Monday, February 21, 2011

Sabar Menanti


Sabar Menanti

Berkendaraan umum beberapa jam lamanya tanpa tujuan, Mersi hanya putar-putar keliling kota untuk menghilangkan penatnya. Mencoba meredakan risau dan galau yang selama bertahun-tahun telah memenuhi otaknya. Terlalu banyak perkara yang tak jelas berada di hadapannya. Dia ingin kepastian dalam hidupnya, walau dirinya sadar: ketidakpastian itu yang lebih banyak harus dia hadapi hari lepas hari. Kepastian akan jodohnya, pekerjaannya, masa depannya, penyakit orang tuanya. Semua sudah menumpuk dengan tebal dalam kepalanya.

Diputuskannya naik omprengan semacam mobil ‘Colt’ warna merah dengan jarak terjauh. Sejauh yang dia bisa. Diam-diam dia mengamati mobil-mobil yang lalu lalang di sekitarnya. Sampai matanya tertuju pada tulisan di truk yang seringnya aneh, lucu, terkadang asal tulis… Tetapi hari itu, tulisan itu menyentaknya: “ Sabar Menanti.” Hanya dua kata itu…

Yah, Tuhan… Sabar? Benar, harus kulakukan. Tetapi, sampai kapan?

Mersi mendesah perlahan. Melanjutkan pengamatannya terhadap sekitar. Kelelahan karena cuaca di luar memang amat panas. Lalu memutuskan untuk berhenti di perhentian terdekat. Ingin minum dan mengisi perutnya yang lapar dengan sedikit makanan. Sudah jam satu siang dan sudah satu jam lebih dia berada di angkot berwarna merah itu.

Matanya kembali terhenti pada warung makan sederhana. Dengan plang: WARUNG NASI SABAR MENANTI.

Lho, lho, lho…. Engkau tidak sedang bercanda ‘ kan, Tuhan? Mengapa seolah kebetulan, dua kali dalam waktu tidak sampai dua jam ini, dia terus diingatkan dengan dua kata itu: sabar menanti. Wait patiently?

Rasanya sudah dilakukannya selama ini dan dia merasa cukup sudah penantiannya. Dan dia merasa amat lelah dengan semua tumpukan permasalahan yang mendera.

Could you please give me a break, God?

Diminumnya es teh manis yang telah tersaji di hadapannya. Lega. Dimakannya pula nasi beserta lauk-pauk sederhana: sayur gulai singkong, kering tempe, dan telor mata sapi. Perut kenyang, rasa segar teh manis, memberikan kekuatan di dirinya untuk melangkah lagi.

Tiba-tiba terbayang di kepalanya.. Itu yang harus dilakukan: menimba kekuatan baru dari-Nya dan melangkah lagi dengan ketegaran yang baru di dalam iman. Percaya bahwa penantiannya takkan pernah sia-sia… Karena Tuhan dengar semua doanya.

Ditinggalkannya Warung Nasi Sabar Menanti dengan senyum di bibir-juga senyum di hati. Mencoba bersabar lagi. Walaupun terkadang dia pernah merasa putus asa dan ingin berhenti, Tuhan ingatkan dirinya sekali lagi. Seolah kebetulan, tetapi heiii! Bukankah kita selalu percaya bahwa dalam hidup, yang seolah kebetulan itu sebetulnya sudah ada dalam agenda rencana-Nya?

Mersi melangkah, tak lagi terseok. Sedikit lebih pasti walaupun kondisi hidupnya belum mengalami perubahan. Percaya bahwa Tuhan tahu yang terbaik baginya. Bagiannya hanyalah berusaha dan …sabar menanti!

Ho Chi Minh City, 22 Feb 2011

-fon-

* Everything will be beautiful in His time. Bagian kita hanyalah setia, terus berusaha, tetap percaya dalam iman, dan sabar menanti:)

* copas, forward, share? Mohon sertakan sumbernya. Trims.

sumber gambar:

http://www.sabarmenanti.com.sg

No comments:

Post a Comment