Ada mie instan yang pernah
jadi kegemaran saya, mie telor, mie basah yang sering juga disebut hokkien mie di Singapura ini, la mien,
mie dari toko-toko penjual mie terkemuka di seluruh Indonesia, juga ada pula
ramen dan mungkin beberapa jenis mie yang belum sempat saya sebutkan di sini.
Harga pun bervariasi. Dari
yang paling murah – beberapa ribu rupiah saja sampai hidangan yang bisa
mencapai angka seratus ribu rupiah untuk semangkuk mie semacam ramen atau la
mien.
Beberapa waktu yang lalu,
saya berkesempatan mencicipi ramen di sini.
Menya Musashi memperkenankan kita memilih ramen berdasarkan warna. Red, white or black. Sedangkan RamenPlay terkenal dengan sambal
spesialnya yang menggabungkan 17 rempah-rempah (spices) di dalamnya…
Ketika makan ramen, mie
asal Jepang itulah, tiba-tiba inspirasi itu timbul dan menari-nari ingin
dituliskan :)
Banyak komponen yang
menjadikan semangkuk ramen itu terhidang di depan kita.
Bisa jadi itu adalah miso soup base ( bahan dasar sup berupa
kacang kedelai), mie (ramen), sayur-sayuran, daging (bila yang dipilih bukan
vegetarian ramen), juga rumput laut (nori).
Tak ketinggalan sambal atau dried chilli
powder
(bubuk cabe kering) bagi yang seleranya suka makanan pedas.
Jika hanya mie saja,
takkan sempurnalah ramen itu disajikan bagi kita. Sama halnya jika mie ayam,
hanya mie saja tanpa ayam ataupun sayuran, akan ada sesuatu yang kurang.
Demikian pula dengan
kehidupan.
Banyak komponen yang
menjadikan kehidupan itu sempurna.
Beberapa mungkin
menyenangkan, beberapa sangat menyakitkan.
Tetapi, itulah hidup…
Tanpa adanya bagian-bagian
yang kurang menyenangkan, tentunya kita tak bisa menjadi dewasa di dalam iman.
Kesempatan bertumbuh akan timbul jika kita mau terbuka dan belajar berserah
kepada Tuhan di saat-saat yang kurang menyenangkan…
Dalam semangkuk ramen,
terkadang kita bisa memilih, komponen yang kita tidak sukai untuk tidak
dimasukkan dalam mangkuk kita. Misalnya kita tidak suka rumput laut, kita
tinggal bilang saja kepada pelayan restorannya… Atau kita tidak suka sambal,
tinggal pilih tidak usah pakai di dalam mangkuk ramen kita…
Dan itu berbeda dengan
kehidupan…
Di luar memang kita punya
kehendak bebas untuk memilih, namun banyak kali pula peristiwa dan kejadian
terjadi di luar kendali kita sebagai manusia. Yang bisa kita lakukan adalah
terus memberikan yang terbaik di dalam setiap peristiwa yang datang kepada
kita…
Entah senang atau tidak,
entah bahagia atau berurai air mata…
Sehingga bila saat-Nya
tiba, kita bisa mempersembahkan ‘semangkuk ramen ‘ kehidupan yang sudah kita
perjuangkan sedemikan rupa hanya bagi kemuliaan-Nya…
Sekian dulu Ramen’s Reflection kali iniJ
Selamat menjelang imlek
bagi yang merayakan. Siapa tahu, mie ada di menu makan malam Anda tadi …
Mari persembahkan
kehidupan kita hanya bagi-Nya.
9 Februari 2013
fon@sg
* thank God for ‘ramen’s
reflection’ iniJ
No comments:
Post a Comment