera.
Could you please give me a break, God?
Diminumnya es teh manis yang telah tersaji di hadapannya. Lega. Dimakannya pula nasi beserta lauk-pauk sederhana: sayur gulai singkong, kering
Tiba-tiba terbayang di kepalanya.. Itu yang harus dilakukan: menimba kekuatan baru dari-Nya dan melangkah lagi dengan ketegaran yang baru di dalam iman. Percaya bahwa penantiannya takkan pernah sia-sia… Karena Tuhan dengar semua doanya.
Ditinggalkannya Warung Nasi Sabar Menanti dengan senyum di bibir-juga senyum di hati. Mencoba bersabar lagi. Walaupun terkadang dia pernah merasa putus asa dan ingin berhenti, Tuhan ingatkan dirinya sekali lagi. Seolah kebetulan, tetapi heiii! Bukankah kita selalu percaya bahwa dalam hidup, yang seolah kebetulan itu sebetulnya sudah ada dalam agenda rencana-Nya?
Mersi melangkah, tak lagi terseok. Sedikit lebih pasti walaupun kondisi hidupnya belum mengalami perubahan. Percaya bahwa Tuhan tahu yang terbaik baginya. Bagiannya hanyalah berusaha dan …sabar menanti!
-fon-
* Everything will be beautiful in His time. Bagian kita hanyalah setia, terus berusaha, tetap percaya dalam iman, dan sabar menanti:)
* copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.
sumber gambar:
Monday, February 14, 2011
Amnesia (Part 3)- Tamat
Amnesia (Part 3)
*** on Valentine’s Day onwards…
Previously on Amnesia Part 1:
Setelah perjalanannya keliling kota dengan KOPAJA, Karina mendapati bahwa banyak bentuk cinta lainnya yang selama ini terlupakan. Kurang disadarinya karena terpaku pada bentuk cinta yang hanya seolah
Kulangkahkan kakiku perlahan memasuki pintu rumah. Rumah yang kurang ramah. Mama yang pemarah, Papa yang sibuk. Seolah kehilangan ‘rasa’ yang seharusnya membuat betah. Tetapi, kali ini kucoba. Besok hari Valentine itu… Mungkinkah akan ada beda? Atau harus aku sendiri yang membuat perbedaan dengan mereka? Yah, rasanya begitu… Itu yang akan kulakukan…
Sore itu aku menghampiri Mama. Aku bilang pada Mama kalau aku punya ide. Bagaimana kalau kami pergi ke panti asuhan, panti jompo, atau panti anak cacat? Menyambut Valentine’s Day dengan cara ini mudah-mudahan mendekatkan keluarga kami kembali. Dan sedikitnya menghapus luka dan kecewaku akan hubungan yang tak lancar dalam bidang
Mama mengangguk setuju, walaupun dipenuhi keraguan. Matanya menyiratkan akan hal itu. Yah, kami akan mencoba pergi ke sebuah panti. Mama yang memilih panti jompo. Mungkin karena Mama ingin membagikan kasihnya kepada orang-orang yang lebih tua… Papa? Ah, itu urusan Mama. Mama akan menelpon dan mengabarkannya pada Papa. Kami akan lakukan kunjungan itu nanti di hari Minggu tanggal 20 Februari. Pas seminggu waktu kami mempersiapkan semuanya. Nasi kotak, bingkisan, dan memilih Panti Jompo yang mana.
Hubungan aku dan Mama membaik. Mama mempercayakan pemilihan makanan katering padaku, tetapi tetap rekomendasinya oleh Mama. Papa terlibat percakapan kami sesekali. Rumah telah kembali merekahkan sinar cintanya. Karena kami mengusahakannya… Karena adanya perubahan sikap kami…
Kuangkat telepon. 14 Februari. Hari Cinta kasih bagi kami sekeluarga…
“ Halo, Katering Yummy? Bisa bicara dengan Pak Rio?”
“ Ya, saya sendiri.” Suara berat di seberang
“ Begini, Pak. Saya perlu 50 box makan siang untuk Hari Minggu tanggal 20 nanti. Saya ingin pesan, tetapi saya ingin lihat menu Bapak dulu. Boleh?” tanyaku lagi.
“ Silakan, Bu. Dengan siapa saya bicara?” Tanya Pak Rio lagi.
“ Dengan Karina, Pak. Sore ini saya mampir ke tempat Bapak, ya? Nanti kita diskusikan menunya…” Jawabku lagi.
“ Oh boleh-boleh… Datang saja ke alamat kami. Sudah ada atau belum?” tanyanya lagi.
“ Sudah. Sampai nanti sore jam 6, ya Pak!” Klik. Telepon dimatikan. Aku bergegas menceritakan perkembangan ini pada Mama.
***
Katering Yummy, jam 18.00 kurang 5 menit.
Kupencet bel perlahan. Terdengar langkah kaki dari dalam bergegas membukakan pintu. Kupandangi dia. Wah, lumayan… Tampan juga! Inikah Pak Rio yang tadi kuajak bicara di telepon? Ah, kutepis pikiran macam-macam yang sempat singgah. Paling dia sudah beristri! Jangan bermimpi, Karin!
Pembicaraan berlangsung lancar. Kupilih menu sederhana dengan lauk rendang dan ayam goreng, masing-masing 25 kotak. Serta sayuran, buah dan agar-agar. Kumintakan ayam tulang lunak juga rendang yang dimasak lembut untuk kaum jompo yang mungkin kekuatan mengunyahnya sudah tak lagi sama seperti dulu.
Pak Rio kemudian minta dipanggil
Akhir cerita, pertemuan lancar. Pesanan ok. Malah Rio akan mengantarkannya sendiri ke rumah kami di pagi hari pukul 9 pesanan kami. Minggu nanti dia datang ke rumahku!
***
20 Februari. Minggu pagi.
Seolah semuanya kebetulan? Yah, mungkin saja. Tetapi kalaupun ini kebetulan, ini adalah kebetulan yang amat menyenangkan!
Suasana Panti Jompo Sinar Mulia diliputi keharuan. Aku merasa bersyukur, orangtuaku masih sehat. Dan melihat kebahagiaan di mata para penghuni panti jompo, perlahan air mataku menetes. Betapa mereka butuh kunjungan karena mereka merasa kesepian walaupun memiliki teman-teman seumuran.
Diam-diam aku sering memergoki
***
Singkat cerita.
Kunjungan panti jompo sukses. Suasana di rumah bahagia dan ceria lagi. Dannn,
Tepat setahun sesudah Valentine’s Day kelabu tahun lalu yang kemudian ternyata menjadi titik perubahan yang berarti di keluargaku… Aku mengalami jalinan
Hampir pingsan, seperti mimpi, tetapi ini semua nyata. NYATA!!!
Aku tersenyum. Berterima kasih pada Sang Empunya kehidupan untuk rencana-Nya yang indah dalam hidupku. Yang tak pernah kuselami ataupun kuketahui misterinya.
Amnesia? Tak perlu lagi. Dan tak mau lagi. Tokh akhirnya di tahun lalu pun, aku memutuskan untuk tak mau amnesia walau hanya sehari saja. Kuakui pernah kutergoda untuk mengalaminya, tetapi untungnya tidak terjadi.
Setelah semua badai itu, harus kuakui….Aku bahagia!
Tamat.
-fon-
* maaf atas keterlambatan posting bagian ke-3 ini. Selamat hari kasih sayang, semoga setiap hari menjadi hari untuk berbagi kasih senantiasa, tak melulu hanya di satu hari saja.
* copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.
sumber gambar:
singleminglehumble.blogspot.com
Thursday, February 10, 2011
Amnesia (Part 2)
Amnesia (Part 2)
*** jalinan cerita jelang Valentine’s Day
Previously on Amnesia Part 1:
Mengisahkan perasaan seseorang yang putus asa dalam mencari cinta. Sudah berusaha banyak kali, menemui kegagalan, sampai berpikir untuk amnesia walau satu hari saja. Tepat di tanggal 14, inginnya untuk amnesia makin menjadi-jadi… Perasaan sepi, sendiri, di tengah romantisme yang membanjiri dunia di Hari Kasih Sayang itu membawanya kepada rasa frustrasi. Sempat terpikir mencari semacam ramuan Mandragora seperti yang diteguk Cleopatra ketika cintanya -
Bagian ke-2: Cinta dalam Banyak Bentuknya…
Andai hidupku bisa kuatur, tentunya aku ingin punya ‘remote control’ kehidupanku sendiri. Di mana ketika aku merasa malas melewati momen-momen tertentu, aku bisa ‘fast forward’… Skip those chapters of life, dan kembali merasakan kesenangan kembali. Atau, ketika masa lalu yang indah dan begitu mengesankan hatiku-begitu kurindukan ingin kualami lagi…Aku tinggal memencet tombol rewind, dan itu semua akan kembali di depan mataku. Kualami secara langsung… Sayangnya, hidup bukan atas kendaliku semata. Aku tentunya bertanggung jawab atas hidupku, sementara ada banyak hal yang tidak bisa kukontrol begitu mudahnya. Karena dengan melewati peristiwa-peristiwa yang menyakitkan dan hanya memilih kegembiraan senantiasa, takkan membuatku menjadi orang yang dewasa. Apalagi bertumbuh secara pribadi.
Kujalani hariku dengan tak bersemangat. Tetapi kupaksakan diriku untuk berjalan… Ini tanggal 11 Februari, artinya tiga hari lagi hari penuh taburan cinta di udara itu akan tiba. Aku melangkahkan kaki perlahan, mencoba sesuatu yang tak pernah kulakukan. Naik bus
Di KOPAJA yang tidak seberapa ramai siang ini, kulihat seorang ibu tengah menggendong bayinya dengan gendongan bermotif batik. Warna gendongannya merah hati dengan corak hijau dan kuning. Sedikit ‘ngejreng’ dan mencolok mata di siang hari yang terik ini. Sesekali disekanya dengan penuh kasih bayi itu, berusaha mengurangi keterikan mentari dengan mengipas-ngipasnya perlahan dengan kipas plastik yang dia bawa dan keluarkan dari dalam tasnya. Ah, masih banyak jenis cinta yang lain… Bukan sekadar cinta romantisme belaka… Seperti cinta ibu ini pada anak bayinya… Seperti ibu padaku? Ah, aku ragu… Karena dia terlalu penuh kemarahan senantiasa… Jadinya, cintanya tak terasa lagi bagiku. Tetapi mungkin dalam hatinya dia pun merasa begitu? Harusnya iya, tetapi entahlah… Rasa itu begitu jauh di hatiku…
Di seberang tempat dudukku… Kudapati seorang kakek bersama cucunya. Si Kakek sudah cukup tua, sehingga membutuhkan bantuan cucu lelakinya untuk naik bus tadi. Cucunya kutebak sekitar umur 15-an… Sementara Si Kakek, mungkin 70-an… Cinta semacam ini, juga masih ada dan tetap menyala… Romantisme tetap membumbung di udara jelang hari yang konon penuh cinta… Tetapi, cinta semacam ini adalah cinta yang tak lekang dimakan usia…
Di pinggir jalan di lampu merah, kulihat seorang pengamen yang mencoba bertahan hidup dengan nyanyiannya yang tak seberapa merdu. Mungkin dia bagian dari kelompok besar pengamen lainnya? Atau mungkin juga dia mencari nafkah bagi keluarganya? Aku tak mengerti beban yang dia tanggung. Yang pasti bagiku, dia setidaknya berusaha hidup halal di tengah kerasnya zaman. Walaupun dia terkadang memaksakan kehendaknya dan memaksa orang untuk memberinya sedikit receh walaupun suaranya cenderung sumbang… Tetapi, dia juga punya bebannya.
Hei pengamen, apa kau bekerja untuk orang-orang tercinta? Mungkin iya, mungkin juga tidak… Tetapi dari apa yang kulihat ketika dia kemudian naik bus dan turun di terminal berikutnya, dia membagikan hasil mengamennya dengan teman-temannya. Beli nasi bungkus bersama…
Ternyata cinta dalam bentuk persahabatan juga masih bertahan bahkan amat nyata… Romantisme, mungkin bertahan beberapa saat lamanya: satu bulan, dua bulan? Satu tahun, dua tahun? Mungkin sepuluh tahun? Tetapi cinta penuh persaudaraan akan berakar dan tumbuh dengan ketulusan, tentunya bila dilakoni orang-orang yang memiliki hati yang bersahabat pula…
Bus KOPAJA semakin dekat ke halte di rumahku. Aku berhenti. Menoleh ke belakang untuk melihat kepergian bus itu untuk kemudian lenyap dari pandanganku. Ah, KOPAJA itu dan pertemuanku dengan orang-orang tak kukenal di dalamnya mengajarkanku sesuatu hari ini. Cinta punya berbagai bentuknya, bukan melulu sekadar romantisme yang diumbar…Apalagi hanya satu hari saja…
Bersambung…
-fon-
* copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.
sumber gambar:
singleminglehumble.blogspot.com
Tuesday, February 8, 2011
Amnesia (Part 1)
Amnesia (Part 1)
*** cerita mini jelang Valentine’s Day
Aku sudah lupa rasanya mencinta…
Mungkin lebih tepatnya, aku memutuskan untuk melupakan indahnya rasa itu karena seringnya keindahan itu berbalut luka.
Terlalu sering kurasakan kekecewaan itu menusuk hatiku-menikamnya bertubi-tubi-tanpa memberikan kesempatan baginya untuk pulih. Atau kepingannya sudah terlanjur tercecer entah ke mana… Sehingga ,sulit bagiku untuk menemukan mereka kembali apalagi merekatkannya menjadi satu lagi.
Hari Valentine yang segera tiba dalam beberapa hari lagi membuatku semakin patah semangat. Patah, karena di saat banyak orang tengah menikmati kisah cinta mereka yang tengah merekah... Atau kemungkinan-kemungkinan baru relasi yang tercipta: ‘naksir’, ‘nembak’, lamaran, tunangan, sampai ke jenjang pernikahan…. Aku harus berhadapan dengan kesendirianku. Lagi. Mungkin tembang sunyi ini sudah tercipta ketika tak pernah kurasakan kasih dari orangtuaku. Mama yang pemarah, Papa yang sibuk sendiri. Aku anak tunggal. Lengkaplah sudah. Dan ketika kucoba mencari cinta itu melalui relasi pacaran yang tercipta, aku pun selalu menemui jalan buntu.
Haruskah kuteguk minuman yang bernama Mandragora, seperti yang dilakukan oleh Cleopatra dalam tulisan Shakespeare? Haruskah aku lari dari kenyataan dan mencarinya melalui suatu ramuan yang berkhasiat sebagai zat semacam narkotika?
“Give me to drink mandragora…
That I might sleep out this great gap of time
My
(Shakespeare's
Cleopatra membutuhkannya untuk mengusir rasa sepinya ketika
Ah, sudahlah…
Kutahu jawabnya. Aku takkan melakukannya.
Karena dengan mencarinya melalui hal-hal yang sementara begitu, akan menghasilkan sifat adiktif belaka. Aku akan ketagihan pada benda lainnya. Bukan, bukan cinta! Mungkin semacam narkoba. Atau…mungkin pada kebahagiaan semu yang membuatku melayang sementara, lalu jatuh pada level yang lebih rendah ketika sadar. Sepi, sakit hati, sendiri.
14 Februari sudah di depan mata…
Tiba-tiba kuingin amnesia. Lupakan semua kepedihan untuk satu hari saja.
Mungkinkah? Atau aku terlalu putus asa untuk menerima kenyataan yang ada? Menampik kenyataan bahwa aku memang kesepian dan sendirian ternyata tidaklah mudah…
Oh God, izinkan aku amnesia sehari sajaaa… Mungkinkah?
Bersambung…
-fon-
* copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.
Sumber gambar:
singleminglehumble.blogspot.com
Friday, February 4, 2011
Pelintiran Hati
Pelintiran Hati
Hatiku terpelintir setiap kali kita berpisah…Mengapa harus seperti ini?
Mengapa kita harus terpisahkan jarak? Yang ratusan kilometer jauhnya…
Kita satu keluarga…Ayah, ibu, dan anak-anak…
Seharusnya kita bersama…Tetapi periuk nasiku memang memisahkanku dari mereka
Sedih, perih, tapi tak ada daya…Mungkinkah ini suratan takdirku...? Kujalani walaupun berat dengan langkah tertatih...
Hatiku terkilir setiap kali kuterbaring sendirian di tempat tidurku yang dingin dan sepi.
Sementara mereka ada di sana, aku di sini... SENDIRI.
Kugigit bibirku dengan kelu, senyap itu tak kunjung menjauh. Rindu berbalut keluh... Peluh seharian bekerja itu yang menghantarku kembali ke peraduan bisu...
Anganku melayang jauh menembusi awan, terbang tinggi di antara bulan dan bintang, mengintip perlahan lewat jendela kamar anak-anakku...
Inginku membacakan cerita sebelum tidur bagi mereka,ingin kukecup kening mereka sebelum tidur...
Ah, Ananda, kalian mungkin tak pernah tahu betapa kangennya diriku...
Hatiku patah, terkilir, terpelintir, dan cedera setiap kali kuingat diri kalian... Juga belahan jiwaku yang perlahan membunuh waktu setiap malam, menungguku untuk pulang...
Air mata menetes di pipiku. Sedikit kusesali keputusanku ketika menerima pekerjaan ini dan terpisahkan begitu jauh... Kutegarkan hatiku, mungkin ini sudah jalan-Nya bagiku...
Sulit, tapi aku berusaha bangkit...
Kusadari bahwa aku akan kehilangan momen-momen emas dalam hidup anak-anakku juga belahan jiwaku, tetapi tak kusangka perihnya sampai sebegitu jauh dan membuatku luruh…
Hatiku lecet dan baret...
Mungkin suatu saat kita bisa bersatu... Bukan hanya dua-tiga minggu, bukan hanya satu-dua bulan… Kusujud dan berdoa pada-Mu, semoga masih ada waktu bagi kami untuk kembali bersama : sebiduk mendayung perahu… Mahligai perkawinan dan lingkaran cinta yang Kauberikan padaku, semoga sempat bersama kami rengkuh…
Tuhan, semoga Kaudengar harap dan doaku… Semoga masih ada waktu.. Kuimani semua itu… Kutahu, Kau takkan tinggalkanku dalam setiap detik hidupku…Kupercayakan semuanya hanya kepada-Mu.
Ho Chi Minh, 4 Februari 2011
-fon-
* dipersembahkan buat dua sobatku yang terpaksa terpisah jauh dengan keluarganya karena bekerja di
Wednesday, February 2, 2011
Terompet Kala Tet
Terompet Kala Tet
Chúc mừng năm mới!
Happy Tet!
Tet adalah saat untuk berkumpul bersama keluarga, liburan, juga perayaan besar dengan penuh pesta makan- minum di
Jangan kaget…
Di seluruh jagad yang merayakan ‘lunar new year’ bilang ini tahun kelinci, tetapi di
Ini tahun kucing di
Suara nyaring berbunyi, kaukah itu terompet?
Tet teretttt… Terererettt…
Terompet atau klarinet?
Kelinci atau kucing tet?
Turis-turis mendatangi Nguyen Hue yang dipasangi bunga ribuan pot juga sebagian ada di buket..
Warga lokal dan turis pun saling gencet...
Semua siap-siap mengabadikan dan menjepret...
Hati-hati, jangan terlalu berdempet-dempet..
(Mungkinnn) ada copet!
Tereretttt... Tererettt..
Kucing dan kelinci berlarian berganti-ganti keluar dari terompet...
Semoga tujuan tahun ini tergaet
Langkah-langkah kita semoga tidak terlalu jauh kepleset…
Dan akhirnya meminjam istilah teman penulisku: semoga awettt…
Gong Xi Fa Chai! ‘Happy Tet!”
-fon-
* Chúc mừng năm mới!
Happy Tet!
(Happy New Year! Happy Tet, Bahasa
*copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims!
sumber gambar:
hoahoctro.com.vn