Saturday, February 9, 2013

Ramen’s Reflection




Ada banyak jenis mie yang sering kita jumpai.
Ada mie instan yang pernah jadi kegemaran saya, mie telor, mie basah yang sering juga disebut hokkien mie di Singapura ini,  la mien, mie dari toko-toko penjual mie terkemuka di seluruh Indonesia, juga ada pula ramen dan mungkin beberapa jenis mie yang belum sempat saya sebutkan di sini.
Harga pun bervariasi. Dari yang paling murah – beberapa ribu rupiah saja sampai hidangan yang bisa mencapai angka seratus ribu rupiah untuk semangkuk mie semacam ramen atau la mien.

Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan mencicipi ramen di sini.
Ada beberapa restoran yang cukup menggiurkan yaitu Menya Musashi dan RamenPlay. Tentunya ada pula Ajisen Ramen yang sudah lebih lama dikenal.
Menya Musashi memperkenankan kita memilih ramen berdasarkan warna. Red, white or black. Sedangkan RamenPlay terkenal dengan sambal spesialnya yang menggabungkan 17 rempah-rempah (spices) di dalamnya…
Ketika makan ramen, mie asal Jepang itulah, tiba-tiba inspirasi itu timbul dan menari-nari ingin dituliskan :)

Banyak komponen yang menjadikan semangkuk ramen itu terhidang di depan kita.
Bisa jadi itu adalah miso soup base ( bahan dasar sup berupa kacang kedelai), mie (ramen), sayur-sayuran, daging (bila yang dipilih bukan vegetarian ramen), juga rumput laut (nori). Tak ketinggalan sambal atau dried chilli  powder (bubuk cabe kering) bagi yang seleranya suka makanan pedas.
Jika hanya mie saja, takkan sempurnalah ramen itu disajikan bagi kita. Sama halnya jika mie ayam, hanya mie saja tanpa ayam ataupun sayuran, akan ada sesuatu yang kurang.

Demikian pula dengan kehidupan.
Banyak komponen yang menjadikan kehidupan itu sempurna.
Beberapa mungkin menyenangkan, beberapa sangat menyakitkan.
Tetapi, itulah hidup…
Tanpa adanya bagian-bagian yang kurang menyenangkan, tentunya kita tak bisa menjadi dewasa di dalam iman. Kesempatan bertumbuh akan timbul jika kita mau terbuka dan belajar berserah kepada Tuhan di saat-saat yang kurang menyenangkan…

Dalam semangkuk ramen, terkadang kita bisa memilih, komponen yang kita tidak sukai untuk tidak dimasukkan dalam mangkuk kita. Misalnya kita tidak suka rumput laut, kita tinggal bilang saja kepada pelayan restorannya… Atau kita tidak suka sambal, tinggal pilih tidak usah pakai di dalam mangkuk ramen kita…
Dan itu berbeda dengan kehidupan…
Di luar memang kita punya kehendak bebas untuk memilih, namun banyak kali pula peristiwa dan kejadian terjadi di luar kendali kita sebagai manusia. Yang bisa kita lakukan adalah terus memberikan yang terbaik di dalam setiap peristiwa yang datang kepada kita…
Entah senang atau tidak, entah bahagia atau berurai air mata…
Sehingga bila saat-Nya tiba, kita bisa mempersembahkan ‘semangkuk ramen ‘ kehidupan yang sudah kita perjuangkan sedemikan rupa hanya bagi kemuliaan-Nya…

Sekian dulu Ramen’s Reflection kali iniJ
Selamat menjelang imlek bagi yang merayakan. Siapa tahu, mie ada di menu makan malam Anda tadi …
Mari persembahkan kehidupan kita hanya bagi-Nya.

9 Februari 2013
fon@sg
* thank God for ‘ramen’s reflection’ iniJ

No comments:

Post a Comment