Pelintiran Hati
Hatiku terpelintir setiap kali kita berpisah…Mengapa harus seperti ini?
Mengapa kita harus terpisahkan jarak? Yang ratusan kilometer jauhnya…
Kita satu keluarga…Ayah, ibu, dan anak-anak…
Seharusnya kita bersama…Tetapi periuk nasiku memang memisahkanku dari mereka
Sedih, perih, tapi tak ada daya…Mungkinkah ini suratan takdirku...? Kujalani walaupun berat dengan langkah tertatih...
Hatiku terkilir setiap kali kuterbaring sendirian di tempat tidurku yang dingin dan sepi.
Sementara mereka ada di sana, aku di sini... SENDIRI.
Kugigit bibirku dengan kelu, senyap itu tak kunjung menjauh. Rindu berbalut keluh... Peluh seharian bekerja itu yang menghantarku kembali ke peraduan bisu...
Anganku melayang jauh menembusi awan, terbang tinggi di antara bulan dan bintang, mengintip perlahan lewat jendela kamar anak-anakku...
Inginku membacakan cerita sebelum tidur bagi mereka,ingin kukecup kening mereka sebelum tidur...
Ah, Ananda, kalian mungkin tak pernah tahu betapa kangennya diriku...
Hatiku patah, terkilir, terpelintir, dan cedera setiap kali kuingat diri kalian... Juga belahan jiwaku yang perlahan membunuh waktu setiap malam, menungguku untuk pulang...
Air mata menetes di pipiku. Sedikit kusesali keputusanku ketika menerima pekerjaan ini dan terpisahkan begitu jauh... Kutegarkan hatiku, mungkin ini sudah jalan-Nya bagiku...
Sulit, tapi aku berusaha bangkit...
Kusadari bahwa aku akan kehilangan momen-momen emas dalam hidup anak-anakku juga belahan jiwaku, tetapi tak kusangka perihnya sampai sebegitu jauh dan membuatku luruh…
Hatiku lecet dan baret...
Mungkin suatu saat kita bisa bersatu... Bukan hanya dua-tiga minggu, bukan hanya satu-dua bulan… Kusujud dan berdoa pada-Mu, semoga masih ada waktu bagi kami untuk kembali bersama : sebiduk mendayung perahu… Mahligai perkawinan dan lingkaran cinta yang Kauberikan padaku, semoga sempat bersama kami rengkuh…
Tuhan, semoga Kaudengar harap dan doaku… Semoga masih ada waktu.. Kuimani semua itu… Kutahu, Kau takkan tinggalkanku dalam setiap detik hidupku…Kupercayakan semuanya hanya kepada-Mu.
Ho Chi Minh, 4 Februari 2011
-fon-
* dipersembahkan buat dua sobatku yang terpaksa terpisah jauh dengan keluarganya karena bekerja di
No comments:
Post a Comment