Sunday, February 3, 2013

Tembang Cinta Kita Episode #2: Through the Rain







Previously on Tembang Cinta Kita…
Ling tengah meratapi nasibnya. Kesedihan yang begitu dalam ia rasakan saat Glen, pacarnya selama 7 tahun memutuskan hubungan mereka. Orangtua Ling pun tidak menyetujui hubungan ini, sehingga membuat ketegangan dalam relasi orangtua-anak ini. Ling ditemani lagu Officially Missing You dari Tamia sungguh merasa kesepian di Sabtu, Malam minggu setelah putusnya dia dari Glen. Bagaimana kelanjutan kisah Ling? Simak di episode kali ini…

Episode #2: Through the Rain

Some songs made me smile, some songs made me cry...
Well, isn't life itself a song? The melody that I sing and dedicate to the Almighty?(-fon-)

Januari yang basah.
Diiringi rinai hujan, aku melangkah tak tentu arah. Kurang konsentrasi.
Masih untung jalanan sepi.
Terpaksa aku harus keluar rumah karena rasa lapar. Sudah jam 3 sore, dan dari semalam tak ada sesuatu pun yang masuk ke perutku…
Aku menguatkan diriku sendiri untuk melangkah.

Kubeli nasi bungkus di Warteg Ibu Sri, satu-satunya yang paling dekat dengan kos-kosan di daerah Casablanca. Payungku kecil, rintik hujan itu sesekali menjatuhi wajahku. Sedikit bercampur air mataku yang tak bisa dikendalikan itu. Tak ada yang tahu, aku masih menangis sambil berjalan sendirian.

Kembali ke kamar kosku.
Kumakan tiga suap nasi, telor, dan sayur itu tanpa selera.
Lalu kuletakkan begitu saja di meja satu-satunya yang ada di kamarku yang kecil mungil.
Di kamarku terpasang CD Mariah Carey, bukan lagu baru. Melainkan lagu di tahun-tahun awal 2000-an. Tepatnya tahun 2002, saat Mariah menelorkan album ke-9 yang berjudul Charmbracelet.  Lagu itu: Through the Rain.
Aku selalu suka tembang itu. Terlebih lagi, di saat-saat ‘down’ seperti ini. Seolah lagu itu memberikan kekuatan bagiku untuk bangkit lagi. Bersama Tuhan tentunya. Karena aku tahu, dengan kekuatan diriku sendiri, aku takkan pernah bisa melalui hujan badai yang tengah melanda hidupku saat ini.

When you get caught in the rain with no where to run 
When you're distraught and in pain without anyone 

When you keep crying out to be saved 
But nobody comes and you feel so far away 
That you just can't find your way home 
You can get there alone 
It's okay, what you say is 

I can make it through the rain 
I can stand up once again on my own 
And I know that I'm strong enough to mend 
And every time I feel afraid I hold tighter to my faith 
And I live one more day and I make it through the rain

Tuhan, hanya Engkau yang bersamaku saat ini.
Tak ada sanak atau saudara di rantau ini.
Juga mama dan papa yang tengah bersitegang dengan diriku jauh di seberang pulau.
Sungguh, hanya Engkau…
Jika aku tidak menguatkan diriku di dalam iman, apa jadinya aku?
Jika aku bangkit lagi nanti, Tuhan, dari keterpurukanku ini…
Aku tahu, Engkaulah yang menopangku.
Dan menjagaku agar tak sampai hancur diriku ini…

uHujan rintik yang awet.
Sementara di kamarku masih terus mengalun ‘Through the Rain” tanpa henti.
Kuputar ulang. Lagi dan lagi.

Dan tiba-tiba telpon masuk.
Dari Mama?
Dengan ragu, kuangkat handphone-ku.

“Halo, Ma.” Sapaku agak sedikit malas-malasan.
Terlalu kaku hubungan kami, sehingga aku merasa segan untuk ber-hai-hai bahkan dengan mamaku sendiri.

“ Halo, Ling. Sudah lama tidak ada kabar. Mama agak kuatir. Perasaan Mama sudah tiga hari ini kurang enak. Jadi Mama menelpon kamu. Gimana kamu?” Tanya Mama lembut.

Mama tetaplah Mama.
Dia yang melahirkan aku. Dia sesungguhnya yang paling mengerti aku.
Tanpa disuruh, Dia bisa menelponku saat aku sakit di tahun lalu. Dan kali ini, ketajaman intuisinya memaksanya menelponku lagi meskipun aku dan Mama sedang dalam kondisi perang dingin.

Air mataku langsung tumpah seketika.
Kuceritakan kejadianku dengan Glen. Dan Mama langsung memberikan kata-kata yang sungguh menghibur dan menguatkan.
Tuhan, terima kasih.
Di balik semua kejadian ini, ada hikmahnya juga.
Aku jadi berbaikan dengan Mama. Dan itu bagiku sungguh luar biasa!

Bersama Mama dan Papa, kuyakin aku bisa menghadapi permasalahan ini. Setidaknya dengan lebih bijaksana.
Tidak menuruti emosi hatiku semata.

“ Besok Mama datang ke Jakarta.” Katanya seketika.
“ Ah, gak usah, Ma. “ Jawabku.
“ Aku ‘kan harus kerja. Nanti Mama tidak ada yang nemenin.” Jawabku lagi.
“ ‘ Gak usah ditemenin. Mama bisa tinggal di tempat Oom dan Tante sahabat Mama dari kecil dulu. “ Jawab Mama lagi.
“ Oh, Oom Lucky dan Tante Merry,  ya Ma.” Seketika aku ingat mereka. Yah, mereka seolah Saudara Mama, tetapi tidak begitu dekat denganku. Bahkan aku tak pernah bertemu mereka selama aku bekerja di Jakarta. Banyak alasan, terutama aku tak mau mereka memata-matai aku dan melaporkan hubunganku dengan Glen.

“ Pokoknya Mama tetap datang. Titik. Mana mungkin Mama membiarkan kamu begitu saja di tengah apa yang kamu alami?” Mama menjelaskan lagi.

“ Ok, Ma. ‘Ma kasih.” Jawabku lagi.

Yah, setidaknya aku tak harus sendiri.
Papa pun berbicara sejenak. Bilang bahwa dia tak bisa datang. Karena tak bisa meninggalkan kesibukannya di toko bangunan kami di Jambi.
Aku mengerti. Kedatangan Mama sudah lebih dari cukup bagiku.


***
Sudah dua hari Mama di Jakarta.
Aku pun masih cuti karena memang seminggu ini aku berusaha mengalihkan perhatianku dari Glen.
Aku ke mana-mana sama Mama. Malam terkadang aku menginap di rumah Tante Merry yang menyambutku ramah. Hatiku terhibur dengan kedatangan Mama dan keramahan Tante Merry sekeluarga.
Kata Tante, anaknya yang tertua yang sekarang tengah kuliah di Australia akan segera pulang dalam dua hari ini. Kuhanya melihatnya di foto keluarga. Nama panggilannya Han. Nama lengkapnya? Entah. Aku tak terlalu peduli. Aku hanya menikmati masa-masa ‘through the rain’ ini. Yang disediakan bagiku dari Tuhan. Bersama Mama dan keluargaku, juga bersama Tuhan, keyakinan untuk bisa melewati semuanya ini timbul lagi. Bukan sesuatu yang menggebu, tetapi sepercik harap masih ada di situ.
Semoga proses pemulihan ini lebih cepat yang kukira…
Sementara di taksi yang membawa kami dari Senayan City ke rumah Tante Merry di bilangan ‘Green Garden’ tengah diputar lagi lagu Mariah Carey dari sebuah radio.


I can make it through the rain 
I can stand up once again on my own 
And I know that I'm strong enough to mend 
And every time I feel afraid I hold tighter to my faith 
And I live one more day and I make it through the rain

Kusandarkan kepalaku ke bahu Mama. Kemanjaan yang sungguh sering kuulang.
Terima kasih, Tuhan untuk secercah harap yang muncul. Mama yang menemaniku. Dan tentunya Engkau yang selalu setia di setiap babak di hidupku.
Sesungging senyuman muncul di sudut bibirku. Dan ribuan terima kasih kuteriakkan di dadaku. Hanya bagi-Mu.

To be continued…

03.02.2013
fon@sg

No comments:

Post a Comment